Berhubungan dengan Allah

Allah teks

Hal pertama dan yang prinsip dalam kehidupan kita di dunia ini adalah membangun hubungan dengan Tuhan, Allah SWT. Usaha kehidupan batin adalah menyadari bahwa Allah tidak sekedar imajinasi, serta menyadari bahwa hubungan kita dengan Allah adalah lebih nyata ketimbang hubungan lainnya di dunia ini. 

Dalam setiap hubungan, kita harus selalu menempatkan Allah dihadapan kita, dan sadar bahwa hubungan itu bukan sekedar khayalan. Allah adalah Sang Pencipta, Pemelihara, Pengadil, Pengampun, Bapak, Ibu, Sahabat dan Kekasih.

Ketika membina hubungan dengan Allah, manakah yang mesti kita tanamkan dalam diri kita? Allah sebagai Pencipta, sebagai Bapak, sebagai Sahabat atau sebagai Kekasih? Jawabannya adalah bahwa dalam setiap langkah hidup kita, hendaknya kita harus memberikan tempat pada Allah sesuai dengan keadaan.

Ketika diterjang oleh ketidakadilan, kebekuan dan kezaliman yang merajalela, kita melihat kepada Allah Yang Maha Adil, sehingga kita tidak lagi teragitas, hati tidak terganggu, kita hibur diri dengan Keadilan Allah. Kita tempatkan Allah Sang Pengadil di hadapan kita, dengan ini kita belajar tentang keadilan, sehingga rasa keadilan bangkit dalam diri kita, dan kita dapat melihat segala sesuatu dengan cara pandang baru.

Ketika kita mendapati diri kita yatim piatu, kita merasakan ada aspek bapak dan ibu dalam Allah, dan meski kita masih memiliki ayah dan ibu di dunia ini, kehadiran mereka hanya berkaitan dengan aspek keduniawian. Keibuan dan Kebapakan Allah adalah satu-satunya hubungan yang nyata.

Ayah dan ibu kita di dunia merefleksikan percikan cinta ibu dan bapak yang dimiliki Allah secara sempurna. Karena itu manusia mengetahui bahwa Allah mau mengampuni, sebagaimana ayah dan ibu memaafkan anak-anaknya jika berbuat kekeliruan. Manusia merasakan kebaikan, keramahan, lindungan dan dukungan, yang mana semua itu datang dari Tuhan Allah, Bapak-Ibu dari semesta.

Ketika kita menggambarkan Allah sebagai Pengampun, kita mendapati bahwa di dunia ini tidak hanya ada keadilan, tetapi juga cinta, rahmat, kasih sayang dan pengampunan. Allah tidak tunduk pada hukum dunia, Dialah Yang Menghakimi, dan Dialah Yang Mengampuni. Dia memiliki kedua kekuasaan itu, Dia memiliki kekuasaan untuk menghakimi dan mengampuni. Dia adalah Sang Hakim, yang tidak menutup mataNya terhadap segala sesuatu yang dikerjakan manusia. Dia mengetahui, menimbang, dan mengukur, dan Dia mengembalikannya kepada manusia.

Dia adalah Pengampun, karena di balik keadilanNya terdapat kasih dan rahmatNya yang agung, yang bersama-sama bekerja dengan kekuatan KeadilanNya. Kita, umat manusia di bumi ini, jika ada percikan kebaikan dan kasih sayang dalam diri kita, hindarilah mudah memvonis orang lain. Hendaknya kita lebih suka mengampuni ketimbang menghukum. Seringkali Pengampunan membuat kita lebih bahagia ketimbang membalas dendam.

Ketika kita merefleksikan Allah sebagai Sahabat, kita tidak akan pernah merasakan kesepian. Sahabat selalu ada bagi kita, baik di tengah keramaian maupun di dalam kesendirian, atau bahkan ketika kita terlelap. Dalam keadaan yang seperti ini, Dia menjadi Sahabat kita dalam pikiran kita, imajinasi kita, hati kita dan jiwa kita.

Dan kita yang menjadikan Allah sebagai Kekasih, apa lagi yang lebih kita inginkan? Manakala Allah menjadi Kekasih kita, hati menjadi bangkit terhadap segala keindahan di dalam maupun di luar. Allah meliputi segala sesuatu, dalam semua nama dan bentuk, karena itu Kekasih tidak pernah absen. Betapa bahagianya seseorang yang Kekasihnya selalu ada disampingnya.

Setiap indera dan perasaannya merasakan adanya Sang Kekasih, matanya melihat Dia, telinganya mendengar suaraNya. Ketika seseorang sampai pada realisasi ini, dia bisa dikatakan hidup dalam kehadiran Allah. Bagi dirinya Allah ada di mana-mana. Di hutan belantara, alam liar, kerumunan dan di mana saja dia melihat Allah.

Adalah tidak mudah untuk mengembangkan cinta Allah di dalam hati, karena ketika seseorang tidak melihat atau menyadari obyek cinta, dia tidak akan bisa mencintainya. Allah harus menjadi ''terlihat'' agar dia bisa mencintai DiriNya, tetapi begitu seseorang mencapai cinta itu, maka dia benar-benar telah masuk ke jalan spiritual.


from The Way of Illumination, Hazrat Inayat Khan.
Labels: Refleksi

Thanks for reading Berhubungan dengan Allah. Please share...!

0 Komentar untuk "Berhubungan dengan Allah"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.