Jenis-jenis Karakter Manusia Spiritual

Jenis-jenis Karakter Manusia Spiritual

Tarian sufi spiritual

Dalam kehidupan sosial, kita seringkali memandang orang lain dari segi lahiriahnya saja. Padahal di muka bumi ini, kita berada di tengah-tengah lautan manusia dengan beragam karakter dan sifat yang berbeda-beda. Tidak jarang pula karakter-karakter yang kelihatannya biasa saja atau bahkan terlihat nyeleneh sebetulnya adalah orang-orang yang menjalani kehidupan batiniah dengan jiwa-jiwa spiritual yang tinggi. Artinya, seringkali manusia dengan jiwa spiritual seperti ini justru ditemukan dalam bentuk kehidupan yang tidak dapat dibayangkan. Oleh karena alasan inilah, orang-orang bijak selalu mengajarkan kepada kita untuk senantiasa hormat kepada orang lain, apapun karakter luarnya. Selain itu, kita juga diajarkan untuk melihat di balik bentuk lahiriahnya.

Mursyid Hazrat Inayat Khan dalam bukunya "The Way of Illumination" mengatakan bahwa dari sekian banyak karakter manusia, setidaknya ada lima jenis manusia yang memiliki karakter berjiwa spiritual.

Pertama, adalah karakter religius. Dia adalah orang yang menjalani kehidupan religius, berpegang teguh pada aturan agama sebagaimana orang lain. Dia tidak memperlihatkan jejak pengetahuan mendalam atau pandangan yang lebih luas, meskipun dia merealisasikannya dalam dirinya. Secara lahiriah dia pergi ke masjid atau surau seperti orang lain, membaca Al Qur'an, berdoa dan beribadah kepada Tuhan sebagaimana orang lain. Dari luar, dia tampak tidak memperlihatkan perbedaan dengan orang lain, tidak ada karakter khusus yang secara lahiriah mengindikasikan bahwa dia memiliki jiwa spiritual yang tinggi. Tetapi pada saat yang sama, ketika orang lain melakukan ibadah agama secara lahiriah, dia menyadarinya dalam hakikat. Oleh karenanya, meski dari luar dia tampak hanyalah manusia religius seperti orang lain pada umumnya, namun secara batiniah dia adalah manusia spiritual.

Kedua, adalah karakter yang memiliki pemikiran filosofis. Dia mungkin tidak memperlihatkan tanda-tanda ketaatan atau kesalehan. Dia mungkin tampak sebagai manusia biasa yang sibuk dengan persoalan-persoalan duniawi. Dia hidup dengan tenang dengan pemahamannya. Namun dia juga memahami semua hal-hal secara batiniah, meskipun secara lahiriah dia beraktivitas sesuai tuntutan hidup. Banyak yang tidak menyadari kalau dia sesungguhnya menjalani kehidupan rohani.

Dia mungkin disibukkan dalam bisnis, tetapi pada saat yang sama dia menyadari kebenaran dan Allah. Dia mungkin tidak tampak bertafakur atau melakukan perenungan sama sekali, meskipun setiap detik dalam hidupnya adalah perenungan. Dia mungkin sibuk setiap harinya, tetapi kehidupannya adalah sarana realisasi spiritual. Tidak ada yang secara lahiriah melihatnya sebagai manusia spiritual, kecuali orang-orang dekat yang berhubungan erat dengannya dan kemudian yakin bahwa dia adalah manusia spiritual yang bersikap adil dan jujur dalam prinsip-prinsipnya, serta dia adalah orang yang tulus. Itulah yang diperlukan dalam agama. Dengan cara ini, kehidupan lahiriahnya merupakan realisasi batin dari spiritualitasnya.

Ketiga, adalah karakter abdi atau pelayan, yang selalu melakukan kebaikan kepada orang lain. Dalam bentuk ini dia mungkin seorang wali yang tersembunyi. Filosofi dan agamanya ada dalam perbuatannya. Cinta mengalir dari dalam hatinya setiap saat, dan dia selalu sibuk berbuat amal baik kepada orang lain. Dia menganggap bahwa setiap orang adalah saudara, atau anak-anaknya. Dia berbagi suka dan duka dengan orang lain, dan melakukan segala upaya untuk membimbing mereka, memandu mereka, menasehati mereka, di sepanjang hayatnya.

Dalam bentuk ini manusia spiritual mungkin tampak seperti guru, da'i, atau seseorang yang selalu mengedepankan ajaran cinta kasih kepada sesama manusia. Tetapi apa pun penampakan lahiriahnya, hal utama dalam hidupnya adalah melayani orang lain, melakukan kebaikan bagi orang lain, dan memberi kebahagiaan kepada orang lain dalam berbagai hal. Kebahagiaan itu muncul dari ektasi spiritualnya yang tinggi, karena setiap kebaikan dan keramahan mengandung kebahagiaan khusus, yang membawa aroma surgawi.

Ketika seseorang sepanjang hidupnya sibuk berbuat baik kepada orang lain, maka kebahagiaan pun akan muncul terus-menerus. Kebahagiaan dan kegembiraannya memunculkan atmosfir surgawi, atau menciptakan surga di dalam hatinya. Dunia ini penuh dengan duri, kesulitan, kesedihan dan kepedihan. Di dunia ini pula dia hidup, tetapi dia berusaha menyingkirkan duri-duri dari jalan orang lain, meskipun tangannya sendiri terluka, dan dengan cara seperti ini dia mendapatkan kebahagiaan rohani yang merupakan realisasi spiritualnya.

Keempat, adalah bentuk karakter mistik. Bentuk ini sulit untuk dimengerti. Seorang mistikus mungkin wajahnya menghadap ke selatan ketika sejatinya dia menatap ke utara. Seorang mistik mungkin menunduk dan pada saat yang sama dia mendongak. Matanya secara lahiriah mungkin terbuka saat dia melihat secara batiniah, atau matanya mungkin tertutup namun dia melihat secara lahiriah.

Orang awam tidak dapat memahami mistikus, dan karena itu orang-orang selalu bingung saat berhubungan dengannya. Jika dia berkata "ya", ucapannya itu pada hakikatnya berbeda dengan ucapan "ya" dari orang awam, demikian pula dengan ucapan "tidak"-nya. Dalam kalimat-kalimat yang diucapkannya mengandung makna-makna simbolik. Setiap perbuatan lahirnya memuat signifikansi batin. Seseorang yang tidak memahami makna simbolisnya akan bingung mendengar ucapannya.

Mistikus adalah seseorang yang menjalani kehidupan rohani dan pada saat yang sama menutupinya dengan tindakan lahiriah. Kata-kata atau gerakannya tidak lain adalah selubung dari perbuatan batinnya. Sesungguhnya jiwa-jiwa sang mistikus adalah jiwa-jiwa yang menari. Jiwa yang merealisasikan hukum rohani. Seluruh hidupnya menjadi sebuah misteri. Sang mistikus adalah contoh dari misteri Tuhan dalam wujud manusia.

Kelima adalah bentuk karakter yang aneh. Sebuah bentuk yang hanya segelintir orang yang dapat memahaminya. Dia mengenakan topeng kemurnian secara lahiriah sedemikian rupa, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya akan segera menganggapnya kurang waras, ganjil atau aneh. Namun dia tidak peduli akan hal itu, karena itu hanyalah topeng. Jika dia mengakui kekuatan yang dimilikinya dihadapan orang lain, orang-orang akan mencarinya sehingga dia tidak punya waktu untuk menjalani kehidupan rohani.

Kekuatan luar biasa yang dia miliki secara batiniah melingkupi daratan dan lautan, mengendalikannya dan mengamankannya dari bencana seperti banjir atau wabah penyakit, dan juga perang, menjaga kerukunan tempat di mana dia tinggal. Semua ini dilakukannya dengan diam, dengan realisasi kehidupan batinnya, sehingga bagi orang yang kurang tajam mata hatinya dia tampak seperti makhluk yang aneh.

Bentuk karakter seperti ini hidup dalam jubah realisasi batin, namun secara lahiriah dia tidak memperlihatkan tanda-tanda kekhususan filosofis, religius, atau mistikus, atau tanda-tanda moral istimewa lainnya. Namun kehadirannya adalah seperti sumber energi, tatapannya sangat mengilhami. Apapun yang dikatakannya adalah kebenaran, meskipun dia jarang berbicara, dan sulit membuatnya mengucapkan sepatah kata. Tetapi begitu dia berbicara, apa yang dia katakan akan terjadi.

Itulah lima jenis karakter manusia dengan jiwa-jiwa spiritualnya. Tidak ada habis-habisnya penampakan lahiriah dari jiwa spiritual dalam kehidupan. Tetapi bagi kita manusia biasa, tidak ada yang lebih baik dalam menjalani kehidupan rohani di dunia ini selain menjadi diri sendiri, lahir dan bathin. Apa pun pekerjaannya di dunia lahir, hendaknya kita lakukan dengan ikhlas dan penuh amanah, dan pada saat yang sama kita tetap menjaga realisasi kehidupan rohaniah kita, dan merefleksikannya dengan realisasi kebenaran batiniah.
Selengkapnya
Artificial Intelligence, Robot dan Kesejahteraan Umat Manusia

Artificial Intelligence, Robot dan Kesejahteraan Umat Manusia

Robot jia jia dari China

Semakin canggihnya teknologi, berbagai jenis mesin atau robot telah berhasil diciptakan oleh manusia. Tujuannya adalah untuk membantu pekerjaan manusia dalam melakukan berbagai kegiatan, seperti untuk kebutuhan produksi industri, ataupun kegiatan seperti berkebun, memasak, menjaga rumah dan pekerjaan lain yang biasa dilakukan oleh manusia.

Bagi penikmat film fiksi ilmiah, mungkin pernah menonton film yang berjudul Artificial Intelligence (2001). Film ini menceritakan karakter robot berbentuk bocah bernama David yang diperankan oleh Haley Joel Osment. Fisiknya yang nyaris sempurna seperti manusia membuat ia sulit dibedakan dengan bocah manusia asli. David diciptakan sebagai robot yang mempunyai kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). 

Dia juga bisa tertawa, bermain, sedih, dan merasakan kasih sayang dan cinta, layaknya anak manusia biasa. Dia di adopsi oleh sebuah keluarga untuk memberikan cinta dan kasih sayang di antara mereka. Selain karakter david, dalam film ini ada pula karakter-karakter robot lain yang memiliki masing-masing tugas, seperti pengurus kebun, pelayan rumah tangga, teman bermain anak anak hingga pelacur/gigolo yang diciptakan sesuai program.

Berkaca dari film tersebut, sadarkah kita bahwa gambaran dalam film tersebut, meskipun dalam lingkup kecil, agaknya mulai bisa ditemukan pada masa kini. Pada masa kini, Artificial Intelligence (AI) telah menjadi bagian dalam keseharian manusia. Memang untuk bisa tercipta bentuk robot manusia nyaris sempurna sebagaimana digambarkan dalam film mungkin masih butuh bertahun-tahun untuk kita bisa lihat. Meskipun begitu, dalam bentuk-bentuk yang lain AI kini telah memiliki dampak yang cukup signifikan di berbagai lini kehidupan kita. 

Ramalan cuaca, penyaring e-mail spam, prediksi di mesin pencari, sampai asisten pribadi digital seperti Siri dan Cortana, adalah beberapa contoh dari penggunaan AI di keseharian kita. Apa yang menjadi kesamaan pada sejumlah teknologi tersebut adalah algoritma khusus yang memungkinkan teknologi ini dapat bereaksi serta merespon secara real time.

Ketika berbicara tentang dampak positifnya terhadap umat manusia, AI adalah salah satu contoh teknologi yang dapat mengubah sejarah manusia secara keseluruhan, terutama ketika berbicara tentang otomatisasi dan pengolahan data yang masif. Fungsi utama dari AI adalah kemampuannya untuk mempelajari data yang diterima secara berkesinambungan. Semakin banyak data yang diterima dan dianalisis melalui algoritma khususnya, semakin baik pula AI dalam membuat prediksi. Salah satu dampak terbesar yang terasa dari adanya teknologi AI adalah bahwa teknologi ini dapat “belajar sendiri”, sehingga keberadaannya berhasil meningkatkan produktivitas dalam berbagai bidang secara drastis. 

Masih banyak sekali potensi untuk pengembangan AI yang menjadikannya sangat dibutuhkan di masa depan. Pada akhir dekade ini, mungkin penggunaan AI sudah menjadi umum di lingkungan sekitar kita. Hal ini kita rasakan juga ketika tercipta Mobil tanpa pengemudi, ramalan cuaca yang sangat akurat, atau bahkan robot. Seperti halnya robot yang dirancang khusus untuk mendeteksi adanya potensi terorisme atau robot yang menggantikan fungsi astronot. Dengan adanya AI, agaknya hal tersebut bukan mimpi lagi. AI juga memiliki dampak yang sangat besar di bidang kesehatan dengan kemampuannya untuk menganalisis data pasien, yang memungkinkan upaya pencegahan dan pengobatan secara lebih tepat.

Walaupun AI memiliki kemampuan yang sangat luar biasa untuk mempelajari informasi, teknologi ini belum dapat mereplikasi akal dan intuisi, yang menjadi tolak ukur manusia dalam memilih untuk melakukan hal yang baik atau buruk. AI masih sangat mengandalkan manusia dalam perkembangannya, karenanya dibutuhkan keseimbangan dalam bekerja dengan AI. Dan agaknya memang seperti inilah seharusnya, sehingga robot selalu dalam kendali manusia. 

Baru-baru ini di Tiongkok, Tim peneliti University of Science and Technology of China juga memperkenalkan sebuah robot perempuan bernama Jia Jia yang parasnya hampir mirip dengan manusia pada umumnya. Robot tersebut juga mampu berinteraksi dengan manusia. Jia Jia memang diprogram untuk dapat mengenali interaksi manusia dengan sebuah sistem untuk menyimpan kenangan atau memori.

Robot humanoid ini dirancang dengan gerakan mata alami, menunjukkan mikro ekspresi. Ia juga bisa berbicara dan gerakan bibirnya tersinkronisasi dengan gerakan bibir penciptanya. Selain bisa berinteraksi dengan manusia, robot Jia Jia juga bisa menghindar dari para wartawan yang mencoba mengambil gambar dirinya. Jia Jia menyatakan bahwa jika ingin mengambil gambar jangan terlalu dekat karena hal itu akan membuatnya terlihat gemuk di bagian wajahnya.

Tim peneliti akan terus berupaya melakukan pengembangan agar robot ini lebih sempurna sehingga memiliki kemampuan belajar yang mendalam. Memang robot ini masih terlihat kaku sebagai robot yang memiliki bentuk fisik manusia, tetapi dari fenomena robot jia jia ini, bukan tidak mungkin pada masa mendatang kita akan bisa menyaksikan pemandangan robot-robot berbentuk manusia sebagaimana digambarkan dalam film Artificial Intelligence.

Memang menjadi kekhawatiran bagi kita seandainya apa yang kita ciptakan nantinya justru akan menginvansi kehidupan kita. Semoga hal itu hanyalah ada dalam cerita film-film fiksi, dan semoga saja, seiring dengan majunya pemikiran manusia, peradaban zaman yang semakin maju bisa membawa kesejahteraan bagi umat manusia. Karena mesin, robot ataupun Artificial Intelligence adalah diciptakan oleh buah pikir hasil pemikiran manusia, maka hendaknya hasil-hasil buah pikir ini dapat digunakan dengan bijaksana dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan bersama dalam rangka menjaga keseimbangan alam semesta ciptaan Sang Maha Kuasa.



Sumber: 
www.hunstumovies.net/download-a-i-artificial-intelligence-200.xhtml
https://id.techinasia.com/artificial-intelligence-masa-depan-evolusi-manusia
https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/jia-jia-robot-perempuan-yang-bisa-berinteraksi-dengan-manusia?content=all

Selengkapnya
Menggali Akar Perbedaan di antara Umat Islam

Menggali Akar Perbedaan di antara Umat Islam

Islam warna

Al Qur'an adalah kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran dan prinsip-prinsip mengenai hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama manusia serta dengan alam sekitarnya. Kita meyakini bahwa semua ayat Al Qur'an bersifat absolut benar datangnya dari Allah SWT (qath'iy al-wurud), tetapi tidak semua ayat-ayat Al Qur'an mengandung arti yang sifatnya jelas tanpa dapat diberi interpretasi lagi. 

Para Ulama mencoba mengklasifikasikan antara ayat-ayat yang artinya satu lagi jelas dan absolut (qath'iy al-dalalah) dan ayat-ayat yang artinya tidak jelas dan bisa jadi mengandung arti lebih dari satu (zanniy al-dalalah). Ayat-ayat yang mengandung hanya satu arti lagi jelas, maka hal itu tidak lagi dipermasalahkan oleh para Ulama. Artinya, terhadap ayat-ayat yang termasuk dalam klasifikasi qath'iy al-dalalah ini, karena langsung bisa diketahui kejelasan maksudnya, tidak bisa diberikan interpretasi di atas arti harfinya. 

Akan tetapi adanya ayat-ayat yang bisa mengandung lebih dari satu arti (zanniy al-dalalah), menimbulkan perbedaan faham dikalangan para Ulama. Terhadap hal ini, sebagian Ulama ada yang mengambil arti harfinya dan sebagian yang lain ada yang mengambil arti metaforis sesuai dengan kecenderungan dan pemikiran masing-masing.

Selain pemahaman terhadap Al Qur'an, pemahaman terhadap hadits Nabi sebagai sumber utama kedua ajaran Islam setelah Al Qur'an juga adakalanya memunculkan penafsiran yang berbeda di kalangan para Ulama. Terlebih pemahaman terhadap hadits juga memerlukan berbagai penelitian khusus seperti terkait kualitas hadits dari segi matan, sanad dan yang lainnya. Perbedaan itu di antaranya adalah pemahaman para Ulama terkait suatu teks hadits. Ada yang memahaminya secara tekstual dan ada pula yang memahami secara kontekstual.

Bahkan perbedaan pemahaman seperti ini juga pernah terjadi di kalangan para sahabat saat Nabi masih hidup. Peristiwa ini terjadi saat Nabi memerintahkan sejumlah sahabat untuk pergi ke perkampungan Bani Quraidzhah. Sebelum berangkat beliau berpesan: "Janganlah ada salah seorang di antara kamu yang shalat ashar kecuali di kampung Bani Quraidzhah".

Tetapi karena perjalanan yang panjang menuju kampung tersebut, membuat para sahabat kehabisan waktu ashar sebelum tiba di sana. Menanggapi hal itu, para sahabat terpecah menjadi dua kelompok dalam memahami maksud dari pesan Nabi sebelum mereka berangkat. Sebagian memahaminya secara kontekstual dengan maksud untuk bergegas dalam perjalanan agar dapat tiba disana sebelum waktu ashar habis. Sehingga secara kontekstual pesan Nabi dipahami bukan berarti melarang shalat ashar kecuali setelah tiba disana. Dengan demikian mereka boleh shalat ashar walaupun belum sampai di tempat yang dituju. Tetapi sebagian sahabat yang lain memahaminya secara tekstual. Oleh karena itu mereka baru melaksanakan shalat ashar setelah sampai di kampung Bani Quraidzhah, walaupun waktu ashar telah berlalu.

Di kalangan para Ulama, untuk memahami suatu hadits juga dikenal istilah asbabul wurud, yakni sebab dituturkannya sebuah hadits, atau dengan kata lain "konteks sebuah hadits". Namun tidak jarang pula konteks yang dimaksud tidak diketahui secara pasti atau kabur bagi sebagian peneliti, sehingga bisa saja menimbulkan kekeliruan pemahaman. Perbedaan-perbedaan pendapat mengenai maksud ayat-ayat dan hadits seperti inilah yang akhirnya menjadi salah satu sebab penting bagi timbulnya madzhab-madzhab dan aliran-aliran dalam Islam.

Dengan kata lain, salah satu penyebab penting munculnya madzhab-madzhab dan aliran-aliran dalam Islam pada awalnya adalah karena adanya perbedaan penafsiran tentang ayat-ayat yang mengandung arti zanniy dan hadits-hadits yang bisa dipahami secara kontekstual. Meskipun demikian, karena perbedaan itu hanya merupakan perbedaan penafsiran tentang ayat-ayat dan hadits-hadits yang tidak jelas atau samar-samar maksudnya, dan bukan mengenai ajaran dasar Islam, maka perbedaan-perbedaan itu masih dapat diterima selama masih dalam kebenaran dan tidak keluar dari Islam.

Masih dalam kebenaran dan tidak keluar dari Islam maksudnya adalah bahwa perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara bidang-bidang dan aliran-aliran itu bukanlah mengenai dasar-dasar agama atau ushuluddin, tetapi hanya mengenai penafsiran dan cabang dari dasar-dasar agama atau furu'. Sebagai contoh misalnya terjadi perbedaan pendapat antara pendapat hukum Madzhab Maliki dan Madzhab Syafi'i mengenai persoalan bacaan basmalah pada awal surat al fatihah ketika shalat. Madzhab Maliki berpendapat bahwa bacaan basmalah adalah tidak termasuk dari surat al fatihah sehingga dalam shalat juga tidak perlu dibaca, sementara pendapat madzhab Syafi'i mengatakan bahwa basmalah merupakan bagian dari surat al fatihah sehingga basmalah juga harus dibaca jelas dalam bacaan surat al fatihah ketika shalat. Tetapi meskipun keduanya berbeda pendapat, tidak ada orang yang mengatakan bahwa hanya salah satu dari keduanya yang benar dan yang satu lagi tidak benar. Artinya, meskipun berbeda, putusan hukum dari kedua madzhab ini diakui sebagai masih dalam kebenaran.

Memang kalau perbedaan yang terjadi di antara madzhab atau aliran masing-masing ditinjau secara horizontal, kadang kala kita akan menjumpai perbedaan-perbedaan besar, bahkan adanya pertentangan-pertentangan juga bisa membuat kita mudah membuat kesimpulan bahwa tidak ada yang bisa sama-sama benar dan hanya salah satu atau sebagian sajalah yang mesti benar sedangkan yang lain harus salah dan dianggap bukan Islam lagi. Akan tetapi, kalau ditinjau secara vertikal dari Al Qur'an dan Hadits sebagai sumber utama dari ajaran-ajaran itu, maka kita akan menjumpai bahwa perbedaan-perbedaan itu sebenarnya berasal dari satu sumber. Dengan kata lain, dasarnya sebenarnya adalah satu, hanya saja cabangnya yang banyak dan berbeda. Karena dasarnya satu, maka semua itu sebenarnya masih dalan kebenaran sungguh pun berbeda dalam penafsiran dan perincian. 

Kesimpulannya, peninjauan secara horizontallah yang menimbulkan sikap saling menyalahkan dan mudah mengkafirkan bahkan antar sesama umat Islam. Sementara peninjauan secara vertikal yang sering diabaikan justru sebenarnya dapat memperkecil arti perbedaan-perbedaan yang ada dan dapat menghilangkan sikap saling menyalahkan dan mudah mengkafirkan sebagaimana yang masih sering terjadi di zaman modern sekarang ini. Memang perlu tinjauan lebih lanjut terhadap kajian seperti ini, tetapi hendaknya kita bisa lebih arif dan bijak dalam menyikapi segala perbedaan yang ada. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk kepada kita agar selalu melangkah di atas jalan kebenaranNya.

Selengkapnya
Gunting Molekuler: Langkah Awal Penyembuhan Pasien HIV AIDS

Gunting Molekuler: Langkah Awal Penyembuhan Pasien HIV AIDS

Ilustrasi sel

Usaha para ilmuwan yang tidak kenal lelah guna menemukan cara untuk menyembuhkan seseorang yang terjangkiti virus HIV AIDS agaknya mulai menemukan hasil. Sejumlah Ilmuwan berhasil mengedit materi genetik HIV secara permanen untuk pertama kalinya. Keberhasilan ini menjadi awal baru dalam upaya penyembuhan pasien dengan HIV dan AIDS (acquired immuno-deficiency syndrome).

Sebagaimana diketahui, HIV menginfeksi manusia dengan menyisipkan materi genetiknya pada sel yang bertanggung jawab pada sistem kekebalan tubuh yang bernama sel T CD4. Penyisipan itu membuat HIV terus-menerus tergandakan. HIV "memakan" CD4 secara terus-menerus hingga jumlahnya sangat sedikit, kekebalan tubuh menurun, dan muncul gejala AIDS. Obat antiretroviral (ARV) yang beredar saat ini ampuh mencegah penggandaan HIV. Namun, obat tersebut tidak mampu menyembuhkan. Artinya, Bila orang dengan HIV/AIDS berhenti meminumnya, virus akan kembali berkembang.

Berawal dari hal tersebut, sejumlah ilmuwan dari Temple University Health System melakukan eksperimen dengan mengedit virus HIV guna mengupayakan penyembuhan bagi orang dengan HIV/AIDS. Mereka menggunakan CRISPR-Cas9, sebuah protein yang mampu mengidentifikasi bagian tertentu gen dan menghilangkannya. CRISPR-Cas9 juga kerap disebut sebagai "gunting molekuler".

CRISPR-Cas9 merupakan inovasi bidang bioteknologi yang paling berpengaruh saat ini. Gunting molekuler telah berhasil menyembuhkan penyakit genetik duchenne muscular dystrophy. CRISPR sejatinya adalah rangkaian DNA yang diekstrak dari bakteri. Rangkaian DNA itu berpasangan dengan enzim yang disebut Cas 9.

Kamel Khalili yang memimpin eksperimen ini menggunakan bakteri untuk menarget virus. Bakteri itu diminta menghasilkan materi genetik yang identik dengan materi genetik virus yang ditarget. Materi genetik yang dihasilkan bakteri bersama Cas 9 lantas mencari materi genetik HIV yang ada pada sel manusia. Cas 9 kemudian akan memotong materi genetik HIV.

Dengan metode yang rumit itu, Khalili dan tim berhasil menghilangkan HIV secara permanen dari sel T CD 4 manusia yang ditumbuhkan di laboratorium. Tak cuma itu, CD4 juga terproteksi dari infeksi ulang.

"Penemuan ini penting dalam berbagai level," kata Khalili seperti dikutip Science Alert , Selasa (22/3/2016). "Itu menunjukkan keefektifan metode kami menghilangkan HIV dari DNA dan sel T CD4."
"Lebih lanjut, riset menunjukkan bahwa sistem bisa melindungi sel dari infeksi ulang dan teknologi ini efektif bagi sel-sel, tanpa efek racun," katanya.

Memang masih perlu banyak riset hingga sistem ini bisa diaplikasikan secara umum. Namun, keberhasilan ini adalah langkah awal yang bagus dalam upaya untuk benar-benar menyembuhkan pasien dengan HIV/AIDS.


Dikutip dari: Kompas.com
Selengkapnya
Kasih Sayangilah Sesama Makhluk Bumi

Kasih Sayangilah Sesama Makhluk Bumi

Sayang hewan

Dari Abdullah bin Amr bin Ash, Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda bahwa : "Yang Maha Pengasih (Allah) akan mengasihi orang-orang yang pengasih. Maka kasihilah penduduk bumi agar kalian dikasihi oleh penduduk langit".


Sebagai makhluk yang diberi kewenangan sebagai khalifah di muka bumi ini, manusia diperintahkan untuk berkasih sayang atau welas asih terhadap lingkungan di sekitarnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, orang-orang yang mau mengasihi penduduk bumi, baik itu manusia, binatang, dan alam lingkungan, maka mereka akan mendapatkan balasan kebaikan yang lebih besar atas apa yang mereka perbuat itu. Yaitu mereka akan memperoleh kasih sayang para malaikat, dan juga kasih sayang Allah yang justru limpahannya akan meratai penghuni langit yang jumlahnya lebih banyak dibanding penduduk bumi ini. 

Kita mengenal beberapa tokoh besar dalam sejarah Islam yang dikenal sebagai tokoh Besar, Pemberani dalam membela dan memperjuangkan agama Allah, Ulama yang senantiasa berdakwah dan menyebarkan kebaikan kepada semua orang dan lain sebagainya. Namun dibalik itu semua, kita mendapati bahwa mereka semua adalah figur-figur tokoh yang mempunyai sifat mulia yaitu berkasih sayang kepada lingkungan sekitarnya, baik itu terhadap sesama manusia, binatang dan alam sekitarnya. Bahkan ketika mereka telah meninggalkan dunia, karena sifat kasih sayangnya itu, mereka mendapatkan kemuliaan yang tiada tara, yaitu mendapatkan kasih sayang rahmat Allah SWT.

Saat menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khattab biasa menyamar menelusuri kota Madinah untuk melihat kondisi rakyatnya. Pada suatu hari, saat sedang berjalan-jalan, pandangan Umar tertuju pada sekelompok anak-anak kecil yang sedang bermain. Ternyata anak-anak kecil itu sedang mempermainkan seekor burung pipit, dan burung itu pun tampak kelelahan. Melihat itu, timbul rasa iba di hati Umar melihat nasib burung pipit yang dipermainkan anak-anak kecil itu. Maka, beliau pun mendekati mereka dan kemudian membeli burung pipit itu dari mereka. Setelah dibeli, burung itupun dilepaskan dan terbang bebas ke udara.

Sepeninggal beliau, para Ulama di lingkungan kampung itu bermimpi bertemu dengan beliau. Mereka bertanya: "Apa yang telah diperbuat oleh Allah terhadap Engkau?".
"Allah SWT telah mengampuni dosa-dosaku dan membalas amal perbuatanku," jawab Umar.
"Amal apakah yang menyelamatkanmu itu? Apakah karena keadilanmu atau kezuhudanmu?", tanya mereka penasaran.
"Ketika kalian meletakkan jasadku ke dalam kubur, menimbuni dengan tanah, dan meninggalkanku seorang diri, mendadak masuklah dua malaikat yang sangat menakutkan. Seluruh persendianku pun bergetar hebat karena ketakutan. Keduanya lalu memegang dan mendudukanku serta bermaksud mengajukan pertanyaan," cerita Umar.
"Saat itu, tiba-tiba terdengar suara yang tidak tahu dari mana asalnya berseru,: "Kalian tinggalkan hambaKu, dan jangan menakutinya. Sesungguhnya Aku telah menyayangi dan membalas amal perbuatannya. Sebab, sewaktu masih hidup di dunia ia telah menyayangi seekor burung pipit. Dan sebagai balasannya, Aku menyayanginya di alam akhirat."

Selain kisah Umar RA tersebut, ada pula kisah Hujjatul Islam Imam al Ghazali, seorang tokoh Ulama Besar Ahlussunnah Wal Jama'ah dalam bidang tasawuf. Disebutkan bahwa setelah beliau wafat, pernah beliau ditemui dalam sebuah mimpi, lalu ditanyakan kepadanya: "Apa yang dilakukan Allah terhadap anda?". Imam al Ghazali menjawab: "Allah menghentikanku dihadapanNya, lalu Dia menanyaiku, "Kenapa Aku membawamu ke sisiKu?". Maka aku menyebutkan amal-amalku, lalu Dia berfirman: "Aku tidak menerima itu semua. Sesungguhnya amalmu yang Ku terima adalah ketika suatu hari datang seekor lalat untuk meminum tinta penamu, dimana pada saat itu engkau tengah menulis. Lalu karena kasih sayangmu engkau pun berhenti menulis hingga lalat tersebut puas, "Kemudian Allah SWT memerintahkan: "Bawa hambaKu ini ke surga!".

Dan yang terakhir, tersebut pula kisah tentang Imam asy-Syibli. Beliau adalah Abu Bakar Dalaf bin Jahdar, lahir dan hidup di Baghdad. Beliau adalah seorang Ulama yang terkenal kearifannya dan merupakan sahabat Imam al Junaid dan Ulama-Ulama lain yang semasa dengannya. Imam asy-Syibli mengikuti madzhab Imam Malik, hidup selama 87 tahun dan wafat tahun 334 H., dimakamkan di Baghdad, Irak.

Setelah asy-Syibli wafat, seseorang bermimpi bertemu dengan beliau dan menanyakan tentang nasibnya. Beliau menjawab seraya menjelaskan: "Allah menanyaiku dengan firmanNya: "Wahai Abu Bakar, sebab apa aku mengampunimu?". Aku menjawab: "karena amal shalehku". Allah berfirman: "Tidak!". Aku berkata: "Karena keikhlasan ibadahku" . Allah berfirman: "Tidak juga!". Aku berkata: "karena kepindahanku menuju orang-orang shaleh dan menuntut ilmu". Allah berfirman lagi: "Tidak!". Kemudian aku pun bertanya: "Wahai Tuhanku, lalu sebab apa?". Allah kemudian berfirman: "Ingatkah kamu dahulu saat tengah berjalan menyusuri baghdad lalu engkau mendapati seekor anak kucing yang tidak berdaya lantaran menggigil kedinginan, kemudian karena kasihan engkau pun memungutnya dan kau selamatkan dalam kehangatan jubah tebalmu?". Aku menjawab: "Ya, aku ingat!". Allah pun berfirman lagi: "Karena kasih sayangmu terhadap kucing itulah maka Aku pun kasihan kepadamu".

Demikianlah diantara kisah yang menggambarkan kepada kita betapa mulianya derajat orang yang mempunyai sifat welas asih dalam hidupnya. Karena welas asihnya seseorang terhadap makhluk, maka Sang Khaliq mengasihinya di alam akhirat kelak.



Kisah dinukil dari al mawa'idz al 'Ushfuriyyah karya Syaikh Muhammad bin Abi Bakr,  dan Nashaih al 'Ibad karya Syaikh Nawawi al Bantani.
Selengkapnya