Perjalanan Hidup Manusia

Berjalan melangkah

Seiring berkembangnya usia, akal pikiran manusia pada dasarnya pun ikut berkembang, intelegensi meningkat, kemudian jauh di dalam hatinya ia bertanya kepada dirinya sendiri, ''mengapa aku di sini?''

Kemudian pertanyaan itu dijawab ''aku di sini untuk makan dan minum, '', tetapi jika dipikirkan secara mendalam, hal-hal semacam ini juga dilakukan oleh hewan. Jika demikian, apakah kiranya yang membuat seseorang sempurna sebagai manusia dan berbeda dibanding makhluk Allah yang lain? Jawaban ini tidak tepat pastinya.

Muncul jawaban lain, ''aku di sini untuk mencari dan mendapatkan kekuasaan''. Pencapaian kekuasaan dan kedudukan mungkin penting, tetapi kemudian ia pun sadar dan tahu bahwa keduanya bersifat sementara. Kekuasaan jenis apapun suatu saat akan jatuh atau sebaliknya. Kekuasaan bisa diambil dari orang lain, dan orang lainnya lagi pun sedang menunggu untuk mengambil atau merampasnya. Jawaban ini pun kiranya tidak tepat.

Kemudian muncul jawaban berikutnya, ''aku di sini untuk mendapatkan kehormatan''. Kehormatan tidak akan didapatkan dengan sendirinya, seseorang harus bersikap rendah hati dan menghormati orang lain terlebih dahulu agar kemudian mendapatkan kehormatan yang dicarinya.

Ketika kita menelisik lebih jauh ke dalam perjalanan hidup kita, kita melihat bahwa keinginan diri eksternal kita adalah satu-satunya yang kita ketahui, sementara kita tidak mengetahui kebutuhan diri sejati, yakni kebutuhan batin kita.

Kita tahu bahwa kita menginginkan makanan dan pakaian yang baik, kehidupan yang nyaman dan menyenangkan, mendapatkan kehormatan, dan segala cara untuk kepuasan ego kita, dan kesemuanya ini kelihatannya seperti satu-satunya keinginan kita yang tampak jelas. Namun itu semua tidak selalu menyertai kita.

Lalu kita berpikir bahwa apa yang kita punya hanya sedikit dan mungkin dibutuhkan lebih banyak lagi untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan kita, tetapi setelah diperbanyak tetap saja masih kurang. Bahkan andaikata seluruh alam semesta berada dalam genggaman kita, tetap saja tidak bisa memuaskan keinginan kita.

Hidup adalah perjalanan dari satu kutub ke kutub lainnya, dan kesempurnaan hidup adalah tujuan akhir dari kehidupan yang tidak sempurna ini.

Fitrah manusia tidak bisa menerima kalau akhir perjalanan hidupnya sama seperti hewan, yakni lahir, hidup, mati dan kemudian selesai. Fitrah manusia ingin agar hidupnya lebih bermakna, ingin agar perjuangan dalam hidupnya ini tidak berakhir dengan sia-sia.

Makna hidup, itulah yang menjadi kata kunci eksistensi manusia. Makna hidup itulah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Allah menciptakan manusia tidak untuk kesia-siaan, setiap manusia akan kembali kepadaNya untuk dimintai pertanggungjawaban ketika menjalani hidup di dunia.

Dengan demikian, keyakinan akan adanya kehidupan akhirat memberikan dimensi spiritualisme dan idealisme kepada orang yang beriman dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Sebaliknya orang yang tidak beriman memaknai hidupnya hanya dalam dimensi materialisme dan pragmatisme. Segala sesuatu diukur dengan keuntungan materi dan diorientasikan kepada kemanfaatan segera atau sesaat.

Berbeda dengan orang beriman yang mengorientasikan hidupnya ke masa depan yang jauh, yaitu akhirat. Ia sadar sepenuhnya bahwa tidak semua yang diusahakan dan diperjuangkannya dalam hidup ini bisa tercapai. Tetapi ia tidak kecewa dan ridha karena yakin bahwa perjuangannya tidak sia-sia. Semua ada imbalannya nanti.

Labels: Refleksi

Thanks for reading Perjalanan Hidup Manusia. Please share...!

0 Komentar untuk "Perjalanan Hidup Manusia"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.