Menyusuri Goa Petruk, Kebumen

Menyusuri Goa Petruk, Kebumen

Mulut goa petruk

Setelah sebelumnya menjelajahi goa Jatijajar, masih di hari yang sama, ahad 11 Desember 2016 pukul setengah 3 sore, kami lanjutkan perjalanan kami menuju lokasi goa petruk. Sebetulnya, pada awalnya dari goa jatijajar kami hendak ke pantai, namun setelah kami rundingkan akhirnya kami batalkan ke pantai dan memutuskan untuk kembali menjelajahi goa lain, yakni goa petruk. Untuk menuju goa petruk, kami berkendara sekitar 5 km arah selatan dari goa Jatijajar. Tidak sampai setengah jam akhirnya kami sampai di lokasi goa petruk berada.

Jalan kaki menuju goa

Setelah membayar karcis, kami harus berjalan kaki untuk sampai ke mulut goa. Suasana di areal wisata goa petruk ini tidak seramai di goa jatijajar. Di sepanjang jalan menuju mulut goa, kami juga hanya menjumpai sedikit pedagang yang berjualan. Sebuah air terjun yang tidak terlalu tinggi tampak menyapa kami dalam perjalanan menuju goa. Jalanan yang semakin menanjak dan melewati beberapa anak tangga cukup menguras tenaga kami, membuat kaki lumayan pegal dan tubuh berkeringat. Sekitar 15 menit kami berjalan, akhirnya kami sampai di mulut goa petruk yang menganga lebar.

Goa petruk adalah salah satu Goa terindah di Indonesia karena memiliki bentuk sedimen bebatuan yang mengagumkan. Di dalam goa petruk juga dijumpai sejumlah sungai atau sendang dan air terjun. Goa Petruk terletak di Dukuh Mondoyono, Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah, kabupaten Kebumen. Nama Petruk berasal dari nama salah satu tokoh Punakawan dalam kisah pewayangan yang memiliki hidung panjang. Menurut sejarahnya, dahulu dalam goa ini terdapat batu yang wujudnya menyerupai seperti hidung petruk, namun karena ulah Belanda yang saat itu melakukan penambangan fosfat, hidung petruk itu akhirnya putus dan kini sudah tidak kelihatan lagi. 

Salah satu ciri khas dari goa petruk ini adalah kealamiannya yang masih sangat terjaga. Berbeda dengan goa jatijajar yang sudah banyak tersentuh pembangunan, goa petruk ini justru dibiarkan tampak alami apa adanya. Sepanjang pengamatan kami, mungkin hanya pagar dan anak tangga bangunan yang ada, itu pun masih dekat dengan mulut goa. Bahkan suasana di dalam goa juga dibiarkan tanpa penerangan alias gelap gulita. Menurut seorang pakar Goa dari luar negeri, Goa Petruk ini merupakan Goa terindah di seantero Nusantara. Untuk itu, pakar Goa ini meminta kepada Pemda Kebumen agar Goa Petruk ini tetap dijaga kealamiannya. Bahkan, untuk diterangi dengan listrik, juga tak diperkenankan. Selain kealamiannya yang masih terjaga, goa petruk dengan kedalaman jelajah mencapai 2 km ini juga merupakan salah satu goa terdalam di dunia.

Masuk goa

Meskipun suasana dalam goa gelap gulita, di goa petruk ini tersedia jasa guide yang siap mengantarkan dan memandu kita menyusuri dalamnya goa. Setiap guide akan menyambut kita di depan mulut goa sambil membawa lampu petromaks untuk penerangan di dalam goa. Saat kami menyusuri goa, kami dipandu oleh seorang ibu sebagai guide kami. Untuk masuk kedalam goa, kami juga disarankan untuk memakai sandal jepit, karena sepanjang perjalanan kami juga akan melintasi lantai goa yang berupa aliran sungai. 

Bagian dalam Goa Petruk ini terdiri atas beberapa bagian. Setelah masuk dari pintu goa, di bagian ini kita akan disambut dengan bau kurang sedap dari kelelawar yang beterbangan di langit-langit goa. Semakin ke dalam, kita akan sampai ke bagian dalam goa yang disebut Goa Semar. Di dalam Goa ini kita akan disuguhi pemandangan indah dari bebatuan yang cukup mempesona. Batuan-batuan stalaktit dan stalagmit juga terlihat menyerupai berbagai bentuk dengan beragam keindahannya.

Indahnya dalam goa

Batuan-batuan di dalam Goa Petruk ini memiliki berbagai bentuk yang diberi nama sesuai bentuknya. Guide pemandu kami dengan sabar menjelaskan satu persatu nama-nama batu yang kami lewati. Ada dinding goa yang bentuknya menyerupai kalimah Allah, ada batu berbentuk buaya, batu usus, batu mayat, batu serigala, batu bapak jenggot, batu pesawat tempur, batu taman gajah, batu semar, dan masih banyak lagi lainnya. Di dalam goa ini juga banyak dijumpai sendang yang airnya konon memiliki khasiat tertentu, bahkan adakalanya dijadikan tempat ritual oleh orang-orang tertentu.

Indah batu

Perjalanan menyusuri goa petruk ini lumayan menantang dan memacu adrenalin. Lantai goa yang licin berbatu dan sesekali melewati aliran sungai membuat kami harus berhati-hati saat melangkah. Air yang selalu menetes dari langit-langit goa juga membuat baju kami basah kuyup. Namun perjuangan kami menjelajahi goa ini terbayarkan sudah dengan keindahan yang tersaji di dalam goa ini.

Kamar seven di goa petruk

Sebetulnya, jika kita hendak menyusuri goa petruk sampai jauh ke dalamnya, maka kita musti menggunakan peralatan susur goa yang lengkap. Karena kami kurang perlengkapan dan hari sudah semakin sore, maka kami tidak menyusuri goa ini sampai bagian ujung atau yang terdalam. Meskipun begitu, kami telah menyusuri cukup dalam dan cukup puas dengan penjelajahan goa petruk ini. Goa yang eksotis dan menakjubkan. 
Selengkapnya
Jelajah Goa Jatijajar, Ayah, Kebumen

Jelajah Goa Jatijajar, Ayah, Kebumen

Goa jatijajar

Membicarakan tempat wisata di Kabupaten Kebumen memang tidak ada habisnya. Wilayah Kebumen dengan bentangan alamnya yang lengkap menyuguhkan berbagai tempat-tempat eksotis yang menjadi tujuan para wisatawan. Di antara tempat-tempat wisata tersebut ada yang sudah dikenal masyarakat luas dan ada juga yang belum begitu populer karena tempatnya yang masih asri dan tersembunyi. Wisata alam seperti perbukitan, pantai, goa, pemandian air panas, air terjun, waduk, atau wisata sejarah seperti situs, benteng, dan tempat-tempat rekreasi lainnya dapat dijumpai di Kebumen.

Sabtu, 10 Desember 2016, teman-teman saya dari Semarang berkunjung ke rumah saya di Kebumen. Mereka adalah Kang Mukhlis, Kang Fakhri, Kang Reza, Kang Alim dan Kang Tohir. Berangkat sekitar setengah 5 sore dari Semarang, mereka sampai di rumah saya ahad pukul 1 dini hari. Meskipun mungkin kurang lumrah berkunjung pada pukul 1 dini hari, tetapi saya sangat mengapresiasi kedatangan teman-teman saya yang rela berjam-jam menempuh perjalanan jauh berkendara malam hari demi mengunjungi sahabatnya untuk bersilaturrahim. Semoga persahabatan dan persaudaraan ini tetap kekal sampai akhir hayat nanti.

Pagi hari setelah sarapan dan berbincang dengan keluarga saya, kami, saya dan teman-teman saya berembug untuk mengunjungi dan menjelajahi wisata di Kebumen. Ada beberapa tempat wisata yang saya tawarkan, namun akhirnya mereka memutuskan memilih goa jatijajar, karena memang lebih populer di telinga mereka. Setelah hujan reda, pukul 10 pagi akhirnya kami berenam meluncur berkendara menuju lokasi goa jatijajar. Dari rumah saya di kecamatan Adimulyo, perjalanan menuju goa jatijajar memang lumayan jauh karena goa ini terletak di wilayah Kebumen bagian barat. Pukul setengah 12 akhirnya kami sampai di lokasi goa jatijajar.

Mulut goa jatijajar

Goa jatijajar adalah sebuah situs geologi yang terbentuk dari proses alami. Lokasi goa jatijajar terletak di desa Jatijajar kecamatan Ayah, sekitar 42 km di arah barat daya pusat kota kebumen. Wisata goa jatijajar masih satu jalur dengan objek wisata lain yaitu goa petruk, pantai logending, dan pantai Ayah. Goa jatijajar yang keseluruhannya terbentuk dari batuan kapur ini memiliki panjang 250 meter, dari pintu masuk sampai keluar, dengan lebar rata-rata 15 meter, dan tinggi rata-rata 12 meter. Lokasi goa ini berada 50 meter di atas permukaan laut.

Menurut sejarah, goa ini ditemukan pada tahun 1802 oleh seorang petani bernama Jayamenawi yang memiliki lahan pertanian di atas goa tersebut. Jayamenawi yang saat itu sedang mencari rumput, kemudian jatuh ke sebuah lubang yang ternyata adalah sebuah ventilasi yang ada di langit-langit goa tersebut. Lubang ini mempunyai garis tengah 4 meter dan tinggi dari tanah yang berada dibawahnya 24 meter.

Setelah Jayamenawi menemukan goa, tak lama kemudian Bupati Ambal, salah satu penguasa Kebumen waktu itu, meninjau lokasi tersebut. Saat mendatangi goa, dia menjumpai dua pohon jati tumbuh berdampingan dan sejajar pada tepi mulut goa. Dari kisah itulah asal-muasal penamaan Goa Jatijajar. Pada mulanya pintu-pintu Gua masih tertutup oleh tanah. Maka setelah tanah yang menutupi dibongkar dan dibuang, ditemukanlah pintu goa yang sekarang menjadi pintu masuk.

Pada tahun 1975 Goa Jatijajar mulai dikembangkan menjadi Objek Wisata. Adapun yang mempunyai ide untuk mengembangkan potensi wisata Goa Jatijajar yaitu Bapak Suparjo Rustam sewaktu menjadi Gubernur Jawa Tengah. Sedang yang menjadi Bupati Kebumen pada waktu itu adalah Bapak Supeno Suryodiprojo. Sebelum Pemda Kebumen melaksanakan pembangunan Goa Jatijajar, terlebih dahulu Pemda Kebumen telah mengganti rugi tanah penduduk yang terkena lokasi pengembangan Objek Wisata Goa Jatijajar Seluas 5, 5 hektare. Setelah Goa Jatijajar selesai dibangun maka pengelolaanya dikelola oleh Pemda Kebumen. Pengembangan dan penambahan fasilitas di goa jatijajar antara lain pemasangan lampu listrik sebagai penerangan, trap-trap beton untuk memberikan kemudahan bagi para wisatawan yang masuk ke dalam Goa Jatijajar serta pemasangan hasil karya seni berupa patung-patung atau diorama.

Sebelum memasuki goa, dari lokasi pembelian karcis kita harus berjalan kaki dan menaiki anak tangga hingga sampai di mulut goa. Goa jatijajar memiliki mulut goa yang cukup lebar dan memiliki langit-langit yang lumayan tinggi. Ketika memasuki goa, biasanya kita akan menjumpai beberapa tukang foto yang menawarkan jasanya untuk mengambil gambar dan langsung cetak jadi. Di dalam goa, sebuah jembatan dibangun untuk mempermudah pengunjung menyusuri goa, sementara lampu penerangan juga banyak ditempatkan di setiap sudut goa sehingga tidak terlalu gelap. Ruangan di dalam goa cukup luas, meski semakin ke dalam kita juga melewati lorong sempit sampai akhirnya keluar di ujung goa. Sebagaimana goa pada umumnya, di dalam goa jatijajar kita juga akan menjumpai Stalagmit, Stalagtit dan juga Pilar atau Tiang Kapur, yaitu pertemuan antara Stalagtit dengan Stalagmit. Kesemuanya ini terbentuk dari endapan tetesan air hujan yang sudah bereaksi dengan batu-batu kapur yang ditembusnya.

Menurut penelitian para ahli, untuk pembentukan Stalagtit itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Dalam satu tahun terbentuknya Stalagtit paling tebal hanya setebal 1 cm saja. Oleh sebab itu Goa Jatijajar merupakan goa Kapur yang sudah tua sekali. Karena saking tuanya usia dan keberadaan goa ini, maka sebagai simbol dibangunlah sebuah patung besar berbentuk binatang purba Dinosaurus di muka goa.

Diorama

Selain hasil karya yang terbentuk secara alami, di dalam goa kita juga dapat melihat karya seni buatan manusia berupa patung-patung atau diorama. Diorama yang di pasang dalam Goa Jatijajar ada 8 diorama, dengan patung berjumlah 32 buah. Keseluruhannya mengisahkan legenda dari Raden Kamandaka atau Lutung Kasarung. Adapun kaitannya dengan Goa Jatijajar ialah, dahulu kala Goa Jatijajar pernah digunakan untuk bertapa oleh Raden Kamandaka Putera Mahkota dari Kerajaan Pajajaran, yang bernama asli Banyak Cokro atau Banyak Cakra. Perlu diketahui bahwa zaman dahulu sebagian dari wilayah Kabupaten Kebumen, adalah termasuk wilayah kekuasaan Pajajaran, yang pusat pemerintahannya di Bogor (Batutulis) Jawa Barat. Adapun batasnya yaitu Kali Lukulo dari Kabupaten Kebumen. Sedangkan sebelah Timur Kali Lukulo sudah masuk wilayah Kerajaan Majapahit. Cerita Kamandaka atau Lutung Kasarung ini terjadi di kabupaten Pasir Luhur, yaitu daerah Baturaden atau Purwokerto pada abad ke-14. Namun keseluruhan dioramanya dipasang di dalam Goa Jatijajar.

Sendang mawar

Di dalam Goa Jatijajar juga terdapat 7 sungai atau sendang, meski yang baru dikenal hanya 4, yaitu Sendang Mawar, Sendang Kanthil, Sendang Puser Bumi dan Sendang Jombor. Sendang Mawar dan Sendang Kantil dapat kita akses dengan mudah, namun untuk Sendang Jombor dan Sendang Puser Bumi yang masih alami sulit untuk dijangkau, karena masih belum ada penerangan serta licin. Sendang Mawar konon airnya jika untuk mandi atau mencuci muka, mempunyai khasiat bisa awet muda. Adapun Sendang kanthil jika airnya untuk cuci muka atau mandi, maka niat/ cita-citanya akan mudah tercapai. Aliran air dari kedua sendang yang konon belum pernah kering ini kemudian keluar lewat mulut patung Dinosaurus dan dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai pengairan sawah desa Jatijajar dan sekitarnya. Untuk sendang Jombor dan Puser Bumi memang jarang pengunjung yang bisa sampai ke sana. Air dari Sendang Jombor dan Puser Bumi juga konon mempunyai khasiat dapat digunakan untuk segala macam tujuan menurut kepercayaan masing-masing.

Lorong goa jatijajar

Kepopuleran dan keeksotisan goa jatijajar memang telah dikenal masyarakat luas. Maka tidak heran jika tempat wisata ini selalu ramai didatangi pengunjung dari berbagai daerah. Selain bagian dalam goa, areal di luar goa yang sudah dipermak sedemikian rupa juga menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk berjalan-jalan dan menikmati pemandangan serta fasilitas-fasilitas yang tersedia di sekitar goa. Berbagai fasilitas di area sekitar goa jatijajar ini juga terbilang cukup lengkap. Fasilitas-fasilitas yang ada di sana di antaranya masjid, arena bermain anak-anak, taman, kolam renang, pedagang makanan dan pasar seni yang menjual berbagai macam oleh-oleh dan cinderamata.

Setelah puas menjelajahi goa jatijajar, kami shalat dzuhur di masjid areal wisata goa jatijajar ini. Selesai shalat, kami berunding untuk menentukan tujuan berikutnya. Pukul setengah 3 sore perjalanan akhirnya kami lanjutkan menuju lokasi wisata berikutnya yaitu goa petruk.

Pintu keluar goa jatijajar



Baca Selanjutnya: Menyusuri Goa Petruk, Kebumen
Selengkapnya
Kisah Barshisha dan Syaitan Abyadh

Kisah Barshisha dan Syaitan Abyadh

 Ilustrasi digoda syaitan

Syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Dengan berbagai cara syaitan menggoda manusia agar tersesat dari jalan kebenaran. Tujuannya adalah agar mereka dapat bersama-sama dengan manusia kelak di neraka. Oleh karenanya wajib bagi kita umat Islam untuk selalu mewaspadai dan membentengi diri kita dengan iman yang kokoh, agar tidak terbujuk oleh rayuan syaitan yang berujung pada kehinaan. 

Perlu kita ketahui bahwa ada beberapa golongan tingkatan syaitan dalam menyesatkan manusia. Syaitan yang menggoda para Ulama, Kiyai, tentunya berbeda dengan syaitan yang bertugas menggoda orang awam atau manusia biasa. Begitu pula syaitan yang menggoda para Nabi, Wali, dan orang-orang Shalih, tentunya juga tidak sembarangan syaitan. Mereka adalah syaitan khusus yang memang tugasnya menggoda manusia-manusia mulia tersebut. Syaitan yang menggoda para Nabi dan Wali disebut juga syaitan abyadh (أبيض/putih). Syaitan abyadh juga pernah mendatangi Nabi Muhammad SAW dalam rupa atau mengaku sebagai Malaikat Jibril yang hendak membawa wahyu. Namun Nabi mengetahuinya dan kemudian Malaikat Jibril membuangnya ke tempat yang jauh. Diriwayatkan dari 'Atha' dan lainnya dari Ibnu 'Abbas RA, beliau menuturkan:

Dahulu ada seorang rahib (pendeta) bernama Barshisha (برصيصا) yang dikenal taat dan ahli ibadah. Ia beribadah di dalam biaranya selama 70 tahun lamanya. Selama itu, ia tidak pernah sekalipun bermaksiat kepada Allah SWT. Sebegitu giatnya ia beribadah sampai-sampai iblis dibuat kepayahan dalam upayanya menyesatkan barshisha. Suatu ketika para syaitan penggoda manusia berkumpul. Syaitan abyadh kemudian berkata kepada iblis: ''Aku yang akan menyelesaikan tugas untuk menyesatkan barshisha.''

Syaitan abyadh kemudian pergi ke tempat barshisha dengan berpenampilan seperti seorang pendeta dan mencukur rambutnya. Setelah sampai di biara milik barshisha, syaitan abyadh kemudian memanggilnya, namun barshisha tidak menjawabnya. Barshisha tidak pernah beristirahat dari shalatnya kecuali setiap 10 hari sekali. Ia juga tidak berbuka puasa kecuali setiap 10 hari sekali. Melihat hal itu, syaitan abyadh kemudian berpura-pura shalat di lantai dasar biara barshisha. Selama 40 hari, barshisha tidak menoleh sekalipun kepada syaitan abyadh yang menyamar sebagai ahli ibadah itu. 

Ketika barshisha melihat kesungguhan syaitan abyadh dalam beribadah, barshisha kemudian menemui syaitan abyadh dan bertanya: ''Apa keperluanmu?''

Syaitan abyadh menjawab,: ''Keperluanku adalah agar kiranya engkau mengizinkanku untuk naik ke atas biara bersamamu.''

Barshisha kemudian mengizinkan syaitan abyadh untuk naik ke atas biaranya. Syaitan abyadh kemudian beribadah selama satu tahun di biara barshisha.

Syaitan abyadh menampakkan kesungguhannya dalam beribadah. Ia tidak berbuka puasa dan juga tidak beristirahat dari shalatnya kecuali setiap 40 hari sekali.  Setelah memasuki masa satu tahun, syaitan abyadh kemudian berkata kepada barshisha: ''Sesungguhnya aku mempunyai beberapa doa yang akan aku ajarkan kepadamu supaya engkau dapat mengamalkannya. Doa ini lebih baik dari apa yang engkau kerjakan. Dengan doa ini Allah akan menyembuhkan orang sakit, orang yang mendapat bala' dan dapat menyembuhkan orang gila.''

Barshisha menjawab,: ''Aku tidak menginginkan derajat seperti itu. Aku khawatir orang-orang akan membuatku sibuk sehingga menjadikanku lalai beribadah kepada Tuhanku.''

Syaitan abyadh tidak henti-hentinya membujuk barshisha sampai akhirnya ia mengajarkan doa-doa itu kepada barshisha. Setelah itu, syaitan abyadh kemudian pergi mendatangi iblis dan berkata: ''Demi Allah! aku telah berhasil merusak lelaki ini.''

Kemudian syaitan abyadh pergi untuk mengganggu seorang lelaki. Ia membuat laki-laki tersebut menjadi gila. Kemudian ia menjelma menjadi seorang tabib lalu berkata kepada keluarganya,: ''Sesungguhnya lelaki ini telah diganggu oleh bangsa jin sehingga menjadi gila. Apakah kalian ingin ia diobati?''

Mereka menjawab,: ''Ya.''

Syaitan abyadh berkata,: ''Sesungguhnya aku tidak mampu mengobati penyakit ini, tetapi akan aku tunjukkan kepada kalian seseorang yang apabila dia berdoa kepada Allah, maka Allah akan menyembuhkan penyakit lelaki ini. Pergilah kalian kepada Barshisha, karena sesungguhnya dia memiliki 'ism' yang jika dia berdoa dengan 'ism' tersebut maka doanya akan dikabulkan.''

Mereka pun pergi kepada Barshisha dan memintanya berdoa untuk kesembuhan lelaki itu. Maka barshisha pun kemudian mendoakannya dan pergilah syaitan yang mengganggu lelaki tersebut.

Sejak saat itu syaitan abyadh terus mengganggu manusia lain dan menyuruh mereka untuk berobat kepada Barshisha. Barshisha pun mendoakan mereka dan semua sembuh berkat doa barshisha. Sampai suatu ketika syaitan abyadh mengganggu seorang putri raja dari Bani Israil yang memiliki tiga saudara laki-laki. Melihat keadaan putrinya, sang raja mengumumkan hal itu kepada kaumnya. Lalu syaitan abyadh kemudian datang kepada keluarga putri tersebut dengan menjelma menjadi seorang tabib. Syaitan abyadh bertanya kepada saudara-saudaranya,: ''Apakah kalian ingin agar saudarimu itu aku obati?''

Mereka menjawab,: ''Ya''

Syaitan abyadh berkata, ''Sesungguhnya syaitan yang mengganggu saudari kalian itu sangat kuat sehingga aku tidak mampu mengobatinya, tetapi aku akan menunjukkan kepada kalian seorang yang dapat dipercaya, yang mana kalian dapat menitipkan saudari kalian kepadanya untuk disembuhkan. Apabila syaitan yang mengganggu saudari kalian itu datang, dia akan berdoa untuk kesembuhan saudari kalian, hingga kalian akan tahu bahwa saudari kalian telah sembuh dan kalian dapat mengambilnya kembali darinya.''

Mereka berkata: ''Siapakah orang itu?'' Syaitan abyadh menjawab: ''dia adalah barshisha.''

Maka pergilah mereka kepada barshisha dan memintanya untuk mendoakan kesembuhan saudari mereka, namun ternyata barshisha menolaknya. Mereka pun kemudian membangun sebuah biara baru yang mereka sambungkan dengan biara milik barshisha. Mereka letakan saudari mereka di biara yang mereka buat itu. Setelah itu mereka berkata kepada barshisha: ''Wahai barshisha, kami tinggalkan saudari kami sebagai amanah bagimu, maka hendaklah engkau obati dia.'' Setelah berkata demikian, mereka kemudian pulang.

Ketika barshisha selesai dari shalatnya, ia mengamati gadis yang begitu cantik itu, sampai timbul perasaan dalam hatinya kepada gadis itu. Kemudian syaitan mendatangi gadis itu dan mencekiknya, hingga tanpa sengaja tubuh gadis itu terbuka dan membuat gadis itu seperti hendak menggoda barshisha. Maka syaitan mendatangi barshisha dan berkata kepadanya: ''Celaka engkau, gaulilah gadis itu, karena engkau tidak akan bisa temui lagi gadis secantik itu, dan setelah itu engkau bisa bertaubat.''

Tidak henti-henti syaitan menggoda barshisha agar menuruti perintahnya, sampai akhirnya barshisha pun menggauli gadis itu berkali-kali hingga hamil dan terlihat kandungannya. Kemudian syaitan berkata kepada barshisha,: ''Celaka engkau wahai barshisha, bila perbuatanmu itu terungkap. Hendaknya engkau membunuhnya dan setelah itu engkau bisa bertaubat?''

Barshisha kemudian membunuh gadis itu dan menguburkannya di lereng gunung pada malam hari. Pada saat barshisha menguburkannya, syaitan datang dan menarik ujung pakaian gadis itu hingga nampak muncul dari permukaan tanah. Kemudian Barshisha pulang ke biaranya dan kembali beribadah. Tiba-tiba ketiga saudara gadis itu datang untuk menjenguk saudari mereka. Ketika mereka tidak menjumpainya, mereka menanyakan hal itu kepada barshisha: “Wahai barshisha, apa yang telah engkau lakukan terhadap saudari kami?”

Barshisha menjawab: ''Syaitan telah datang dan membawa pergi saudari kalian, sedangkan aku tidak mampu melawannya.''

Maka mereka pun percaya kepada jawaban barshisha dan akhirnya pulang. Pada saat malam hari dalam suasana duka, syaitan datang dalam mimpi saudara yang paling besar dan berkata kepadanya tentang kejadian yang menimpa saudarinya. Dalam mimpinya syaitan berkata: ''Sesungguhnya barshisha telah berbuat demikian dan demikian kepada saudarimu, dan ia telah menguburkan saudarimu di tempat ini''.

Saudara paling besar ini tidak mempercayai mimpi itu dan berkata: ''mimpi ini berasal dari perbuatan syaitan.'' Tiga malam berturut-turut syaitan datang dalam mimpi saudara paling besar tadi, namun tidak dihiraukan. Syaitan kemudian mendatangi saudara yang tengah dan memberitahukan seperti yang disampaikan kepada saudara yang paling besar. Saudara yang tengah ini juga hanya diam dan tidak memberitahukan mimpinya kepada siapapun. Melihat hal itu, syaitan kemudian mendatangi saudara yang paling kecil dan kembali memberitahukan sebagaimana yang disampaikan kepada kedua saudaranya sebelumnya. Saudara paling kecil ini kemudian berkata kepada kedua saudaranya,: ''demi Allah, sungguh aku telah bermimpi seperti ini dan seperti ini (menjelaskan mimpinya).''

Saudara yang tengah kemudian menyahut: ''demi Allah, aku juga bermimpi demikian.''

Suadara yang paling besar pun ikut menimpali: ''demi Allah, aku juga bermimpi yang sama.''

Ketiganya kemudian pergi menemui barshisha lagi dan bertanya: ''Apa yang telah engkau perbuat kepada saudari kami?''

Barshisha menjawab,: ''Bukankah aku telah memberitahukan tentang hal itu kepada kalian, mengapa kalian seakan menuduhku?''

Mereka lalu mengatakan,: ''Demi Allah kami tidak menuduhmu,'' Mereka pun merasa malu dan kemudian pergi.

Syaitan kemudian mendatangi mereka lagi dan berkata kepada mereka: "Sesungguhnya saudari kalian telah dikuburkan di sana (dengan menunjukan suatu tempat), dengan ujung pakaiannya kelihatan menyembul di atas permukaan tanah."

Maka pergilah mereka bertiga menuju tempat yang ditunjukkan syaitan dan mendapati saudari mereka persis sebagaimana yang diberitakan dalam mimpi mereka. Kemudian mereka bersama beberapa pemuda dari keluarga mereka mendatangi biara barshisha dengan membawa kapak dan beberapa peralatan. Mereka robohkan biara barshisha dan membawa paksa barshisha turun dari biaranya. Mereka membelenggu barshisha dan membawanya ke hadapan raja.

Akhirnya barshisha pun mengakui apa yang telah diperbuatnya. Sang raja kemudian memerintahkan hukuman mati kepada barshisha dan dipancang di atas kayu salib. Pada saat disalib, syaitan abyadh mendatangi barshisha seraya berkata,: ''Apakah engkau mengenalku?''

Barshisha menjawab: ''Tidak.''

Syaitan abyadh berkata lagi,: ''Akulah temanmu yang telah mengajarkanmu beberapa doa, lalu doa itu dikabulkan bagimu.''

Melihat keadaan barshisha, syaitan tidak henti-hentinya mencela sikap barshisha hingga akhirnya barshisha berucap: ''jadi sekarang bagaimana, apa yang harus aku lakukan''

Syaitan abyadh menjawab,: ''Taat dan tunduklah engkau kepadaku atas satu hal, maka aku akan menyelamatkanmu dari siksa yang engkau alami, dan aku akan bebaskan engkau dari tempat ini.''

Barshisha bertanya: ''Apa perintahmu yang harus aku taati?''

Syaitan abyadh menjawab,: ''Engkau harus sujud kepadaku.''

Barshisha kembali menjawab:, ''Baiklah, aku akan melakukannya.''

Maka barshisha pun menyatakan sujud kepada syaitan abyadh. Kemudian syaitan abyadh berkata,: "Hai Barshisha! Inilah yang aku kehendaki darimu sebagai akhir dari urusanmu, hingga akhirnya engkau kufur dan ingkar kepada Tuhanmu. Sekarang aku berlepas diri darimu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam.''

Demikianlah kisah Barshisha atau Barseso, seorang ahli ibadah yang akhir hidupnya mati dalam keadaan su'ul khatimah. Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar atau membaca kisah Barshisha ini. Kisah di atas saya nukil dari kitab Tafsir Munir karya Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi dalam menafsiri surat Al-Hasyr ayat 16-17. Kisah ini disebutkan pula dalam kitab tafsir lain seperti dalam kitab tafsir Imam al-Qurtubi dan lainnya. Kisah barshisha ini juga biasa dikutip ketika menjelaskan tentang keutamaan seorang alim atas ahli ibadah.

Itulah gambaran dari tipu daya syaitan dalam menyesatkan umat manusia. Seberapa tinggi derajat kita, syaitan juga punya cara untuk melancarkan godaan dan tipu muslihatnya demi keberhasilan tujuan mereka. Segala cara ditempuh agar manusia dapat terbujuk oleh rayuan mereka dan akhirnya tunduk kepada mereka. Begitu manusia tunduk pada kehendak mereka, mereka pun berlepas diri atas apa yang terjadi selanjutnya. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah di atas.

Allah berfirman: (Bujukan orang-orang munafik itu) seperti halnya (bujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam". "Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hasyr: 16-17)

Selengkapnya
Gedong Songo, Kompleks Candi di Lereng Gunung Ungaran

Gedong Songo, Kompleks Candi di Lereng Gunung Ungaran

Candi gedong songi
Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo adalah lokasi wisata yang cukup populer di Semarang. Keindahan panorama alam bersanding dengan gagahnya candi-candi yang berdiri di salah satu bukit di Gunung Ungaran ini. Saya pernah dua kali mengunjungi tempat ini sewaktu masih kuliah di Semarang, yaitu pada kisaran tahun 2009 dan 2012. Bahkan salah satunya (2009) saya dan beberapa teman saya sempat bermalam disana, dengan mendirikan tenda di lokasi sekitar hutan pinus. Meski sayangnya tak ada dokumentasi gambar yang saya miliki, sungguh pengalaman yang berkesan pernah berkunjung ke sana.

Candi Gedong Songo adalah kompleks bangunan peninggalan umat Hindu yang terletak di lereng Gunung Ungaran, Jawa Tengah. Dilihat dari bangunannya, candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng yang berada di Wonosobo. Dinamakan candi Gedong Songo karena kompleks ini sebetulnya terdiri dari sembilan (songo) bangunan candi, meskipun sekarang yang tersisa atau terlihat hanya lima buah candi saja. Bangunan-bangunan candi ini diperkirakan dibangun pada masa Wangsa Syailendra yaitu pada sekitar abad ke- 9 (tahun 927 masehi). 

Kompleks candi Gedong Songo ditemukan oleh Thomas Stamford Raffles pada tahun 1804 (sumber lain menyebutkan 1740). Kompleks candi ini berlokasi di desa Candi kecamatan Bandungan kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Untuk menuju lokasi candi Gedong Songo, dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor atau mobil dari arah Ungaran, Bandungan atau Ambarawa. Jika kita berkendara naik motor atau mobil, kita musti berhati-hati dan waspada, karena jalanan menuju tempat ini menanjak naik hingga kemiringan yang sangat tajam (rata-rata mencapai 40 derajat). Namun begitu sampai di lokasi, keindahan candi dan panorama alamnya siap menyapa kita. 

Berada di ketinggian sekitar 1200 meter di atas permukaan laut, suhu udara di tempat ini cukup dingin berkisar antara 19-27 derajat celcius. Meskipun begitu, lokasi Candi Gedong Songo ini memiliki pemandangan alam yang indah dengan kabut tipis sesekali turun dari gunung. Jika kita berkeliling naik untuk mengunjungi setiap candi, kita juga tidak akan merasakan lelah selama perjalanan, karena kita akan disuguhkan dengan pemandangan alam lereng gunung Ungaran yang indah serta udara yang sejuk dan menyegarkan.

Candi gedong songo
sumber

Menurut versi lain, Kompleks Candi Gedong Songo ini dibangun oleh Putera Sanjaya, Raja Mataram Kuno, pada sekitar abad 7 masehi. Dilihat dari bentuk arsitekturnya, bangunan candi ini merupakan candi Hindu yang dibangun untuk tujuan pemujaan. Hal ini juga ditunjukkan dengan ditemukannya berbagai macam arca para Dewa seperti Syiwa Mahaguru, Syiwa Mahadewa, Syiwa Mahakala, Durgamahesasuramardhani, Maharsi Agastya, Ganesha, serta Lingga Yoni yang merupakan ciri khas candi Hindu di Indonesia.

Kompleks candi Gedong Songo pernah mengalami pemugaran, yaitu pada masa era kolonial dan setelah Indonesia merdeka. Namun pemugaran dilakukan dengan tetap mempertahankan bentuk keaslian bangunan candi. Salah satu keunikan candi-candi di Gedong Songo ini yaitu ketinggian candi antara candi pertama dengan candi yang kelima atau yang teratas konon terpaut tepat 100 meter. Posisi candi dibangun berderet dari bawah hingga ke atas perbukitan, mengelilingi mata air panas yang berasal dari kawah Gunung Ungaran. Menurut legenda dan kepercayaan masyarakat lokal, Candi Gedong Songo dibangun dengan tujuan mengunci Sang Rahwana yang dikalahkan Hanoman dengan cara dihimpit dengan Gunung Ungaran.

Selain bangunan candi, di kompleks ini kita juga bisa menikmati indahnya pemandangan hamparan hutan pinus yang hijau dan tertata rapi. Bagi yang ingin merasakan sensasi lain, di sini juga tersedia jasa penyewaan kuda yang siap mengantarkan kita untuk mengitari lokasi ini dari candi pertama sampai yang terakhir. Selain objek wisata candi, di sekitar lokasi wisata ini juga dilengkapi dengan area perkemahan dan pemandian air panas yang berasal dari mata air gunung Ungaran yang mengandung belerang dan dipercaya dapat mengobati penyakit kulit.

Fasilitas yang ada di kompleks wisata ini juga tergolong lengkap, dari area parkir, tempat ibadah, toilet, dan rumah makan semua tersedia. Bahkan mungkin jika dibandingkan dengan kondisi semenjak terakhir kali saya berkunjung ke sana, pastinya kondisi sekarang sudah banyak perubahan dan fasilitasnya juga lebih lengkap dan memadai. Demikianlah sedikit informasi yang bisa saya bagikan bagi pembaca sekalian yang ingin berkunjung kesana. Semoga bermanfaat.
Selengkapnya
Sisi Lain Kekuasaan

Sisi Lain Kekuasaan

Raja dalam catur

Bagi yang pernah belajar ilmu politik, mungkin pernah mendengar ungkapan yang mengatakan "Power tends to corrupt and absolute power corrupt absolutely" yang artinya kurang lebih ''kekuasaan cenderung untuk melakukan tindakan korupsi dan kekuasaan yang begitu besar, maka dipastikan kecenderungan akan tindakan korupsi juga lebih besar. Ungkapan yang hingga kini banyak dikutip orang ini berasal dari seorang ilmuwan di bidang politik yang bernama Lord Acton (1834-1902).

Kita sering memaknai suatu ungkapan ataupun dalil, tanpa melihat konteks munculnya ungkapan atau dalil tersebut. Menurut sejarah, John Emerich Edward Dalberg Acton, atau lebih dikenal dengan nama Lord Acton hidup pada masa ketika Inggris dipimpin oleh Perdana Menteri William Ewart Gladstone (1809-1898). Gladstone adalah perdana menteri yang dikenal menentang reformasi pemilihan demokratik. Selain itu, ia juga menentang penghapusan perbudakan, karena ternyata perkebunan yang ia miliki banyak mempekerjakan para budak di dalamnya.

Pada tahun 1887, Mandell Creighton (1843-1901), sejarawan dan uskup London, menerbitkan sebuah buku berjudul A History of the Papacy. Dalam bukunya disebutkan tentang ''papal infallibility'' atau keadaan tidak dapat berbuat kesalahan atau kekeliruan dari seorang Paus. Acton yang tidak sependapat dengan pernyataan ini kemudian mengirimkan surat pribadinya kepada Creighton. Dalam sebagian isi suratnya, ia menuliskan  ''Power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely''.

Jika kita melihat kondisi dimana Acton hidup, kita mestinya memahami mengapa Acton sampai mengeluarkan pernyataan tersebut. Pernyataan tersebut muncul sebagai ekspresi kekecewaan Acton pada situasi masa itu, dimana kekuasaan banyak disalah gunakan untuk kepentingan tertentu. Dengan mengetahui konteks munculnya ungkapan ini, kita menjadi tahu bahwa ketika kita hendak mengutip pernyataan Acton tersebut, kita juga musti melihat konteks yang terjadi disekeliling kita. Artinya, dogma tersebut membutuhkan berbagai syarat untuk bisa dijalankan.

Terlepas dari pernyataan Lord Acton tersebut, kekuasaan memang ibarat pisau bermata dua. Dalam sejarah, kita mengenal pemimpin-pemimpin besar yang dengan keadilan dan kebijaksanaannya mampu dan sukses dalam mensejahterakan rakyatnya. Tetapi kita juga mengenal dan mendengar penguasa-penguasa yang mengaku dirinya paling hebat, setengah dewa, minta dipuja-puja, bahkan minta dikultuskan, namun pada akhirnya hancur, jatuh tersungkur dari singgasananya akibat kekuasaan yang mereka salah gunakan.

Kekuasaan memang mempesona sekaligus menakutkan. Mempesona karena ia seringkali diperebutkan oleh mereka-mereka yang merasa berhak menduduki singgasananya. Namun menjadi menakutkan ketika kekuasaan sudah ada dalam genggaman, karena segala macam cara digunakan untuk mempertahankan dan memperluas kekuasaan politiknya. Hans Morgenthau dalam bukunya Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace menuliskan: Motif tindakan politik adalah tiga hal dasar, yaitu mempertahankan kekuasaan, menambah atau memperluas kekuasaan dan memperlihatkan kekuasaan.

Meskipun demikian, ibarat air bagi kehidupan, keberadaan penguasa bagi manusia adalah hal yang mutlak. Tanpa penguasa, manusia tidak akan memperoleh kemaslahatan hidup. Tidak ada keadilan yang dapat berdiri tegak dengan sendirinya dan tidak ada hak yang dapat memenangkan dirinya sendiri (الحق بلانظام يغلبه الباطل بنظام). Manusia tanpa penguasa akan menjadi anarkis, sedangkan ketika masyarakat anarkis, kemaslahatan tidak akan pernah tercipta.

Kekuasaan adalah amanat dari rakyat yang musti dijalankan dengan sebaik-baiknya. Seorang penguasa atau pemimpin yang baik tidak akan berlaku sombong, apalagi bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Ia juga tidak cenderung terhadap kepentingan keluarga dekatnya atau orang-orang disekelilingnya, melainkan lebih cenderung dan bersikap objektif terhadap kebutuhan semua rakyatnya. Ia selalu menjadikan kesejahteraan rakyatnya sebagai prioritas utamanya. Jelasnya, fungsi penguasa yang sesungguhnya adalah pelindung bagi seluruh rakyatnya.

Oleh karenanya wajar jika Allah menjanjikan posisi yang mulia dan kedudukan yang terhormat bagi penguasa, apabila ia berlaku adil dan bijaksana dalam menjalankan kekuasaannya. Bahkan Rasulullah SAW juga pernah bersabda bahwa penguasa yang demikian akan mendapatkan naungan dari Allah pada saat hari kiamat kelak. Hendaklah mereka yang hendak menjadi penguasa meneladani apa yang telah dicontohkan oleh tokoh-tokoh pemimpin umat ini yang telah diakui keberhasilannya dalam menjalankan kekuasaannya.

Kita mendapati tokoh-tokoh penguasa ini juga tidak egois ketika mereka justru menawarkan dirinya kepada rakyatnya untuk diawasi secara kritis dalam setiap tindakan dan pelaksanaan tugasnya, selama pengawasan secara kritis tersebut dilakukan dalam rangka untuk kemaslahatan hidup bersama. Mereka juga meminta agar rakyatnya meluruskannya apabila melakukan kesalahan. Abu Bakar Ash-Siddiq RA ketika menerima baiat pengangkatannya sebagai khalifah pengganti Rasulullah SAW, beliau mengatakan, ''... Jika aku berbuat baik, dukung dan bantulah aku, dan jika aku berbuat salah, luruskanlah aku...''



Disarikan dari berbagai sumber.
Selengkapnya
Nasehat Seorang Anak Kecil kepada Umar bin Abdul Aziz

Nasehat Seorang Anak Kecil kepada Umar bin Abdul Aziz

Gambar anak kecil

Kita mengenal Umar bin Abdul Aziz sebagai sosok seorang pemimpin umat Islam yang terkenal adil dan bijaksana. Kisah berikut ini berkenaan dengan beliau yang mendapatkan nasihat dari seorang anak kecil yang dianugerahi kecerdasan, serta kejernihan akal dan hati. Semoga kita bisa memahami dan mengambil hikmah serta intisari dari kisah berikut ini.

Ketika Umar bin Abdul Aziz naik tahta kekhalifahan Bani Umayyah, sejumlah rombongan datang dari berbagai negeri untuk mengemukakan kebutuhan mereka dan juga untuk menyampaikan ucapan selamat. Orang-orang dari tanah Hijaz juga berkunjung secara berombongan. Seorang anak dari Bani Hasyim kemudian tampil sebagai juru bicara. Melihat hal itu, maka Umar bin Abdul Aziz berkata: ''Hendaklah orang yang maju lebih tua daripada engkau!''

Anak tersebut berkata: ''Semoga Allah meningkatkan kebaikan kepada engkau Amir al-Mukminin, sesungguhnya besar-kecilnya seseorang bergantung pada hati dan ucapannya. Jika Allah telah mengaruniai seorang hamba dengan lidah yang cakap berbicara dan hati yang dapat menjaga, ia berhak untuk berbicara. Yang mengetahui keutamaannya adalah orang yang mendengarkan pembicaraannya.''

''Hai Amir al-Mukminin, jika segala urusan ditentukan oleh umur, niscaya di antara umat ini ada orang yang lebih berhak daripada Anda dalam menduduki jabatan Anda ini.''

Umar berkata: ''Engkau benar, katakan apa yang ingin kau katakan!''

Anak tersebut berkata: ''Semoga Allah meningkatkan kebaikan kepada engkau Amir al-Mukminin, kami adalah rombongan yang datang untuk mengucapkan selamat, bukan rombongan untuk mengadukan penderitaan. Kami mendatangi Anda karena anugerah yang Allah berikan kepada kami karena Anda.''

''Kami tidak datang karena senang atau takut. Apabila kami datang karena senang, sesungguhnya kami (rakyatmu) telah datang dari berbagai negeri. Apabila kami datang karena takut, sungguh kami telah merasa aman dari kezaliman Anda berkat keadilan Anda.''

Umar kemudian berkata: ''Nasihatilah aku, hai ghulam (anak kecil).''

Anak tersebut berkata: ''Semoga Allah meningkatkan kebaikan kepada engkau Amir al-Mukminin, sesungguhnya sebagian manusia telah terpedaya oleh kesantunan Allah (mungkin ujian dalam bentuk nikmat), panjangnya angan-angan, dan banyaknya sanjungan. Semua itu dapat menggelincirkan banyak orang hingga mereka masuk neraka.''

''Maka janganlah sekali-kali Anda terpedaya oleh kesantunan Allah kepada Anda, panjangnya angan-angan dan banyaknya sanjungan kepada Anda. Hal tersebut dapat menggelincirkan Anda. Apabila tidak terpedaya, Anda tidak akan tergelincir dan akan termasuk kelompok orang sholeh dari umat ini.''

Anak tersebut lalu diam. Umar kemudian berkata: ''Berapa umur anak ini?''. Seseorang kemudian menjawab bahwa umurnya sebelas tahun. Umar lalu bertanya tentang siapa anak ini. Ternyata dia adalah salah seorang putra Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, atau cicit Rasulullah SAW. Umar pun menyanjungnya dan kemudian berdoa untuknya. Setelah itu, Umar kemudian bersyair:

                               # تعلم فليس المرء يولد عالما

             # وليس أخو علم كمن هو جاهل 

                               # فإن كبير القوم لاعلم عنده 

            # صغير إذا التفت عليه المحافل 

Belajarlah, karena sesungguhnya tidak ada seseorang yang dilahirkan telah berilmu #
Dan tidaklah orang yang berilmu itu seperti orang yang bodoh #
Sesungguhnya orang tertua pada suatu kaum apabila ia tidak berilmu #
dan selalu diliputi dengan berbagai hiburan, maka ia adalah anak kecil. #



Kisah dinukil dari Al-Islam bainal 'Ulama wal Hukkaam.
Selengkapnya
Pendakian Gunung Sindoro via Kledung

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung

Gunung Sindoro

Setelah sempat tertunda selama berbulan-bulan untuk menulis kisah ini, akhirnya pada kesempatan kali ini kisah pendakian di gunung Sindoro bisa saya tuliskan di blog ini. Tentunya ada beberapa memori yang terlupakan saat saya menuliskan kisah ini. Harapannya, tulisan perjalanan ini (termasuk tulisan-tulisan perjalanan kami yang lain) saya buat agar bisa menjadi suatu kenangan bagi saya dan teman-teman saya, yang semoga tetap bisa dibaca sampai masa yang akan datang nanti. Sedangkan bagi pembaca, semoga tulisan-tulisan saya ini dapat sedikit memberikan informasi mengenai tempat-tempat yang kami kunjungi.

Dua hari sebelum puasa Ramadhan 1437 H atau bertepatan 5 Juni 2016 yang lalu, saya dan beberapa teman berpetualang kembali mengukir cerita dengan mengunjungi salah satu gunung yang masih berlokasi di Jawa Tengah, yakni Gunung Sindoro. Gunung Sindoro atau ada pula yang menyebutnya Sindara berlokasi di antara Kabupaten Temanggung dan Wonosobo. Gunung dengan ketinggian 3.136 mdpl ini merupakan gunung volcano aktif berbentuk kerucut dengan tipe Strato. Selain memiliki kawah aktif pada puncaknya, gunung ini juga memiliki ladang edelweis di bawah puncaknya. Gunung Sindoro berdiri tegak berdampingan dengan kembarannya yaitu Gunung Sumbing. Keduanya berdiri kokoh di batas Temanggung sebelah barat dan sebelah timur kota Wonosobo.

Sabtu 5 juni 2016, saya berangkat dari Kebumen pukul 11 siang dengan mengendarai sepeda motor. Sekitar pukul setengah 3 sore, saya sampai di Pringsurat, Temanggung. Sembari menunggu teman-teman dari Semarang yang sedang mempersiapkan diri, saya beristirahat sejenak di sebuah masjid di pinggir jalan. Menjelang ashar, perjalanan saya lanjutkan kembali menuju masjid alun-alun kota Temanggung, karena kami sepakat untuk bertemu di sana. Sekitar pukul 5 sore, akhirnya saya bertemu dengan teman-teman dari Semarang.

Dari kota Temanggung perjalanan kami lanjutkan bersama menuju lokasi basecamp pendakian gunung Sindoro di desa Kledung, Kabupaten Temanggung. Sebetulnya untuk mendaki gunung Sindoro ada beberapa basecamp lain yang bisa dilalui, tetapi kami lebih memilih Jalur pendakian via Kledung yang umum digunakan. Pukul 6 petang akhirnya sampailah kami di Basecamp yang terletak di desa Kledung. 

Basecamp yang terletak di seberang jalan raya atau tepatnya di jalan masuk desa Kledung ini memiliki aula luas yang bisa digunakan sebagai tempat istirahat sebelum atau sesudah pendakian. Di sini juga disediakan area untuk parkir di dalam dan di depan aula yang lumayan luas. Setelah membayar registrasi dan memarkirkan motor masing-masing, kami bergegas menuju masjid di sekitar lokasi untuk shalat maghrib terlebih dahulu. Sembari menunggu waktu isya, perbekalan kami cek kembali untuk melengkapi yang hendak dibawa selama pendakian. Setelah shalat isya, kami sempatkan mencari warung makan untuk mengisi tenaga sebelum memulai pendakian.

Makan malam sebelum pendakian

Pukul setengah 8 malam pendakian pun kami mulai. Pada pendakian kali ini, jumlah personel kami lumayan lebih banyak dari pada biasanya, yaitu 11 orang. Saya berangkat dari Kebumen, Kang Alim, Kang Mukhlis dan dua temannya dari Purwodadi, Kang Fakhri dari Rembang, sedangkan sisanya teman-teman yang masih berjuang di Semarang yaitu Kang Reza (Kudus), Kang Deni (Pati), Kang Ulil (Pati), Kang Akhis (Tegal) dan Kang Arwani. 

Sebelum berjalan memasuki kawasan jalur pendakian, kami terlebih dahulu melalui jalan desa melewati sebagian rumah penduduk. Setelah keluar dari permukiman, perjalanan dilanjutkan menuju pos 1 dengan melewati jalanan batu yang tersusun rapi dengan lahan pertanian disampingnya. Jalanan rata berbatu ini cukup panjang, sehingga sebagian pendaki ada juga yang biasanya menggunakan jasa tukang ojek motor yang tersedia untuk menuju pos 1. Satu setengah jam perjalanan akhirnya kami sampai di pos 1. 

Setelah beristirahat sebentar, perjalanan kami lanjutkan menuju pos 2. Meskipun mulai masuk kawasan hutan, trek menuju pos 2 masih belum terlalu sulit. Jalanan setapak berupa tanah sedikit berbatu mulai terasa menanjak, namun juga banyak diselingi turunan dan jalanan landai, sehingga belum begitu banyak menguras tenaga. Hanya saja karena kami berjalan di gelapnya malam, dengan berbekal lampu senter, kami harus tetap waspada dan tetap fokus pada jalan. Rimbunnya hutan yang menjadikan terasa sunyi, kami isi dengan obrolan-obrolan kecil agar suasana tetap kondusif. Sekitar satu setengah jam perjalanan akhirnya kami sampai di pos 2. Kami sempatkan istirahat sejenak di pos ini.

Dari pos 2, perjalanan kami lanjutkan kembali untuk menuju pos 3. Jalur menuju pos 3 melewati jalanan setapak yang mulai didominasi dengan batu-batuan besar. Jalur pendakian juga semakin terjal dan banyak dijumpai tanjakan. Trek ini juga melintasi jalur terbuka dan kadang dijumpai tanjakan curam, sehingga kami harus berhati-hati saat melewatinya. Medan yang berat dan jarak yang lumayan jauh membuat kami cukup sering beristirahat, sehingga membuat rombongan mulai terpisah-pisah agak jauh. Bila sudah demikian, maka sebisa mungkin rombongan harus kembali dikondisikan agar merapat kembali. Setelah lelah berjalan selama kurang lebih dua jam, pukul setengah 1 dini hari akhirnya kami sampai di pos 3.

Pos 3 merupakan kawasan terbuka berupa dataran luas yang berada di ketinggian 2500 mdpl. Lokasi ini biasa dijadikan sebagai tempat camp para pendaki sebelum naik ke puncak. Sewaktu kami sampai di pos 3 ini, sudah banyak pendaki lain yang telah mendirikan tenda di tempat ini. Di tempat ini juga ada seorang bapak yang agaknya bertugas sukarela menjaga tenda-tenda yang ditinggal naik ke puncak. Warung berbentuk gubuk kecil yang menyediakan kebutuhan seperti air mineral dan rokok juga ada di tempat ini. Setelah menemukan tempat untuk mendirikan tenda, kami segera memasang tenda kami untuk beristirahat. Kebetulan kami membawa tiga tenda sehingga kami bersebelas dapat memilih tenda masing-masing tanpa berdesak-desakan. Setelah tenda terpasang, kami menyiapkan makan malam dan selanjutnya tidur istirahat.

Indahnya sunrise dari pos 3

Pagi hari sehabis shubuh, sunrise mentari tampak begitu indah, namun sebagian dari kami melewatkannya begitu saja. Setelah semua bangun, kami segera memasak mie instan untuk sarapan pagi kami. Pagi itu pemandangan tampak begitu indah. Dari atas pos 3 ini kami bisa melihat indahnya panorama alam dari ketinggian. Gagahnya gunung Sumbing juga tampak begitu jelas terpampang di depan kami. Kesempatan ini tidak kami sia-siakan untuk mengambil gambar sebanyak-banyaknya, sampai-sampai kami hampir lupa jika hari mulai beranjak siang.

Tampak gunung Sumbing gagah menjulang

Pukul setengah 8 pagi, akhirnya pendakian kami lanjutkan untuk menuju pos berikutnya. Tiga teman kami (Deni, Arwani dan seorang teman Kang Mukhlis) memutuskan tidak ikut ke puncak karena suatu alasan, sehingga mereka ditugasi menunggu tenda. Tidak begitu jauh berjalan dari pos 3, kami menjumpai beberapa tenda pendaki yang didirikan di sebuah lokasi datar di atas pos 3. Trek pendakian menuju pos 4 semakin menguras tenaga. Jalanan terbuka yang semakin curam dengan batu-batuan terjal berbahaya membuatnya sulit dilalui. Meskipun medan sangat berat, kadang juga kami temui kawasan agak rindang yang banyak ditumbuhi pohon lamtoro dan tanaman perdu. Sekitar dua jam berjalan akhirnya kami sampai di pos 4. Pos ini tidak begitu jelas karena tidak adanya bangunan atau tempat istirahat yang memadai, sehingga akhirnya kami teruskan untuk langsung menuju puncak.

Pemandangan menuju pos 4

Dari pos 4, jalur menuju puncak masih tetap berupa trek menanjak terjal dan berbatu. Teriknya matahari juga begitu terasa sehingga kami didera kelelahan dan kehausan. Kami ternyata sebelumya salah perhitungan. Perjalanan dari pos 3 yang kami perkirakan tidak terlalu lama ternyata jauh dan memakan waktu yang panjang. Oleh karenanya persediaan makanan dan minuman yang terbatas habis sebelum mencapai puncak. Saya bahkan hampir menyerah dalam perjalanan menuju puncak ini. Namun teman saya Reza terus menyemangati saya agar tidak menyerah, karena puncak juga sudah semakin dekat. Kejadian ini unik, karena sewaktu di Merbabu, kejadian yang sama menimpa kami berdua, saat itu Reza yang hampir menyerah dan saya menyemangatinya. Mendekati puncak Sindoro, kami menjumpai padang edelweis yang tumbuh di kawasan ini. Sebelum sampai di puncak, kami juga menjumpai tanah dan tanaman tampak kering berwarna putih seperti habis tertutup abu.

Indahnya pemandangan dari pos 4

Setelah melewati beratnya medan dengan tekad yang kuat dan penuh semangat, akhirnya pukul setengah 12 siang, saya dan Reza sampai di puncak gunung Sindoro. Saya dan Reza adalah yang paling terakhir sampai puncak dari rombongan kami, sementara 6 dari rombongan kami yang lain sudah terlebih dahulu sampai. Di atas puncak, tercium bau belerang yang sangat menyengat dari kawah yang mengepulkan asap. Begitu indah pemandangan dari atas puncak. Lautan awan terhampar di bawah kami. Kami dibuat takjub dengan ciptaan Tuhan yang begitu indah ini. Di puncak kami sempatkan mengambil beberapa gambar sebagai kenangan. Karena hari sudah siang dan bau belerang kian menyengat dan membahayakan, kami tidak bisa berlama-lama di puncak. Pukul 12 akhirnya kami turun.

Kawah gunung Sindoro

Saat turun menuju tenda kami di pos 3, saya, Reza dan Ulil yang terpisah dari rombongan kami yang lain, mendapat pemberian makanan dan minuman dari dua pendaki rombongan lain yang juga sedang turun. Inilah persaudaraan di antara sesama pendaki. Meskipun tidak saling kenal, tidak menghalangi untuk saling membantu pendaki lain yang kesusahan. Terima kasih sebesar-besarnya untuk mereka berdua. Setelah sampai di pos 3, kami istirahat sejenak sebelum akhirnya bergegas membongkar tenda dan berkemas untuk turun gunung. Pukul setengah 7 malam, akhirnya kami sampai kembali di basecamp Kledung. Setelah rombongan kami turun semua, minggu 6 juni atau malam 1 Ramadhan 1437 H pukul setengah 8 malam akhirnya kami pulang transit ke Semarang.

Berfoto bersama di puncak

Summit Sindoro

Panorama sumbing

Summit menuju puncak

Personil kamar Seven

Selengkapnya
Ketergesa-gesaan Manusia

Ketergesa-gesaan Manusia

Tergesa-gesa di jalan agar buru-buru sampai

Sikap tergesa-gesa (arab: al-'ajalah/ jawa: kesusu) adalah salah satu tabiat yang sering melekat pada manusia. Kita sering menjumpai atau bahkan merasakan sendiri bagaimana tabiat tergesa-gesa ini kerap kali muncul dalam setiap fenomena kehidupan manusia. Sikap terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu hal memang tidaklah baik, karena yang demikian tidak membawa kebaikan dan justru merugikan. Tergesa-gesa dalam bertindak tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain. Pekerjaan yang dilakukan dengan tergesa-gesa tentu hasilnya tidak akan dapat maksimal.

Tabiat tergesa-gesa dalam kehidupan manusia biasanya dapat kita amati dari fenomena-fenomena berikut ini:

1. Manusia cenderung mencari keuntungan yang sesaat, tanpa berpikir untuk hari esok. Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian dari kita yang berprofesi pedagang ada yang bertindak curang demi meraih banyak keuntungan. Mereka tergesa-gesa ingin mengeruk keuntungan, sehingga berbagai cara mereka lakukan. Konsumen ditipu dengan berbagai rekayasa. Sebagai contoh, menjual makanan kadaluarsa, menutup-nutupi barangnya yang cacat, mencurangi timbangan dan ukuran, dan perbuatan curang lainnya. Perbuatan-perbuatan demikian memang dapat memberikan keuntungan segera, namun tanpa disadari justru akan menghancurkan masa depan usaha perdagangannya. 

Hendaknya kita tidak mudah terbujuk iming-iming duniawi, karena hal yang demikian justru dapat menjerumuskan kita ke dalam jurang kehancuran. Hendaknya kita berpandangan jauh ke depan, dan tidak tergoda untuk tergesa-gesa memperoleh keuntungan dengan mengorbankan masa depan, terlebih masa depan kehidupan di akhirat. 

2. Manusia cenderung ingin cepat-cepat memperoleh harta yang banyak, status sosial yang tinggi, karir yang menanjak, usaha yang maju pesat, dan sejenisnya. Kecenderungan itu membuat mereka sering melakukan hal-hal yang tidak masuk akal, terperdaya oleh takhayul, melakukan spekulasi tanpa perhitungan, melakukan manipulasi, pemalsuan, penyuapan, penipuan, dan bentuk-bentuk kebohongan lainnya. 

Bahkan karena ingin cepat kaya, tidak jarang ada yang lebih percaya untuk mempercayakan nasibnya kepada para dukun, dibanding harus bekerja keras membanting tulang. Mereka dengan mudah menyerahkan uangnya kepada dukun yang konon bisa digandakan menjadi milyaran rupiah. Bagi yang ingin cepat mendapat pekerjaan, naik pangkat atau jabatan, tidak jarang ada yang melakukan penyuapan. Mereka yang ingin usahanya cepat maju pesat, diambilnya kredit bank dalam jumlah yang sangat besar hingga pada akhirnya, karena kurangnya perencanaan, justru mengalami kebangkrutan. Bahkan karena ingin cepat memiliki barang-barang mewah, diambilnya secara kredit sampai cicilannya justru memotong habis penghasilannya. Ironis sekali.

3. Banyak dari kita yang tidak sabar dalam berdoa, menginginkan agar apa yang dimintanya dalam waktu sekejap dikabulkan oleh Allah. Padahal Allah Maha Tahu kapan waktu yang paling tepat untuk mengabulkan permintaan hambaNya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah bersabda: ''Doa setiap orang akan dikabulkan, kecuali yang tergesa-gesa (ingin cepat dikabulkan) sampai dia berkata, ''aku sudah berdoa tapi kok tidak dikabulkan''. (HR. Bukhari & Muslim).

Kita memang diperintahkan untuk selalu meminta kepadaNya, tetapi kita tidak boleh memaksa Tuhan agar secepatnya mengabulkan permintaan kita. Berdoalah selalu kepada Allah dan serahkan kepadaNya bagaimana Dia akan menjawab doa kita.

4. Sering kali kita terlalu tergesa-gesa dalam menilai seseorang atau menerima kebenaran suatu berita. Padahal Allah SWT telah mengingatkan agar kita berhati-hati dalam menerima berita dan tidak segan-segan melakukan klarifikasi atau tabayyun (QS. Al-Hujurat: 6). Kita selidiki terlebih dahulu kebenaran berita tersebut, apalagi kalau berita itu bersifat negatif mengenai seseorang atau suatu kelompok. 

Sering kita tergesa-gesa memberikan penilaian terhadap seseorang atau suatu kelompok hanya berdasarkan berita-berita yang tidak jelas sumbernya, tidak jelas konteksnya, tidak lengkap, atau bahkan berita fitnah. Bila demikian, maka kita telah berlaku zhalim karena dengan tergesa-gesa kita telah menempatkan seseorang dalam kesalahan tanpa mencari tahu kebenarannya. 

Demikianlah antara lain wujud dari ketergesa-gesaan yang biasa dilakukan manusia dan akibat yang bisa ditimbulkannya. Hendaknya setiap kegiatan harus selalu disertai dengan perencanaan yang matang, agar hasilnya dapat maksimal. Semoga kita bisa semakin bijak dalam menghadapi berbagai fenomena-fenomena yang kita temui dalam kehidupan ini. Mari kita perjuangkan hidup kita di dunia ini untuk orientasi masa depan kita, yaitu di akhirat kelak.

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr: 18).



Penyejuk hati Penjernih Pikiran.
Selengkapnya
Ziarah Wali Sekitar Wilayah Kebumen

Ziarah Wali Sekitar Wilayah Kebumen

Saat memasuki tahun baru Hijriyah (Muharram) atau sebelum menjelang bulan Ramadhan tiba, beberapa lokasi tujuan ziarah para Wali biasanya kembali ramai dikunjungi oleh rombongan peziarah. Tradisi ini juga berlaku di beberapa lokasi tujuan ziarah Wali di sekitar wilayah Kebumen. Untuk itulah pada hari Ahad 15 Muharram 1438 H atau bertepatan dengan 16 Oktober 2016, Majlis Ta'lim Darussalam Satinem desa Candiwulan kembali mengadakan rangkaian ziarah Wali yang kali ini mengambil lokasi di sekitar wilayah Kabupaten Kebumen. 

Menggunakan dua mobil berukuran sedang, rombongan ziarah berisi sekitar 20 orang lebih yang terdiri dari jamaah majlis ta'lim dan beberapa orang rombongan Bapak Kiyai dari Jagasima yang menjadi Imam ibadah ziarah. Adapun tujuan lokasi ziarah yang dituju adalah makam Syaikh Baribin di Grenggeng Karanganyar, Syaikh Abdul Kahfi di Somalangu, Mbah Lancing di Mirit, Syaikh Mubin di Ayam Putih, Syaikh Abdul Awal dan Syaikh Anom Sidakarsa di Petanahan.

Pukul 7. 45 pagi, mobil rombongan ziarah berangkat dari lokasi majlis ta'lim Darussalam Satinem di desa Candiwulan. Sebelum menuju lokasi makam para Wali, terlebih dahulu kami berziarah ke makam Bpk. Ir. H. Suparman di Panjangsari, Gombong. Beliau adalah salah satu pendiri dan yang meresmikan majlis ta'lim Darussalam Satinem di desa Candiwulan. Pukul 8. 15, kami sampai di lokasi makam Bpk Ir. H. Suparman di desa Panjangsari, kec. Gombong, Kebumen. Setelah usai berziarah, pukul 8. 40 rombongan mobil kembali berjalan menuju lokasi selanjutnya. 

Menuju lokasi makam Wali tujuan pertama yaitu makam Syaikh Baribin di bukit Grenggeng. Dari jalan raya utama, kami belok utara melewati pasar Kemit dan terus ke arah utara kurang lebih 2 km hingga akhirnya sampai di dusun Setonokunci, Grenggeng, Kecamatan Karanganyar. Di sinilah letak makam Syaikh Baribin berada. Pukul 9. 05, kami sampai di lokasi parkir mobil. Dari tempat parkir, kami harus berjalan kaki untuk menuju lokasi makam. Setelah memasuki gapura makam, perjalanan kami lewati melalui jalanan menanjak yang lumayan tinggi. 

Meskipun akses jalan kini telah beraspal atau dicor, tetap butuh perjuangan ekstra untuk bisa sampai lokasi makam. Jalanan yang lumayan menanjak membuat sebagian peziarah sering berhenti untuk beristirahat sebentar. Banyaknya tenaga yang keluar juga membuat tubuh banyak mengeluarkan keringat. Dalam perjalanan, kami banyak menjumpai tumbuhan sejenis pandan yang banyak tumbuh di sepanjang sisi jalan. Tumbuhan yang daunnya biasa dibuat kerajinan seperti tikar ini agaknya memang dibudidayakan oleh warga sekitar lereng dataran tinggi ini. Di sini juga banyak kami jumpai pohon-pohon seperti pohon aren dan pohon-pohon jenis lainnya yang banyak tumbuh di daerah pegunungan. 

Sekitar 20 menit berjalan, sampailah kami di lokasi makam Syaikh Baribin yang berada di atas bukit. Setelah semua rombongan sampai di atas, kami beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga. Banyaknya rombongan peziarah lain yang datang juga membuat kami harus rela bersabar dan mengantri menunggu giliran untuk berziarah. Kami juga sempat berbincang dengan juru kunci makam mengenai riwayat sejarah Syaikh Baribin. Setelah tiba giliran berziarah, rombongan kami bergegas masuk ke dalam bangunan di mana makam Syaikh Baribin berada. Suasana di dalam sedikit gelap dengan cahaya lampu yang tidak begitu terang. Di depan makam terdapat sebuah gambar lukisan potret Syaikh Baribin bersama tokoh lain yang bernama Adipati Jana.

Makam Syekh Baribin
Cagar Budaya Makam Syekh Baribin

Syekh Baribin Grenggeng


Syaikh Baribin atau Raden Saputra/ Raden Putra/ Harya Baribin adalah putra dari Prabu Brawijaya IV (Bra Tanjung) dengan isteri Putri Pajang. Dikarenakan tidak diperbolehkan adanya tahta kembar (setelah wafatnya Brawijaya IV/ Bra Tanjung), Raden Putra yang merupakan adik dari Raden Alit /Angkawijaya /Brawijaya V akhirnya meninggalkan kerajaan Majapahit dengan ikhlas. Raden Putra pun pergi ke arah barat untuk menjalani takdir besarnya. Dalam pengembaraannya, beliau sempat singgah di beberapa tempat di wilayah Kebumen, sampai akhirnya beliau pergi ke Pajajaran. Di Pajajaran, beliau kemudian menikah dengan salah satu cucu Raja Pajajaran dan dianugerahi empat orang anak.

Singkat cerita, dari Pajajaran Raden Putra kemudian kembali ke timur dan menghabiskan masa hidupnya di Gunung Grenggeng yang hingga kini dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Syaikh Baribin. Menurut penuturan masyarakat setempat, beliau adalah tokoh yang awal mengembangkan agama Islam di sekitar Gombong, Karanganyar dan Sempor pada ratusan tahun yang lalu. Konon dahulu semasa hidupnya, Eyang Syaikh Baribin dikenal sebagai orang sakti yang berjuang membela kebenaran dan menentang kejahatan, serta menolong orang yang kesusahan.

Pada saat beliau wafat, konon mayatnya mengeluarkan bau yang sangat harum. Mayatnya pun akhirnya menjadi rebutan orang banyak. Pada saat mayat tersebut akan dicuri oleh sekelompok orang, tiba-tiba terdengar suara gaib yang mengumandang yang dalam bahasa jawa disebut “gumrenggeng” sehingga masyarakat dapat mengetahui pencurian tersebut dan berhasil digagalkan, maka untuk mengenang peristiwa ini, daerah tersebut akhirnya dinamakan Gunung Grenggeng. Warga Grenggeng juga biasa menyebut nama Eyang Syaikh Baribin dengan sebutan Mbah Grenggeng. Sampai saat ini, keberadaan makam Syaikh Baribin dipercaya membawa berkah bagi warga sekitar, terlebih dengan semakin banyaknya peziarah yang berkunjung ke sana.

Setelah selesai berziarah di makam Syaikh Baribin, rombongan ziarah kembali berjalan turun gunung menuju lokasi parkir mobil. Setelah sampai di bawah dan sempat beristirahat sejenak, pukul 10. 30 mobil kembali berjalan menuju lokasi makam berikutnya yaitu makam Syaikh Abdul Kahfi di Somalangu. Perjalanan menuju Somalangu memakan waktu hampir dua jam karena salah satu mobil kami sempat berhenti karena mengalami sedikit masalah. Pukul 12. 26, akhirnya kami sampai di Somalangu. 

Sebelum berziarah, kami shalat dzuhur terlebih dulu di masjid seberang jalan lokasi parkir. Setelah shalat, kami langsung bergegas menuju makam untuk berziarah. Dari tempat parkir, kami berjalan kaki memasuki gapura menuju arah selatan hingga sampai di lokasi makam. Makam yang juga disebut Lemah Lanang ini terletak di perbatasan Desa Sumberadi dan Candimulyo. Banyak peziarah yang mengunjungi tempat ini, bahkan pada saat Milad Ponpes Al-Kahfi beberapa saat lalu, ribuan jamaah dari luar Jawa, seperti Sumatera, Jambi, Kalimantan, dan Sulawesi juga berdatangan untuk berziarah.

Baca juga: 7 Tujuan Ziarah Wali di Pulau Bali (Ziarah Wali Pitu)

Gapura makam Lemah Lanang
Gapura Makam Lemah Lanang

Sayyid Abdul Kahfi Al Hasani


Sayyid Muhammad Ishom al-Hasani atau Syaikh Abdul Kahfi Awal adalah pendiri Pondok Pesantren Somalangu yang konon dibangun semenjak tahun 879 H /1475 M. Ayahnya bernama Sayid Abdul Rasyid bin Abdul Majid Al Hasani, yang nasabnya bersambung sampai ke Rasulullah SAW melalui Sayyidina Hasan RA. Konon beliau awalnya senang mengembara dari gua ke gua sehingga dijuluki Abdul Kahfi. Beliau yang berasal dari Hadramaut, Yaman, mendarat pertama kali di Pantai Karangbolong Kebumen pada 852H /1448 M, yaitu pada masa pemerintahan Prabu Kertawijaya Majapahit atau Prabu Brawijaya I (1447 – 1451 M). Beliau wafat pada malam Jumat 15 Sya’ban 1018 H atau 12 November 1609 M. Konon beliau merupakan orang pertama yang dimakamkan di perbukitan Lemah Lanang di Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen, Kebumen. Syaikh Abdul Kahfi dianggap sebagai peletak dasar berkembangnya agama Islam di wilayah Kebumen. Keberadaan Pondok Pesantren di Somalangu berpengaruh besar pada perkembangan kemajuan Islam di Kebumen, bahkan pengaruhnya juga menyebar sampai ke daerah lain di Jawa dan bahkan sampai luar Jawa.

Selain makam Syaikh Abdul Kahfi Awal, di areal pemakaman ini juga terdapat makam Sayyid Ibrahim al-Hasani yang lebih dikenal dengan Syaikh Abdul Kahfi Tsani. Beliau adalah pendiri PonPes Somalangu periode kedua. Menurut sejarah, pondok Somalangu sepeninggal Syaikh Abdul Kahfi Awal sempat mengalami fatrah karena tiadanya penerus sampai beberapa kurun waktu. Syaikh Abdul Kahfi Tsani inilah yang membangun dan menata kembali pondok Somalangu yang sebelumnya pernah didirikan oleh pendahulunya. Menurut silsilahnya, Syaikh Abdul Kahfi Tsani adalah putra dari Sayyid Muhammad al-Marwah bin Zainal Abidin bin Yusuf bin Abdul Hannan bin Zakariya bin Abdul Mannan bin Hasan bin Yusuf bin Jawahir bin Muhtarom bin Syaikh Abdul Kahfi Awal. Untuk membedakan keduanya, dipakailah istilah Awal untuk pendiri periode pertama dan Tsani untuk pendiri periode kedua. 

Selesai berziarah, kami beristirahat sembari makan siang sebelum melanjutkan perjalanan ke makam berikutnya. Pukul 13. 50 perjalanan akhirnya kami lanjutkan kembali yaitu menuju makam Mbah Lancing di Mirit. Dari Somalangu, mobil berjalan sampai arah Kutowinangun dan kemudian belok ke arah selatan sampai tembus jalan raya jalur selatan arah Jogja. Pukul 14. 55, sampailah kami di lokasi makam Mbah Lancing di desa Mirit, Kec. Mirit.

Mbah Lancing Mirit


Makam Mbah Lancing merupakan salah satu tujuan ziarah yang cukup populer di wilayah Kebumen. Tidak heran makamnya selalu ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah. Di depan bangunan makam juga banyak dijumpai para pedagang yang berjualan aneka macam panganan dan jajanan khas Kebumen. Makam Mbah Lancing berada di sebuah bangunan berbentuk joglo dengan dinding kayu berukir. Namun uniknya, meskipun di dalam bangunan, nisan makam justru berada di bagian belakang, di tempat terbuka tanpa atap sama sekali. Keunikan lain adalah adanya tumpukan kain batik menggunung di atas pusaranya. Di sebelah Makam Mbah Lancing juga terdapat makam ayahnya yaitu Kyai Ketijoyo dan satu makam lagi yang agak terpisah yaitu makam Kyai Dipodrono.

Pusara makam Mbah Lancing
Pusara makam Mbah Lancing

Keberadaan tumpukan kain batik atau biasa disebut sinjang di atas pusaranya adalah berasal dari para peziarah sebagai ungkapan rasa syukur karena terkabul doanya. Orang yang hendak meletakkan sinjang di atas Makam Mbah Lancing harus datang ke juru kunci terlebih dahulu. Kain batik atau sinjangnya pun tidak boleh dibeli di pasar, juru kunci akan meminta seorang wanita, dengan syarat-syarat tertentu, untuk membatik sinjangnya. Konon semasa hidupnya, Mbah Lancing senang memakai kain batik untuk bebedan (lancingan), sehingga kemana pun pergi beliau selalu memakai lancing, karena itulah beliau kemudian dikenal dengan sebutan Mbah Lancing. Dan karena itu pula tampaknya penghormatan untuk Mbah Lancing dilakukan dengan menumpuk kain batik di atas pusaranya. 

Menurut silsilahnya disebutkan bahwa Brawijaya V dengan Dewi Penges (Reksolani) berputra Ario Damar (Adipati Palembang). Ario Damar dengan Putri Cempo (Campa) berputra Ario Timbal (Raden Kusen, Adipati Terung). Raden Kusen berputra Ki Ageng Yudotaligrantung dan Raden Carangnolo. Raden Carangnolo berputra Wonoyudo Inggil (Wongsojoyo I, Kyai Wirotanu). Wongsoyudo Inggil berputra Kyai Ketijoyo, Wonoyudo Lante (Wongsojoyo II), dan Wonoyudo Pamecut (Wongsojoyo III). Kyai Ketijoyo adalah ayah dari Mbah Lancing. Semasa hidupnya, Mbah Lancing konon tidak menikah sampai akhir hayatnya. 

Mbah Lancing atau yang bernama asli Kyai Baji adalah tokoh yang dianggap berjasa dalam memberantas para penjahat dan pencoleng yang menjadikan daerah Mirit sebagai sarangnya pada waktu itu. Beliau bersama Mbah Kyai Marwi merupakan perintis permukiman di Desa Mirit. Beliau juga merupakan seorang wali yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di pesisir selatan tanah jawa. 

Setelah selesai berziarah di makam Mbah Lancing, pukul 15. 30 kami melanjutkan perjalanan ke lokasi ziarah berikutnya, yaitu makam Syaikh Maulana Muhammad Najmuddin 'Ali Mubin di Ayam Putih. Untuk menuju kesana, dari lokasi makam Mbah Lancing, mobil berjalan ke arah barat sampai wilayah kecamatan Buluspesantren. Pukul 16. 00 kami sampai di lokasi makam Syaikh Mubin, di desa Ayam Putih kec. Buluspesantren. 

Tidak seperti makam-makam lain pada umumnya, makam Syaikh Mubin tidak berada di areal pemakaman umum, melainkan berada di sebuah areal pekarangan yang dibuatkan bangunan khusus untuk lokasi makam yang telah ada sebelumnya. Makam Syaikh Mubin merupakan makam yang dikeramatkan oleh warga masyarakat Ayam Putih dan sekitarnya, bahkan juga oleh masyarakat luar kota Kebumen, seperti dari Yogyakarta, Solo hingga Jawa Timur.

Makam Syekh Mubin
Makam Syaikh Muhammad Najmuddin Ali Mubin

Syekh Mubin atau Mbah Mubin


Syaikh Maulana Muhammad Najmuddin ‘Ali Mubin atau dikenal dengan Syekh Mubin atau Mbah Mubin adalah seorang Ulama yang berasal dari Gujarat India. Beliau datang ke tanah Jawa pada abad ke-XVII. Menurut sejarah, Syaikh Mubin datang ke Jawa dengan menggunakan Kapal melalui Samudera Hindia dan mendarat di Pantai Ambal, Kebumen. 

Beliau dikirim oleh gurunya ke tanah Jawa untuk berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Jawa tepatnya diantara sungai Progo di Kulon Progo dengan sungai Serayu, Cilacap. Sekitar tahun 1646 M Syaikh Mubin menyebarkan dakwahnya di tanah Kebumen ini, khususnya dibagian pesisir pantai selatan Desa Ayam Putih, Buluspesantren. Menurut silsilahnya, Syaikh Mubin adalah salah satu buyut dari Sulthanul Auliya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Urutan silsilahnya adalah Syaikh Muhammad Najmudin Ali Mubin bin Syaikh Musa bin Syaikh Wahab bin Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. 

Dengan metode dakwahnya yang santun dan merakyat, Syaikh Mubin mudah dikenal dan dakwahnya mudah diterima oleh para penduduk mulai dari kalangan bawah, menengah hingga kalangan atas (Raja). Syaikh Mubin merupakan salah satu guru dari para wali di tanah Jawa. Dari sekian banyak muridnya, salah satu tokoh yang menjadi murid kesayangan beliau adalah Sultan Agung Hanyokro Kusumo. Wilayah dakwah Syaikh Mubin yang tidak begitu jauh dari pusat kerajaan Mataram di Yogyakarta, membuat keduanya dapat bertemu dan pada akhirnya Sultan Agung memutuskan untuk berguru kepada beliau. Sebagai muridnya, tentu banyak pengaruh yang didapat Sultan Agung dari Syaikh Mubin selaku gurunya.

Makam Sultan Agung memang berada di Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Namun di dekat lokasi makam Syaikh Mubin, terdapat peninggalan dari Sultan Agung yang masih tersisa. Peninggalan tersebut adalah tunggak Kayu Laban yang berada di depan bangunan makam Syaikh Mubin. Tunggak kayu tersebut berada di dalam rumah kecil di depan bangunan makam. Konon tunggak kayu laban itu adalah tempat bertapa atau semedi Sultan Agung Hanyokro Kusuma, murid kesayangan Syekh Mubin. Berdasarkan cerita rakyat sekitar makam, tunggak kayu ini kabarnya tidak mempan dipotong. Konon setiap akan dipotong menggunakan kampak ataupun dengan alat pemotong kayu lainnya, kayu ini berpindah tempat dengan sendirinya. Bahkan kampaknya pun akan hilang sendiri dengan sekejap ketika akan memotongnya, tidak tahu kemana hilangnya. Oleh karenanya banyak yang mengeramatkan lokasi makam ini.

Selesai berziarah di makam Syaikh Mubin, pukul 16. 30 perjalanan kembali dilanjutkan menuju lokasi makam berikutnya, yaitu makam Syaikh Abdul Awal di Petanahan. Pukul 16. 45, kami sampai di lokasi makam Syaikh Abdul Awal di desa Kebonsari kec. Petanahan. Sebelum berziarah, terlebih dahulu kami shalat ashar berjamaah di masjid dekat lokasi makam. Setelah shalat kemudian dilanjutkan dengan berziarah di makam Syaikh Abdul Awal.

Syaikh Abdul Awwal


Menurut cerita, Syaikh Abdul Awwal dahulu bernama Mangkurat Mas, dari Yogyakarta, putra R. Pemanahan dari istri padmi. Pada saat ayahnya mangkat, terjadi perselisihan perebutan kekuasaan antara dirinya dengan pamannya yaitu Ki Ageng Giring yang bermukim di Cirebon. Hal ini menjadikan Mangkurat Mas akhirnya memutuskan untuk pergi dari keraton. Dia berprinsip bahwa kekuasaan hanya akan akan menjadikan seseorang mempertaruhkan segalanya, bahkan akhir ajal sekalipun dipertaruhkan demi kekuasaan. 

Suatu ketika Mangkurat Mas atau Syaikh Abdul Awal berhasil menyembuhkan istri Ki Ageng Giring yang sakit, sebagai imbalannya, beliau meminta tanah seluas serban, yaitu bumi Mataram yang di kemudian hari ditempati, yaitu Kedungamba. Oleh karenanya kemudian Kedungamba dijadikan sebagai tanah Kaputihan oleh kerajaan Mataram, dengan Syaikh Abdul Awal diberi kewenangan sebagai Lurah Kedungamba. Daerah inilah yang sekarang ini menjadi bagian dari desa Kebonsari.

Syaikh Abdul Awal diperkirakan datang ke kedungamba atau Kebonsari pada tahun 1551 M dan wafat pada tahun 1598 M. Saat mengembara ke wilayah Kebumen, sebelumnya Syaikh Abdul Awal telah menamatkan ilmu dari pesantren dan menikah dengan seorang putri keraton Surakarta yang bernama Nyai Jonggrang. Beliau juga mempunyai seorang putra yang bernama Abdul Rauf, konon dia selalu berusaha untuk mengungguli kedigdayaan dan kesaktian ayahnya. Di deretan makam, makam Abdul Rauf berada di sebelah barat makam Syaikh Abdul Awal. 

Saat bermukim di Kebonsari, Syaikh Abdul Awal berdakwah menyebarkan agama Islam hingga sampai Cilacap dan Banyumas. Dengan kedalaman ilmu yang dimilikinya, beliau juga memberikan wewarah kepada banyak orang tentang ilmu-ilmu para wali. Di antara yang pernah menjadi muridnya yaitu Syaikh Anom Sidakarsa. Satu cerita menarik yang berkaitan dengan kewalian beliau adalah saat beliau hendak menunaikan ibadah haji ke tanah Makkah. Sebagai Wali yang berilmu tinggi sekaligus menandakan kemuliaan akhlaknya, beliau berangkat melakukan perjalanan haji dengan cara naik “mancung” dari pohon kelapa. Kemuliaan lain dari beliau adalah adanya gundukan rumah rayap di dekat lokasi makam beliau, yang disebut Unnur. Konon, jika di dekat makam seseorang terdapat Unnur, menandakan orang tersebut adalah orang yang mulia dan luhur ilmunya.

Selesai berziarah di makam Syaikh Abdul Awal, pukul 17. 35 perjalanan dilanjutkan menuju tujuan ziarah makam terakhir yaitu makam Syaikh Anom Sidakarsa di dukuh Wadas desa Grogol Beningsari, Petanahan. Pukul 17. 45 akhirnya kami sampai di lokasi makam Syaikh Anom Sidakarsa. Karena masuk waktu maghrib, sebelum berziarah kami shalat maghrib terlebih dahulu di mushola dekat lokasi makam.

Setelah shalat, kami segera memasuki bangunan tempat makam untuk berziarah. Lokasi makam Syaikh Anom semakin populer sebagai tempat kunjungan ziarah atau wisata religi di Kebumen. Bahkan di areal sekitar makam juga sudah dilengkapi dengan sarana prasarana yang memadai. lembaga pendidikan juga dibangun di lokasi sekitar makam untuk warga sekitar. Sementara di pinggir jalan menuju makam juga banyak berdiri bangunan warung untuk berjualan para pedagang. Makam ini selalu ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah, terutama setiap malam jum'at, bulan Sya'ban, dan bulan Muharram.

Makam Syaikh Anom Sidakarsa
Makam Syaikh Anom Sidakarsa

Syaikh Anom Sidakarsa


Syaikh Anom Sidakarsa adalah salah seorang wali yang ikut berperan serta dalam penyebaran agama Islam di wilayah Kebumen. Dari silsilahnya, beliau masih keturunan ke 5 dari Raden Patah, Sultan Demak. Beliau bernama asli Dullah Sidiq dan hidup pada zaman Hamengku Buwono ke- IV. Meskipun berdarah biru, beliau lebih memilih untuk menyebarkan Agama Islam daripada mementingkan jabatan.

Sebelum singgah di wilayah Petanahan, sebelumnya beliau pernah babad alas di daerah Demak. Selain itu beliau juga pernah singgah di daerah Sumpyuh, Banyumas, dan sempat kembali ke Demak. Namun kemudian beliau melanjutkan dakwahnya menyebarkan Islam hingga sampai wilayah Petanahan Kebumen dan akhirnya menetap di tempat yang sekarang termasuk desa Grogol Beningsari sampai beliau wafat. 

Semasa hidupnya, Syaikh Anom Sidakarsa pernah berguru kepada Syaikh Abdul Awal di Kebonsari. Sebagaimana gurunya, banyak kisah-kisah yang berkaitan dengan karomah dan kewalian Syaikh Anom Sidakarsa yang melegenda. Salah satunya adalah saat beliau menyusul gurunya pergi ke Makkah hanya dengan naik bekong (tempat beras) atau dalam kisah lain naik mancung kelapa seperti halnya gurunya. Oleh karena cerita itulah kemudian menjadi dasar terciptanya nama Syekh ANOM SIDAKARSA yang mempunyai arti, kata “SIDA” berarti Jadi dan “ KARSA” berarti Kesampaian. Sumber lain menyebutkan bahwa nama Syeh Anom Sidakarsa tersebut diketahui dari seseorang yang selama dua tahun berturut-turut melakukan riyadloh di makam tersebut pada tahun 1935. Orang itu yakni almarhum Simbah Chamid dari Kajoran Magelang.

Banyaknya mitos-mitos dan hal-hal aneh yang berkembang di sekitar makam Syekh Anom Sidakarsa menjadi magnet tersendiri bagi para peziarah yang berkunjung ke sana. Selain makam, salah satu yang diyakini sebagai peninggalan Syaikh Anom adalah sebuah sumur tua yang konon merupakan galian Syaikh Anom. Sumur ini dipercaya warga apabila airnya digunakan untuk mandi, diminum, dan cuci muka dapat mengobati penyakit, bahkan ada yang percaya bahwa air sumur tua itu dapat menjadi sarana ikhtiar agar mendapatkan keturunan. Letak sumur ini berjarak sekitar 300 meter dari lokasi makam Syaikh Anom.

Selesai berziarah, beberapa orang rombongan kami ada yang membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang. Karena rangkaian tujuan ziarah telah selesai, sebagian dari kami juga bersantai sejenak sembari minum kopi di warung sekitar lokasi makam sebelum akhirnya pulang. Pukul 19. 15 kami pulang dari makam Syaikh Anom dan sempat mampir ke desa Jagasima untuk mengantarkan pulang rombongan Pak Kyai. Pukul 20. 00 malam, akhirnya kami sampai di desa kami, desa Candiwulan kec. Adimulyo kab. Kebumen.


Ziarah di makam Bpk. Ir. H. Suparman dan istri Ibu Satinem
Ziarah di makam Bpk. Ir. Suparman dan istri, Ibu Satinem 


Referensi sejarah dinukil dari berbagai sumber. Wallaahu A'lam.



Selengkapnya