Manfaat Tidur Siang (Qailulah)

Manfaat Tidur Siang (Qailulah)

Ilustrasi tidur siang

Budaya tidur siang di sela waktu beraktivitas memang belum menjadi tradisi di Indonesia. Bahkan ada sebagian masyarakat kita yang menganggap bahwa tidur siang adalah kebiasaan bagi mereka yang malas. Padahal jika kita menilik yang terjadi pada negara-negara maju, mereka bahkan menerapkan aturan untuk tidur siang bagi warganya. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada dan Jepang telah menjadikan tidur siang sebagai kebiasaan dan budaya yang dianjurkan bagi para pekerja dan siswa untuk meningkatkan produktivitas kerja. 

Di Jepang, rata-rata perusahaan di sana mengizinkan karyawannya untuk beristirahat siang sekitar 30 menit. Hal itu diberikan karena tidur siang dianggap dapat lebih mendukung produktivitas karyawannya. Karyawan dapat tidur siang di jam kerja yang diberikan sekitar 30 menit. Sementara di China, sebuah sekolah dasar di China bagian barat bahkan sudah memasukan jadwal tidur siang dalam jam sekolahnya. Sekolah tersebut mengalokasikan waktu sekitar 30 menit bagi siswa untuk tidur di kelas. Kegiatan itu biasa disebut Wu Jiao, sebagaimana dilansir dari Daily Mail. 

Tidur Siang (Qailulah) Dianjurkan Nabi


Jauh sebelum negara-negara maju mempraktikannya, sebenarnya kebiasaan tidur sebentar di siang hari ini sudah dicontohkan oleh Baginda Besar Nabi Agung Muhammad SAW sejak berabad-abad yang lalu. Dalam Islam, tidur siang biasa disebut "qailulah". Tidur siang dianjurkan dalam Islam, bahkan disunnahkan. Dalam Kamus Lisanul Arab dijelaskan bahwa makna Qailulah adalah tidur pada pertengahan siang. 

Qailulah tidak harus tidur, istirahat pada siang hari juga sudah termasuk qailulah. Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada umat Islam untuk memiliki kebiasaan tidur siang karena hal tersebut dapat membantu seseorang terbangun di malam hari untuk melaksanakan qiyamullail. Qailulah dapat dilakukan sebelum ataupun sesudah waktu zuhur tetapi lebih baik jika dilakukan setelah waktu dzuhur sebagaimana kebiasaan Rasulullah dan para sahabat dahulu.

Manfaat Qailulah (Tidur Siang)


Menurut berbagai penelitian, tidur siang bagus bagi kesehatan. Tidur siang bermanfaat untuk memulihkan dan mengistirahatkan otak dan tubuh. Para ahli biasa menyebutnya "power nap". Satu penelitian pernah mengungkapkan, tidur sekitar 15-20 menit pada siang hari bagus buat tubuh kita. Selain itu, tidur pada tengah hari juga membantu memperbaiki ingatan dan mengurangi resiko penyakit jantung. Mereka yang biasa tidur siang juga akan memiliki daya ingat yang lebih tajam dibandingkan orang-orang yang tidak melakukannya.

Pada umumnya kita bakal merasa lelah setelah delapan jam bangun dari tidur malam, atau beraktivitas dari pagi hingga siang hari. Pikiran menjadi tidak konsen, belum lagi ditambah makan siang yang membuat kita mengantuk, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan efektifitas kita dalam bekerja. Maka kita pun butuh beristirahat sejenak, agar tubuh kembali fit. Nah, tidur siang adalah solusi yang paling efektif. 

Para ahli menyarankan agar kita tidur pada siang hari antara 15-20 menit. Selama tidur, biasanya kita bakal mengalami beberapa fase, yaitu tidur ringan, REM (rapid-eye movement), dan fase tidur dalam (lelap). Tetapi, tidur 20 menit tidak sampai mengantar kita ke fase tidur lelap. Oleh karenanya, tidur yang tidak sampai lelap itulah yang dinamakan power nap. 

Lalu bagaimana bagi kita yang memiliki kesibukan agar bisa tidur siang?. Cara yang paling baik adalah bergantung atas waktu yang kita punya. Kalau cuma punya waktu lima menit, maka cukup dengan menutup mata saja. Lumayan buat mengurangi stress. Tetapi kalau ada waktu lumayan banyak, maka yang bisa kita lakukan adalah:

Pertama, cari tempat paling tenang dan buat suasana senyaman mungkin. 

Kedua, minum kopi atau teh sesaat sebelum tidur. Ya, sebenarnya efek kafein pada kopi atau teh baru bekerja setelah 45 menit. Jadi, kalau kita tidur 20 menit, mata kita nantinya akan segar kembali pas sudah bangun, pikiran menjadi lebih fokus, tubuh lebih fit dan tidak ada keluhan masih mengantuk pas bangun tidur. 

Ketiga, bila perlu pasanglah alarm, misal untuk 20 menit ke depan. Dan, segera bangun setelah alarm berbunyi. Kalau sudah bangun, segera basuh muka dengan air atau berwudhulah, dan hadapkan wajah ke arah terang, misal lampu atau keluar jendela. Maka badan dan pikiran akan menjadi segar kembali. 


Sumber: Suara Merdeka 6 april 2014, dll.
Selengkapnya
Iwa Kusumasumantri, Sang Pengusul Judul Proklamasi

Iwa Kusumasumantri, Sang Pengusul Judul Proklamasi

Potret Iwa Kusumasumantri

Peringatan 17 Agustus merupakan momen yang selalu istimewa bagi warga di negeri Indonesia ini. Upacara dan berbagai perayaan diselenggarakan untuk memperingati proklamasi kemerdekaan negeri ini. Tetapi tahukah anda bahwa judul naskah Proklamasi pada awalnya adalah menggunakan kata "Maklumat". Namun melalui usul seorang tokoh yang bernama Iwa Kusumasumantri, kata "Maklumat" kemudian diganti menjadi "Proklamasi", sebagai judul naskah pernyataan kemerdekaan Indonesia, pada 17 Agustus 1945. 

Nama Iwa Kusumasumantri memang tidak banyak disinggung dalam buku-buku sejarah semasa Orde Baru, sehingga tidak banyak yang mengetahui perannya. Namun begitu, ia adalah salah seorang pejuang kemerdekaan yang memiliki banyak peran terhadap perjalanan bangsa ini. Dalam buku "Membongkar Manipulasi Sejarah: Kontroversi Pelaku dan Peristiwa" yang diterbitkan Kompas (2009), Asvi Warman menulis, Iwa adalah tokoh yang memegang prinsip "non-kooperasi terhadap penjajah". Pada 6 November 2002, Iwa Kusumasumantri dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Iwa Kusumasumantri lahir di Ciamis, Jawa Barat, pada tanggal 30 Mei 1899. Ia adalah putra sulung keluarga Raden Wiramantri, Kepala Sekolah Rendah di Ciamis, Jawa Barat. Setelah lulus dari Hollandsch Inlandsche School (HIS), ia masuk Opleidingschool Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA), sekolah calon amtenar di Bandung. Karena merasa tidak cocok, setahun kemudian ia keluar dan pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) untuk masuk di Sekolah Menengah Hukum (Recht School). Di sana ia aktif dalam organisasi pemuda Tri Koro Darmo, yang kelak menjadi Jong Java.

Iwa lulus pada tahun 1921 dan melanjutkan studinya di Universitas Leiden di Belanda. Di negara itu ia bergabung dengan Serikat Indonesia (Indonesische Vereeniging), sebuah kelompok nasionalis para intelektual Indonesia. Bahkan pada 1923-1924 dia menjadi ketua organisasi tersebut. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi nasionalis Asia yang paling awal menuntut kemerdekaan yang segera  dan tidak bersyarat.

Dia menekankan bahwa Indonesia harus bekerja sama, terlepas dari ras, keyakinan, atau kelas sosial, untuk memastikan kemerdekaan dari Belanda. Ia menyerukan tentang non-kerjasama dengan kekuatan-kekuatan kolonial. Indische Vereeniging kemudian berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia, yang melandaskan perjuangan pada prinsip kesatuan nasional, solidaritas, noonkoperasi, dan swadaya. Pada 1925, perhimpunan ini mengeluarkan Manifesto Politik, yang dinilai oleh Profesor Sartono Kartodirdjo lebih fundamental ketimbang Sumpah Pemuda 1928.

Pada tahun 1925 ia berangkat ke Uni Soviet (Rusia) untuk belajar di Universitas Komunis kaum tertindas dari Timur di Moskow. Di Rusia ia sempat menikah dengan seorang wanita Ukraina bernama Anna Ivanova, keduanya memiliki seorang putri, bernama Sumira Dingli. Selama di Rusia, Iwa juga menulis buku tentang petani di Indonesia berjudul The Peasant Movement in Indonesia.

Pada tahun 1927 Iwa kembali ke Indonesia. Kebijakan pemerintah setempat yang melarang warganya ke luar negeri tanpa alasan kuat membuat Iwa terpaksa meninggalkan anak dan istrinya. Bertahun-tahun kemudian Iwa menikah lagi dengan Kuraesin Argawinata, seorang putri kerabatnya yang menetap di rumah pamannya, Dr Abdul Manap. Pernikahan ini yang berlangsung sampai akhir hayatnya dan membuahkan 6 orang anak, terdiri dari 5 orang putri dan seorang putra.

Sekembalinya dari Rusia ini, ia bergabung dengan Partai Nasional Indonesia (PNI). Kemudian dia membuka kantor pengacara di Medan. Di sana, ia terkenal sebagai pengacara kaum buruh. Ia juga menjadi penasehat Persatuan Sopir dan Pekerja Bengkel (Persatuan Motoris Indonesia), ketua Pekerja Opium Regie Bond luar Jawa dan Madura (ORBLOM), dan penasehat Indesisch National Padvinders Organisatie (INPO), sebuah organisasi kepanduan.

Di sana, ia juga mendirikan surat kabar Matahari Terbit, koran yang mengaspirasi hak-hak pekerja dan mengkritik perkebunan milik Belanda yang besar di daerah itu. Selain itu ia juga memimpin surat kabar Mata Hari Indonesia. Karena tulisannya banyak mengecam kebijakan pemerintah kolonial, pada 1929 ia ditangkap dan dipenjara selama satu tahun di Medan, kemudian dipindahkan ke penjara Glodok dan penjara Struis-Wyck di Jakarta. Kemudian selama lebih dari 10 tahun ia dibuang dan diasingkan ke Banda Neira, Maluku, bersama keluarganya.

Di Banda Neira, Iwa bertemu beberapa tokoh nasionalis terkemuka seperti Muhammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Tjipto Mangunkusumo yang juga sedang dalam pengasingan. Di sana dia juga mempelajari bahasa Arab dan memperdalam Islam dari Syaikh Abdullah bin Abdurrahman. Dia bahkan menulis buku "Nabi Muhammad dan Empat Khalifah", sebelum dipindahkan ke pengasingan di Makassar pada 1941. Di Makassar, Iwa diizinkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk mengajar di sekolah Taman Siswa.

Pada 8 februari 1943 Jepang menduduki kota Makassar. Oleh Jepang Iwa diminta membantu Nazamuddin Daeng Malea Walikota Makassar. Iwa kemudian diangkat menjadi Kepala Pengadilan Makassar. Ketika Jepang melakulan operasi pembersihan intelektual Indonesia di luar Jawa, dengan perahu bugis Iwa berlayar menuju Surabaya bersama istri yang sedang hamil tua dan 4 anaknya.

Dari Surabaya perjalanan dilanjutkan menuju ke kampung halamannya yaitu Ciamis. Dia tidak lama tinggal di Ciamis karena harus menghidupi keluarganya. Dia kemudian pergi ke Bandung, tetapi karena tidak beroleh pekerjaan, dia kemudian beralih ke Jakarta. Di sini, Iwa bekerja sebagai advokat bersama pemimpin Pergerakan Nasional Mr. A.A. Maramis. Dia juga membantu Kantor Riset Kaigun (Angkatan Laut Jepang) Cabang Jakarta yang dipimpin Ahmad Subarjo. Iwa juga mengajar Hukum Internasional kepada para pemuda di Asrama Indonesia Merdeka.

Saat Belanda melancarkan agresi militer kedua pada 19 Desember 1948 dan menduduki Kota Yogyakarta, Iwa juga termasuk tokoh yang ikut ditangkap bersama Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Mereka baru dilepaskan setelah perjanjian Roem-Royen.

Tudingan Komunis


Beberapa sumber menyebutkan bahwa Iwa terkena stigma komunis. Tudingan ini sebenarnya sudah datang sejak Iwa masih muda. Keluarganya bahkan sempat khawatir Iwa akan terpengaruh paham komunisme ketika ia diutus oleh organisasinya, Perhimpunan Indonesia, untuk mempelajari program Front Persatuan (Eenheidsfront) di Rusia selama 1,5 tahun bersama Semaun. Meski mulanya tertarik pada sosialisme, Iwa mengaku tidak pernah tertarik menjadi komunis. Di Rusia, ia justru melihat perbedaan antara praktek dan teori ajaran itu.

Kemudian pada masa kabinet Sjahrir, Iwa terlibat dalam peristiwa 3 juli 1946 pimpinan Tan Malaka, yang disebut-sebut sebagai pemberontakan pertama dalam sejarah. Peristiwa itu merupakan bentuk ketidaksetujuan Iwa atas kebijakan Sjahrir yang melakukan diplomasi (kompromi) dengan pemerintah Belanda. Sikap sebagai oposisi pemerintah tersebut membuat ia dipenjara selama 1,5 tahun bersama sejumlah politisi lainnya seperti Tan Malaka, Mohammad Yamin maupun Sukarni. Namun akhirnya mereka diberi grasi oleh Presiden. Namanya direhabilitasi karena tidak terbukti bersalah.

Tetapi setelah pecah peristiwa 17 oktober 1952, yakni demonstrasi besar-besaran menuntut pembubaran parlemen yang dimotori oleh militer, lagi-lagi Iwa mendapat tudingan komunis. Kali ini ia dituduh oleh partai yang menentang kebijakannya sebagai Menteri Pertahanan pada Kabinet Ali Sastroamidjoyo. Pada saat itu, Iwa mengganti sejumlah posisi penting militer dengan para perwira yang dianggap anti gerakan tersebut. Untuk menjernihkan posisi Iwa, Presiden Soekarno sampai perlu menggelar rapat di Istana dengan mengundang sejumlah petinggi militer. "Iwa seorang nasionalis-revolusioner!" tegas Soekarno, sebagaimana dikutip dalam situs Masyarakat Indonesia Sadar Sejarah (MESIASS).

Jauh setelah ia meninggalkan jabatannya, Iwa menjawab tudingan komunis dalam buku otobiografi yang ia tulis pada 1971. Dalam buku itu, secara tegas ia menyatakan bukan komunis. Bahkan ia pernah mengecam komunis sebagai refleksi dari rivalitas antara PKI dan Partai Murba.

Pengusul Judul Naskah Proklamasi


Menjelang proklamasi kemerdekaan, Iwa terpilih menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Iwa aktif memberikan kontribusi dalam pembahasan rancangan Undang-Undang Dasar (UUD) yang kelak disahkan sebagai UUD 1945. Peran Iwa tersebut tergambar jelas dalam buku "Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia" yang diterbitkan Sekretariat Negara Republik Indonesia (1995).

Di luar perancangan undang-undang dasar tadi, Iwa juga berperan dalam penyusunan teks Proklamasi. Dia adalah orang yang mengusulkan mengubah kata "maklumat" menjadi "proklamasi". Iwa termasuk golongan tua yang namanya disebut-sebut dalam peristiwa penculikan Rengas Dengklok menjelang Proklamasi Kemerdekaan. Wajar saja bila kemudian namanya disebut sebagai salah seorang tokoh yang dipercaya meneruskan kepemimpinan nasional dalam testamen politik yang dibuat Soekarno-Hatta pada 1 Oktober 1945.


Pada 1945, Iwa diangkat menjadi Menteri Sosial pada Kabinet Presidensial. Ia kemudian diangkat menjadi Menteri Pertahanan Kabinet Ali Sastroamidjojo I (1953). Empat tahun kemudian ia menjadi Rektor pertama Universitas Padjajaran Bandung. Kemudian pada 1961, ia diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung. Iwa mengakhiri karirnya di pemerintahan dengan menjabat sebagai Menteri Negara pada Kabinet Kerja IV (1963-1964). Setelah pensiun, ia menjadi Ketua Badan Penelitian Sejarah Indonesia. Ia juga aktif menerbitkan sejumlah buku. 

Pada 1971 Iwa Kusumasumantri dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo karena menderita penyakit jantung. Setelah beberapa waktu dirawat, pada 27 September 1971, pukul 21.07, tokoh yang juga punya nama samaran S. Dingley ini meninggal dunia. Sesuai pesannya sebelum meninggal dan permintaan keluarga, jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Karet, Jakarta.



Sumber: Wikipedia, cisral.unpad.ac.id, Majalah Konstitusi no. 53 edisi Juni 2011
Selengkapnya
Biografi Penulis Tafsir Jalalain, Bagian kedua: Jalaluddin as-Suyuthi

Biografi Penulis Tafsir Jalalain, Bagian kedua: Jalaluddin as-Suyuthi

Kitab tafsir jalalain 2

Pada artikel sebelumnya telah diuraikan biografi dari penulis tafsir Jalalain yang pertama yaitu Jalaluddin al-Mahalli. Pada artikel kali ini, akan saya uraikan biografi penulis yang kedua yaitu Jalaluddin as-Suyuthi.

Sebagaimana disebutkan di dalam kitabnya, Tafsir Jalalain. Di akhir pembahasan surat al-Isra, Jalaluddin as-Suyuthi mengatakan bahwa pada awalnya tidak pernah terbesit dalam benak beliau untuk melanjutkan apa yang telah ditulis oleh Jalaluddin al-Mahalli ini. Beliau dengan sikap tawadhu'nya mengatakan bahwa beliau menyadari akan kelemahannya untuk menyelami bidang yang telah ditulis oleh al-Mahalli ini. Namun setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya kemudian beliau bersedia melanjutkannya. Beliau menulis:

"Pada mulanya kami tidak berminat menulis tafsir ini, akan tetapi, demi memelihara diri daripada apa yang telah disebutkan firman-Nya, "Dan barangsiapa yang buta hatinya di dunia ini, niscaya di akhirat nanti ia akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan yang benar" (Qs. Al-Israa/17:72) maka kami tulis tafsir ini".

Penulisan kitab tafsir Jalalain ini rampung pada hari Ahad, 10 Syawwal 870 H. Permulaan penulisannya (ĺanjutan dari as-Suyuthi) pada hari Rabu, awal Ramadhan 870 H. dan konsep jadi selesai dirampungkan pada hari Rabu, 6 Shafar 871 H.

Jalaluddin as-Suyuthi

Nama lengkap beliau adalah Abdurrahman bin Kamal Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiquddin bin Fakhr Utsman bin Nadziruddin Muhammad bin Saifuddin Khidr bin Najmuddin bin Abi ash-Shalah Ayyub bin Nashiruddin Muhammad bin Himamuddin Al-Hammam Al-Hudairi As-Suyuthi.

Beliau bergelar Jalaluddin dan biasa juga dipanggil Abu Fadhil. Namun di kemudian hari beliau lebih dikenal dengan nama As-Suyuthi, yang dinisbatkan kepada tempat di mana ayahnya dilahirkan di daerah Suyuth. Beliau adalah seorang ulama, hafidz hadits, musnid, muhaqiq dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo, Mesir.

As-Suyuthi lahir ba’da Maghrib, malam senin bulan Rajab 849 H. Beliau berasal dari lingkungan cendekiawan, sehingga sejak dini ayahnya selalu berusaha mengarahkannya menjadi ilmuwan dan orang shalih. Sejak usia belia beliau selalu diajak sang ayah menghadiri berbagai majelis ilmu. Bahkan sang ayah sering meminta doa dari ulama besar untuk anaknya. Salah satu ulama yang pernah mendoakannya agar menjadi ulama besar adalah Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, muhaddits besar penyusun kitab Bulughul Maram. Tidak hanya mendoakan, setiap kali minum segelas air usai mengajar, Syaikh Ibnu Hajar selalu menyisakan sedikit untuk diminum as-Suyuthi.

Ketika as-Suyuthi berumur enam tahun, sang ayah wafat. As-Suyuthi kemudian diasuh oleh Syaikh Kamaluddin bin Humam al-Hanafi, pengarang kitab Fathul Qadir. Di bawah asuhan sang allamah itulah as-Suyuthi berhasil hafal al-Qur’an di usia delapan tahun. Setelah itu beliau kemudian menghafal kitab al-’Umdah, lalu Minhajul Fiqhi Wal Ushul dan Alfiyah Ibnu Malik.

Ketika usianya menginjak 15 tahun, as-Suyuthi mulai berkelana dan berguru kepada para ulama besar. Dalam pengembaraan mencari ilmu, beliau pernah singgah di Syam, Hijaz, Yaman Hindia, Maroko dan Takrur. Dalam kitabnya yang berjudul Khusn al-Muhadlarah, as-Suyuthi mengatakan bahwa beliau mendapatkan ijazah dari setiap guru yang didatanginya, yaitu mencapai 150 ijazah dari 150 orang guru. Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani mengatakan dalam kitab Thabaqat-nya, bahwa as-Suyuthi telah berguru kepada lebih dari 600 ulama. Di antara guru-guru beliau antara lain:

a). Syaikh Siraajuddien al-Balqini, yang mengajarnya berbagai kitab fiqih seperti al-Hawi Ash-Shaghir, Al-Minhaj, Syarah Al-Minhaaj dan Ar-Raudhah.

b). Syaikh Sihabuddin Asy-Syaarmasahi, guru ilmu faraidh (waris).

c). Asy-Syari Al-Manawi Abaz Kuriya Yahya bin Muhammad, guru ilmu faraidh.

d). Syaikh Taqiyuddin Asy-Syamini Al-Hanafi (w 872 H), guru ilmu tata Bahasa Arab dan ilmu hadits.

e). Syaikh Muhyiddin Muhammad bin Sulaiman Ar-Rumi Al-Hanafi, guru ilmu tafsir, ilmu Ushul, ilmu bahasa Arab dan ilmu Ma’ani. Beliau berguru kepadanya selama empat belas tahun.

f). Jalaluddin Al-Mahalli (penyusun pertama Tafsir Al-Jalalain)

g). Izzul Kinaani Ahmad bin Ibrahim al-Hanbali. Dll.

Selain ilmu agama, Imam as-Suyuthi juga berguru beberapa bidang ilmu umum seperti ilmu hitung dan ilmu faraidl dari Majid bin As-Siba’ dan Abdul Aziz Al-Waqaai, serta ilmu kedokteran kepada Muhammad bin Ibrahim Ad-Diwani Ar-Rumi. Bahkan selain berguru kepada ulama laki-laki, As-Suyuthi juga meresap ilmu dari sejumlah ilmuwan perempuan, diantaranya yaitu Aisyah binti Jarullah, Ummu Hani binti Abul Hasan, Shalihah binti Ali, Nasywan binti Abdullah Al-Kanani dan Hajar binti Muhammad Al-Mishriyyah.

Sikap dan Akhlaqnya

Meskipun as-Suyuthi terkenal akan kecerdasan, kekuatan hafalan dan keuletannya dalam belajar, As-Suyuthi adalah seorang Ulama yang ahli ibadah, zuhud dan tawadhu’. Maka tidak heran kemudian beliau pun menjelma menjadi seorang ulama besar yang memenuhi taraf kemampuan untuk berijtihad. Selain alim, as-Suyuthi juga dikenal sebagai sosok yang teguh pendirian dan tidak suka menjilat kepada pemerintah. Bahkan beliau tidak pernah mau menerima hadiah dari raja.

Suatu ketika seorang raja memberinya hadiah berupa uang seribu dinar dan seorang budak perempuan. Segera saja uang itu beliau kembalikan, sedangkan sang budak perempuan dimerdekakan. Beliau kemudian berkata kepada sang raja, “jangan berusaha memalingkanku hanya dengan memberi hadiah semacam itu, karena Allah telah menjadikanku tidak merasa butuh lagi terhadap hal-hal semacam itu.”

Karya-Karyanya

As-Suyuthi termasuk ulama yang sangat produktif dalam berkarya. Beliau telah menulis ratusan kitab dalam berbagai bidang keilmuan, mulai dari Tafsir, Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Sastra, Tasawuf, hingga ilmu Sejarah. Menurut perhitungan muridnya yang bernama ad-Dawudi, hasil karyanya lebih dari 500 buah. Sementara Ibnu Iyas, murid As-Suyuthi yang lain, mengatakan bahwa jumlah karya As-Suyuthi mencapai 600 buah. Adapun menurut As-Sa’id Mamduh, karya As-Suyuthi mencapai 725 buah. Sedangkan menurut Sayyid Muhammad Abdul Hayy Al-Kattani, jumlah keseluruhan karya Imam Suyuthi adalah 904 kitab dalam berbagai disiplin ilmu.
Berikut adalah beberapa karya tulis beliau yang terkenal:

1. Al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an , kitab tafsir yang menjelaskan bagian-bagian penting dalam ilmu mempelajari al-Qur'an
2. Tafsir al-Jalalain , yang ditulis bersama Jalaluddin al-Mahalli
3. Jami' ash-Shagir , merupakan kumpulan hadits-hadits pendek
4. Al-Asybah wa an-Nazhair , dalam ilmu qawa'id fiqh
5. Syarh Sunan Ibnu Majah, merupakan kitab yang menjelaskan kitab hadits sunan ibnu majah
6. Al-Asybah wa an-Nazhair , dalam ilmu nahwu
7. Ihya'ul Mayyit bi Fadhaili Ahlil Bait
8. Al-Jami' al-Kabir
9. Al-Hawi lil Fatawa
10. Al-Habaik fi Akhbar al-Malaik
11. Ad-Dar al-Mantsur fi at-Tafsir bil Ma'tsur
12. Ad-Dar al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Musytahirah
13. Ad-Dibaj 'ala Shahih Muslim bin al-Hajjaj
14. Ar-Raudh al-Aniq fi Fadhli ash-Shadiq
15. Al-'Urf al-Wardi fi Akhbari al-Mahdi
16. Al-Gharar fi Fadhaili 'Umar
17. Alfiyatu as-Suyuthi
18. Al-Kawi 'ala Tarikh as-Sakhawi
19. Al-La āli' al-Mashnu'ah fi al-Ahadits al-Maudhu'ah
20. Al-Madraj ila al-Mudraj
21. Al-Mazhar fi Ulum al-Lughah wa Anwa'uha
22. Al-Mahdzab fimā Waqa'a fi al-Qur'ān min al-Mu'rab
23. Asbāb Wurud al-Hadits
24. Asrār Tartib al-Qur'ān
25. Anmudzaj al-Labib fi Khashāis al-Habib
26. Irsyad al-Muhtadin ilā Nashrati al-Mujtahidin
27. I'rāb al-Qur'ān
28. Ilqām al-Hajar liman zakā sāb Abi Bakr wa 'Umar
29. Tārikh al-Khulafā'
30. Tahdzir al-Khawash min Ahadits al-Qashash
31. Tuhfatu al-Abrār binakti al-Adzkār an-Nawawiyyah
32. Tadrib ar-Rāwi fi Syarhi Taqrib an-Nawāwi
33. Tazyin al-Mamālik bi Manaqib al-Imām Mālik
34. Tamhid al-Farsy fi al-Khishāl al-Maujibah li Zhil al-'Arsy
35. Tanwir al-Hawalik Syarh Muwaththa' Mālik
36. Tanbih al-Ghabiyy fi Tibra'ati Ibni 'Arabi
37. Husnu al-Muhādharah fi Akhbār Mishr wa al-Qāhirah
38. Durr as-Sihābah fiman dakhala Mishr min ash-Shahābah
39. Dzam al-Makas
40. Syarh as-Suyuthi 'ala Sunan an-Nasā'i
41. Shifatu Shāhibi adz-Dzauqi 'Aini al-Ishābah fi Ma'rifati ash-Shahābah
42. Kasyf
43. As-Salim
44. Thabaqāt al-Huffādz
45. Thabaqat al-Mufassirin
46. 'Uqudul Jimān fi 'ilmi al-Ma'āni wa al-Bayān
47. 'Uqudu az-Zabarjid 'ala Musnad al-Imām Ahmad fi I'rāb al-Hadits
48. Al-Mughthi fi Syarhi al-Muwaththa'
49. Lubb al-Lubbāb fi Tahrir al-Ansāb
50. Al-Bāb al-Hadits
51. Al-Bāb an-Nuqul fi Asbāb an-Nuzul
52. Mā Rawāhu al-Asāthin fi 'Adami al-Maji'i ilā as-Salāthin
53. Musytahā al-Uqul fi Muntaha an-Nuqul
54. Mathla' al-Badrain fiman Yu'ti Ajruhu Marratain
55. Miftāhu al-Jannah fi al-I'tishām bi as-Sunnah
56. Miftahamāt al-Aqrān fi Mubhamāt al-Qur'ān
57. Nazham al-Aqyān fi A'yān al-A'yān
58. Ham'u al-Hawami' Syarhu Jam'u al-Jawami'
59. At-Tahadduts bi Ni'matillah
60. Mu'jam al-Mu'allafāt as-Suyuthi
61. Fahrusat Mu'allafātii
62. Al-Fāruq baina Al-Mushanif wa as-Sariq
63. Thibb an-Nufus
64. Nawadhir al-Ayak fi Ma'rifati al-Niyak
65. Ar-Rahmah fi ath-Thibbi wa al-Hikmah

Sedangkan Murid-Murid Beliau di antaranya:

1. Syaikh Abdul Qodir bin Muhammad bin Ahmad Asy-Syadzili Asy-Syafi’i.
2. Syaikh Ibnu Iyas, Abul Barokat, Muhammad bin Ahmad bin Iyas Al-hanafi, penulis kitab “Badai’uz Zuhur Fi Waqo’iud Duhur”.
3. Syaikh Al-Hajj Muhammad Sukyah.
4. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Abdurrohman bin Ali bin Abu Bakar Al-‘Alqomi.
5. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Ali bin Ahmad Ad-Dawudi Al-Mishri.
6. Ibnu Thulun; Syaikh Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Thulun Ad-Damasyqi Al-Hanafi.
7. Syaikh Muhammad bin Al-Qodhi Rodhiyuddin Muhammad bin Muhammad bin Abdulloh binBadr bin Utsman bin Jabir Al-Ghozi Al-‘Amiri Al-Qurosyi Asy-Syafi’i.
8. Syaikh Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Yusuf Asy-Syami.
9. Syaikh Jamaluddin, Yusuf bin Abdulloh Al-hasani Al-Armayuni Asy-Syafi’i.

Wafat Beliau

Imam as-Suyuthi menghabiskan umurnya untuk mengajar, memberikan fatwa dan menulis. Akan tetapi menginjak usia 40 tahun, atau menjelang usia tuanya beliau lebih memilih ber-uzlah dari keramaian dunia untuk beribadah dan mengarang saja. Setelah sempat sakit, Imam agung ini meninggal pada usia 61 tahun 10 bulan 18 hari, yaitu pada malam Jum'at tanggal 19 Jumadil Ula tahun 911 H dirumah beliau yang berada di Roudlotul Miqyas. Jenazah beliau dimakamkan di pemakaman Qaushun atau Qaisun, di luar pintu gerbang Qarafah, Kairo.



dari berbagai sumber.
Selengkapnya
Biografi Penulis Tafsir Jalalain, Bagian Pertama: Jalaluddin al-Mahalli

Biografi Penulis Tafsir Jalalain, Bagian Pertama: Jalaluddin al-Mahalli

Kitab tafsir Jalalain

Tafsir Jalalain adalah salah satu dari sekian banyak kitab tafsir yang masih populer hingga sekarang. Bahkan bagi kalangan pesantren, mengkaji kitab ini seakan menjadi pelajaran wajib yang pasti dijumpai di setiap pesantren. Pembahasan dalam kitab ini banyak menonjolkan segi pembahasan ilmu nahwu, sharaf, dan qiraahnya, sehingga al-Qur'an yang diturunkan memakai bahasa arab dapat dipahami dengan pemahaman yang benar. Oleh karenanya Kitab Tafsir Jalalain ini sangat cocok untuk para pemula yang ingin mendalami tafsir al-Qur'an. 

Kitab ini tergolong unik karena merupakan hasil karya tulis dua ulama terkemuka, yaitu Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli. Karena disusun oleh dua Jalaluddin itulah kitab tafsir ini juga dinamakan Tafsir Jalalain. Pada awalnya kitab ini ditulis oleh Jalaluddin al-Mahalli. Entah mengapa beliau mengawali penulisan tafsirnya ini dari Surah al-Kahfi hingga sampai surah terakhir, An-Nas. Usai menafsirkan Surah An-Nas, al-Mahalli kembali ke halaman muka Al-Quran, menafsirkan surah Al-Fatihah. Namun sayang, usai menafsirkan surah Al-Fatihah, beliau dipanggil ke haribaan Allah pada tahun 864 H./1459 M. 

Setelah bertahun-tahun kemudian, pekerjaan yang belum selesai ini kemudian dilanjutkan oleh salah seorang muridnya yaitu Jalaluddin as-Suyuthi. As-Suyuthi melanjutkan dengan surah Al-Baqarah, Ali Imran dan seterusnya hingga akhir surah Al-Isra. Meskipun ditulis oleh dua orang yang berbeda, metodologi serta pola dan gaya bahasa yang digunakan oleh as-Suyuthi dalam merampungkan tafsir jalalain ini nyaris sama persis dengan tulisan awal sang guru. Oleh karenanya banyak yang mengira bahwa tafsir ini hanya ditulis oleh satu orang saja. 

Kebesaran dua tokoh penyusun Tafsir Jalalain ini sangat melegenda. Di samping dikenal karena pembahasannya yang luas dalam setiap kitab, Jalaluddin al-Mahalli dan as-Suyuthi juga telah menghasilkan karya yang jumlahnya cukup banyak. Siapakah kedua tokoh ini? Berikut profilnya.

Jalaluddin al-Mahalli

Nama lengkap beliau adalah Al-Imam Jalaluddin Abu Abdillah Muhammad bin Syihabuddin Ahmad bin Kamaluddin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad bin Hasyim Al-`Abbasi Al-Anshari Al-Mahalli Al-Qahiri Asy-Syafi`i. Beliau lahir di Kairo, Mesir, tahun 791H/1389 M. Beliau dikenal dengan julukan Jalaluddin yang berarti orang yang mempunyai keagungan dalam masalah agama. Sedangkan sebutan Al-Mahalli dinisbahkan pada kampung kelahirannya, Mahalla Al-Kubra, sebuah daerah yang terletak di sebelah barat Kairo, tidak jauh dari Sungai Nil. 

Semenjak kecil tanda-tanda kecerdasan sudah menonjol pada diri al-Mahalli. Beliau menguasai berbagai disiplin ilmu agama, antara lain tauhid, tafsir, fiqih, ushul fiqh, nahwu, sharaf dan mantiq. Pada masanya beliau merupakan seorang 'allamah terkemuka, terkenal pandai dalam pemahaman masalah-masalah agama, sehingga sebagian orang menyebutnya seorang yang memiliki pemahaman yang brillian melebihi kecemerlangan berlian. Dalam kitab Mu’jam Al-Mufassirin, As-Sakhawi menuturkan bahwa Al-Mahalli adalah "sosok imam yang sangat pandai dan berfikiran jernih, bahkan kecerdasannya di atas rata-rata". Meskipun begitu beliau pernah mengatakan bahwa sebetulnya dirinya tidak mampu banyak menghafal, mungkin karena hal ini tampaknya kemudian menjadi motivasi beliau untuk terus belajar dan berjuang mengarungi lautan ilmu.

Beliau juga dikenal sebagai seorang ulama yang berkepribadian mulia, saleh dan wara'. Beliau adalah sosok yang sederhana, jauh dari gemerlap dunia. Bahkan pernah ditawarkan kepadanya jabatan sebagai Qadi terbesar di negerinya, namun beliau menolaknya. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa meskipun tidak miskin, beliau hidup pas-pasan. Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, beliau bekerja sebagai pedagang. Meski demikian, kondisi tersebut tidak mengendurkan tekadnya untuk terus mengais ilmu. 

Selain banyak belajar secara otodidak, Jalaluddin al-Mahalli juga memiliki banyak guru, diantaranya yaitu:

a). Al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhazmad bin Abdu ad-Da'im An-Nu`aimi Al-`Asqalani Al-Barmawi Al-Qahiri Asy-Syafi`i yang lebih dikenal dengan Syamsu al-Barmawi (763 - 831 H ), dalam ilmu fikih, ushul fikih dan bahasa Arab, beliau tinggal di Madrasah Al-Baibarsiyyah tempat Jalaluddin al-Mahalli belajar.

b). Al-Imam Al-Faqih Burhanuddin Abu Ishaq Ibrahim bin Ahmad Al-Baijuri, lebih dikenal dengan Burhan Al-Baijuri (825 - 750 H ) dalam ilmu fikih.

c). Al-Imam Al-Muhaddits Jalaluddin Abu al-Fadhl Abdurrahman bin Umar bin Ruslan Al-Kanani Al-`Asqalani Al-Bulqini Al-Mishri, lebih dikenal dengan Jalal Al-Bulqini (763 - 824 H ) dalam bidang hadits.

d). Al-Imam Al-Muhaddits Waliyuddin Abu Zur`ah Ahmad bin Al-Muhaddits Abdurrahim Al-`Iraqi (762 - 826 H ) dalam bidang ilmu hadits.

e). Al-Imam Al-Hafidz Qadhi al-Qudhat `Izuddin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim bin Jama`ah Al-Kanani (694 - 767 H), dalam bidang hadits dan ushul fiqih.

f). Asy-Syaikh Syihabuddin Al-`Ajimi, cucu Ibnu Hisyam, dalam bidang nahwu.

g). Asy-Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Syihabuddin Ahmad bin Shalih bin Muhammad bin Abdullah bin Makki Asy-Syanuthi (Wafat 873 H ) dalam bidang nahwu dan bahasa Arab.

h). Al-Imam Nashiruddin Abu Abdillah Muhammad bin Anas bin Abu Bakr bin Yusuf Ath-Thanatada'i Al-Mishri Al-Hanafi (Wafat 809 H), dalam bidang ilmu waris dan ilmu hitung.

i). Al-Imam Badruddin Mahmud bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad Al-Aqshara'i (Wafat 825 H ), dalam bidang ilmu logika, ilmu debat, ilmu ma`ani, ilmu bayan, ilmu `arudh dan ushul fikih.

j). Al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman Ath-Tha'i Al-Basathi Al-Maliki (670 - 842 H), dalam bidang tafsir, ushuluddin, dan lain-lain.

k). Al-Imam `Ala'uddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Bukhari Al-Hanafi (799 - 841 H).

l). Asy-Syaikh Al-`Allamah Nizhamuddin Yahya bin Yusuf bin Muhammad bin Isa Ash-Shairami Al-Hanafi (777 - 833 H), dalam bidang fikih.

m). Asy-Syaikh Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abu Bakr bin Khudhar bin Musa, lebih dikenal dengan Ibnu Ad-Dairi (788 - 862 H).

n). Asy-Syaikh Majduddin Al-Barmawi Asy-Syafi`i.

o). Asy-Syaikh Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Khalil Al-Gharaqi Asy-Syafi`i (Wafat 816 H ) dalam bidang fikih.

p). Asy-Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Abi Ahmad Muhammad bin Abdullah Al-Maghrawi Al-Maliki (Wafat 820 H).

q). Asy-Syaikh Kamaluddin Abu Al-Baqa' Muhammad bin Musa bin Isa bin Ali Ad-Damiri (742 - 808 H ), hadir dalam sebagian kajiannya.

r). Asy-Syaikh Syihabuddin Abu al-`Abbas Ahmad bin `Imad bin yusuf bin Abdu an-Nabi al-Aqfahasi Al-Qahiri, lebih dikenal dengan Ibnu al-`Imad (750 - 808 H).

s). Asy-Syaikh Badruddin Muhammad bin Ali bin Umar bin Ali bin Ahmad Ath-Thanabadi.

t). Syaikh al-Islam Al-Imam Syihabuddin Ibnu Hajar Al 'Asqalani (773 - 852 H) dalam bidang hadits dan ilmu hadits.

u). Asy-Syaikh Jamaluddin Abdullah bin Fadhlullah, dalam bidang hadits.

v). Al-Imam Al-Muhaddits Syarafuddin Abu Thahir Muhammad bin Muhammad bin Abdul Lathif Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan Ibnu Al-Kuwaik (737 - 821 H ).

w). Al-Imam Al-`Allamah Syamsuddin Abu Al-Khair Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Yusuf bin Al-Jazari Asy-Syafi`i (752 - 833 H).

x). Asy-Syaikh Nashiruddin Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Nashiruddin Al-`Ajami As-Samnudi Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan Ibnu Mahmud (Wafat 855 H), Jalaluddin al-Mahalli menghafal al-Qur'an kepadanya ketika masih kecil.


Karya-Karya Jalaluddin al-Mahalli adalah:

a). Al-Badru ath-Thali` fi Halli Jam`i al-Jawami`, merupakan Syarh dari Jam`u al-Jawami` yang ditulis oleh Tajuddin As-Subuki, kitab dalam ilmu ushul fiqih.

b). Syarh Al-Waraqat yang ditulis Imam Al-Haramain Al-Juwaini, 

c). Kanzu ar-Raghibin fi Syarhi Minhaji ath-Thalibin Imam An-Nawawi

d). Tafsir al-Qur'an al-'adzim atau lebih dikenal dengan tafsir Jalalain, bersama Jalaluddin as-Suyuthi.

e). Syarh Mukhtashar Burdah.

f). Al-Anwar Al-Madhiyah.

g). Al-Qaul Al-Mufid fi An-Nail As-Sa`id.

h). Ath-Thib An-Nabawi.

i). Kitab fi Al-Manasik.

j). Kitab fi Al-Jihad.

k). Syarh Al-Qawa`id Ibnu Hisyam, belum lengkap.

l). Syarh At-Tashil Ibnu Malik.

m). Hasyiyah `ala Jaami`i Al-Mukhtasharat, belum lengkap.

n). Hasyiyah Jawahir Al-Isnawi, belum lengkap.

Sedangkan murid-muridnya di antaranya yaitu: 

a). Al-Imam Nuruddin Abu Al-Hasan Ali bin Al-Qadhi Afifuddin Abdullah bin Aham, lebih dikenal dengan nama As-Samhudi, Ulama, Mufti, Pengajar dan Sejarawan di Madinah (844-911 H), ia mempelajari Syarh al-Minhaj, Jam`ul Jamami`, dan lain-lain.

b). Asy-Syaikh Burhanuddin Ibrahim bin Muhammad bin Abu Bakr bin Ali bin Mas`ud bin Ridhwan Al-Mari Al-Maqdisi lebih dikenal dengan nama Ibnu Abi Syarif (836 - 923 H ) lahir di Yerusalem kemudian pergi ke Kairo dan mempelajari Syarh Jam`ul Jawami`.

c). Asy-Syaikh Syihabuddin Abu Al-Fattah Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Musa Al-Absyaihi Al-Mahalli, ia mempelajari Syarh al-Minhaj dan Syarh Jam`ul Jamami`.

d). Asy-Syaikh Khairuddin Abu Al-Khair Muhammad bin Muhammad bin Daud Ar-Rumi Al-Qahiri Al-Hanafi, lebih dikenal dengan nama Ibnu Al-Farra' (814 - 897 H), ia mempelajari bidang fikih dan ushul fikih.

e). Asy-Syaikh Kamaluddin Abu Al-Fadhl Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Bahadir Al-Maumani Ath-Tharablusi Al-Qahiri Asy-Syafi`i (Wafat 877 H , ia mempelajari Syarh al-Minhaj, Syarh Jam`ul Jamami`, Syarh Alfiyah Al-`Iraqi, dan lain-lain.

f). Asy-Syaikh Shalahuddin Muhammad bin Jalaluddin Muhammad bin Muhammad bin Khalaf bin Kamil Al-Manshuri Ad-Dimyathi, Qadhi di Dimyath, lebih dikenal dengan nama Ibnu Kamil (Wafat 887 H ).

g). Asy-Syaikh Syamsuddin Abu Al-Barakay Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Yusuf bin Al-Baz Al-Asyhab Manshur bin Syibl Al-Ghiraqi (795 - 858 H ).

h). Asy-Syaikh Najmuddin Muhammad bin Syarafuddin Muhammad bin Najmuddin Muhammad bin Sirajuddin Umar bin Ali bin Ahmad Al-Qurasyi Ath-Thanabadi Al-Qahiri Asy-Syafi`i.

i). Asy-Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Musa Asy-Syihab Al-Bairawati Al-Khanaki Asy-Syafi`i.

j). Asy-Syaikh `Imaduddin Abu al-Fida' Ismail bin Ibrahim bin Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Ibrahim bin Sa`dulah bin Jama`ah (825 - 861 H), ia mempelajari Syaikh Jam`ul Jawami` dan lain-lain.

k). Asy-Syaikh Hisamuddin Husain bin Muhammad bin Hasan Al-Ghazi Asy-Syafi`i atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Al-Harasy.

l). Asy-Syaikh Syarafuddin Abdul Haq bin Syamsuddin Muhammad bin Abdul Haq bin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Abdul `Al As-Sanbathi, ia mempelajari beberapa kitab (Wafat 842 H).

m). Asy-Syaikh Zainuddin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Syaraf bin Al-Lu'lu'i Ad-Dimasyqi bin Qadhi `Ajlun, (Lahir 839 H).

n). Asy-Syaikh Zainuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Haji bin Fadhl As-Santawi, ia mempelajari fikih dan ushul fikih.

o). Asy-Syaikh Abdullah bin Ahmad bin Abi Al-Hasan Ali bin Isa bin Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Isa Al-Jamal Al-Hasani As-Samhudi (Lahir 804 H ) ia mempelajari bahasa Arab, Syarh Ibnu Aqil, fikih, ushul fikih, dan lain-lain.

p). Asy-Syaikh Ali bin Daud bin Sulaiman bin Khalad bin `Audh bin Abdullah bin Muhammad bin Nuruddin Al-Jaujari, Khatib Masjid Raya Toulon, ia hadir di beberapa kajian Jalaluddin Al-Mahalli.

q). Asy-Syaikh Nuruddin Ali bin Muhammad bin Isa bin Umar bin `Athif Al-`Adani Al-Yamani Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan nama Ibnu `Athif (Lahir 812 H).

r). Asy-Syaikh Sirajuddin Umar bin Hasan bin Umar bin Abdul Aziz bin Umar An-Nawawi, ia mempelajari Syarh Al-Minhaj.

s). Asy-Syaikh Najmuddin Muhammad bin Burhanuddin Ibrahim bin Jamaluddin Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman, lahir 833 H di Yerusalem, ia mempelajari Syarh Jam`ul Jawami`.

t). Asy-Syaikh Syarafuddin Yahya bin Muhammad bin Sa`id bin Falah bin Umar Al-`Abasi Al-Qahiri Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan nama Al-Baqani, lahir pada tahun 827 H dan wafat pada tahun 900 H.

u). Asy-Syaikh Abu Bakr bin Quraisy bin Ismail bin Muhammad Quraisy Azh-Zhahiri, lahir pada tahun 850 H.

v). Asy-Syaikh Al-Imam Ali bin Muhammad bin Isa bin Yusuf bin Muhammad Al-Asymuni, (838-918 H).

w). Asy-Syaikh Burhanuddin Abu Al-Hasan Ibrahim bin Umar bin Hasan bin Ali bin Abu Bakr Al-Buqa`i (809 - 885 H).

x). Jalaluddin as-Suyuthi (849 H. - 911 H.). Ia melanjutkan penulisan kitab tafsir (yang kemudian dikenal dengan tafsir jalalain) yang disusun al-Mahalli hingga selesai.

Wafat

Jalaluddin al-Mahalli wafat pada Sabtu pagi, pertengahan Ramadhan 864 H, bertepatan dengan tahun 1459 M.


Selengkapnya
Alam, Global Warming dan Keserakahan Manusia

Alam, Global Warming dan Keserakahan Manusia

Ilstrasi kerusakan hutan

Mahatma Gandhi pernah mengatakan "Bumi (alam) telah menyediakan kecukupan untuk memenuhi kebutuhan manusia, akan tetapi semua itu tidak akan pernah cukup untuk memenuhi keserakahan manusia". Tampaknya ungkapan ini menjadi peringatan bagi kita supaya sadar kembali akan apa yang telah kita lakukan kepada bumi tempat kita tinggal ini. Kebutuhan semua manusia memang dapat diperhitungkan dan dicukupi oleh sumber alam yang ada di muka bumi ini. Tetapi untuk memenuhi semua keinginan manusia yang tiada habisnya, alam tidak akan pernah bisa mencukupinya, bahkan pemaksaan terhadapnya pada kenyataannya justru akan merusak dan memperburuk keadaan alam. 

Dalam Islam terdapat tiga relasi manusia yang wajib dijalankan oleh setiap umatnya. Pertama, hubungan manusia dengan Allah (hablu min Allah), kedua, hubungan manusia dengan sesama manusia (hablu min an-nas), dan ketiga, hubungan manusia dengan alam (hablu min al alam). Ketiga hubungan ini harus diterapkan secara baik dan proporsional untuk terciptanya kehidupan yang harmonis. 

Dari ketiga hubungan di atas, sering kali manusia 'lupa' dalam menjalankan hubungan baik dengan alam. Kewajiban untuk menjaga kelestarian alam sering kali diabaikan. Alam justru hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu keserakahan manusia. Maka yang terjadi kemudian adalah terjadinya ketidakseimbangan. Alam pun menunjukkan kemarahannya, sehingga berakibat mengancam kehidupan manusia itu sendiri. Bencana alam seperti banjir besar, tanah longsor, angin topan dan bencana-bencana lain terjadi di mana-mana.

Pernahkah kita renungkan mengapa bencana-bencana itu semua bisa terjadi?. Pemanasan global menjadi faktor penting dibalik terjadinya bencana-bencana ini. Pemanasan global (Global Warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Pemanasan global akan diikuti dengan perubahan iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sementara di belahan bumi lain akan terjadi musim kering berkepanjangan yang disebabkan kenaikan suhu. Perubahan iklim secara global ini juga dapat berdampak pada musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati, melelehnya deretan gunung es di kutub utara dan selatan, dan naiknya permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas. Bahkan pada tahun 2100 diperkirakan akan banyak pulau di dunia akan tenggelam.

Sebetulnya gejala dari global warming pada awalnya merupakan gejala alam yang normal, karena pemanasan diperlukan untuk menjaga temperatur bumi supaya tidak menjadi beku, atau dengan kata lain kalau bumi tidak mendapat pemanasan maka suhu di bumi bisa menjadi dingin membeku seperti pada zaman es yang pernah terjadi pada 15.000 tahun yang lalu. Pemanasan pada permukaan bumi dikenal dengan istilah ‘Efek Rumah Kaca’ atau Greenhouse Effect. Proses ini berawal dari sinar Matahari yang menembus lapisan udara (atmosfer) dan memanasi permukaan bumi.

Permukaan bumi yang menjadi panas menghangatkan udara yang berada tepat di atasnya. Karena menjadi ringan, udara panas tersebut naik dan posisinya digantikan oleh udara sejuk. Sebagian dari udara panas yang naik ke atas ditahan dan dipantulkan kembali ke permukaan oleh lapisan gas di atmosfer bumi yang terdiri dari Karbon Dioksida, Metan dan Natrium Oksida. Udara panas yang dipantulkan tersebut berfungsi untuk menjaga temperatur bumi supaya tidak menjadi beku. Proses pemantulan udara panas untuk menghangatkan bumi inilah yang disebut dengan efek rumah kaca.

Akan tetapi proses alam yang normal ini berubah menjadi tidak sehat saat manusia mulai berulah. Aktivitas manusia yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara serta kegiatan lain yang berhubungan dengan pemanfaatan hutan dan lahan pertanian yang berlebihan secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu peningkatan jumlah gas rumah kaca secara global, salah satunya gas karbon.

Aktivitas penggunaan emisi karbon seperti yang banyak dilakukan oleh sektor industri di Amerika Serikat, China, Australia, Jepang dan Rusia terbukti menjadi penyebab meningkatnya suhu panas bumi karena banyaknya produksi menggunakan energi fosil. Proses pembakaran energi dari bumi ini ternyata menghasilkan gas buangan yang berupa karbon dioksida. Otomatis, kadar lapisan gas rumah kaca yang menahan dan memantulkan kembali udara panas ke bumi menjadi semakin banyak. Kalau bumi terus menerus terkena pemanasan ini, maka efek pertama yang terjadi adalah tingginya temperatur udara. Hal ini menyebabkan suhu menjadi luar biasa panas, sehingga berbahaya bagi keberlangsungan hidup manusia.

Selain emisi karbon, penggunaan Chloro Fluoro Carbon (CFC) juga merupakan faktor lain penyebab terjadinya global warming ini. CFC biasa digunakan sebagai media pendingin dan gas pendorong spray aerosol. CFC sangat kuat untuk melubangi lubang ozon, sehingga akan meningkatkan bahaya akibat radiasi ultraviolet yang mencapai permukaan bumi. Penipisan lapisan ozon ini juga menimbulkan banyak ancaman terhadap kesehatan manusia dan kehidupan di bumi. Oleh karena itu, penggunaan CFC dalam aerosol telah dilarang di Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia.

Aktivitas manusia dalam pemanfaatan hutan dan lahan pertanian yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab juga turut menyumbang terjadinya kerusakan alam. Sebagaimana diketahui hutan sebagai penyerap racun karbon terbesar kini telah rusak. Eksploitasi hutan yang dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak bermoral mengakibatkan hutan menjadi gundul. Penjarahan hutan atau penebangan liar juga menyebabkan deforestasi besar-besaran karena tidak diimbangi dengan pelestarian dan reboisasi.

Banyaknya hutan di bumi yang terbakar juga menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global. Seperti misalnya pada kejadian kebakaran hutan berskala besar di Indonesia pada tahun 1997-1998, diestimasi sekitar 10 juta hektar lahan yang rusak atau terbakar, dengan kerugian untuk Indonesia terhitung 3 milyar dollar Amerika. Kejadian ini sekaligus melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 0,81-2,57 Gigaton karbon ke atmosfer (setara dengan 13-40% total emisi karbon dunia yang dihasilkan dari bahan bakar fosil per tahunnya) yang berarti menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global.

Dampak negatif dari kebakaran hutan dan lahan sangat dirasakan terutama oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya kepada hutan, satwa liar (seperti gajah, harimau, dan orang utan) yang kehilangan habitatnya, sektor transportasi karena terganggunya jadwal penerbangan, dan juga masyarakat secara keseluruhan yang terganggu kesehatannya karena terpapar polusi asap dari kebakaran.

Seperti terdapat dalam satu lingkaran, selain berkontribusi terhadap akumulasi gas rumah kaca di atmosfer dengan bertambahnya emisi karbon dunia, kebakaran hutan dan lahan juga dipicu oleh meningkatnya pemanasan global itu sendiri, akan tetapi penyebab utama tetap merupakan akibat ulah manusia yang melakukan pembakaran dalam upaya pembukaan hutan dan lahan untuk hutan tanaman industri, perkebunan, pertanian atau sebagai tempat permukiman baru.

Pengendalian dan pelestarian hutan sebetulnya merupakan suatu cara yang efektif dalam penanggulangan dampak pemanasan global yang tengah terjadi. Beberapa kemungkinan penyebab emisi karbon dapat direduksi dengan penanaman kembali beberapa jenis pohon yang dapat menyerap dan menanggulangi dampak dari hal tersebut. Dengan demikian perubahan iklim serta kerugian-kerugian bagi kehidupan pun akan dapat terkendalikan dengan baik.

Berkaca dari peristiwa-peristiwa tersebut, benarlah apa yang telah difirmankan Allah dalam Surat al-Ruum ayat 41 bahwa penyebab kerusakan di bumi adalah ulah manusia sendiri yang telah berlebih-lebihan dan melampaui batas. Mereka berlomba-lomba untuk memenuhi semua keinginan nafsu yang tiada batasnya, memperkaya diri dengan menguasai alam secara semena-semena, sehingga tidak memperhitungkan dampak yang akan ditimbulkannya.

Kemajuan teknologi yang sejatinya bertujuan untuk kesejahteraan umat manusia pun tampaknya telah melenceng dari apa yang direncanakan. Penghijauan yang coba dilakukan justru hanya akan bertentangan dengan perkembangan teknologi, selama kuasa manusia tidak dibatasi dengan kesadaran kembali kepada alam. Pada titik ini tampaknya manusia tidak bisa membendung segala ambisi atau keinginannya yang terus berkembang. Ambisi untuk dapat menguasai segalanya, sampai seakan-akan tidak ada sesuatu pun yang tidak dapat dikuasainya.

Keinginan-keinginan manusia yang tidak terkendali ini telah membuatnya lupa akan tanggung jawabnya sebagai pengemban mandat Tuhan di bumi (khalifah fil ardh). Padahal jika saja kita mau berlaku baik terhadap alam, menggunakannya dengan bertanggung jawab, yakni dengan tetap menjaga akan kelestarian lingkungan hidup, niscaya keseimbangan ekosistem akan tetap terjaga dengan baik dan selanjutnya akan berdampak positif pula terhadap keberlangsungan kehidupan manusia.

Sudah saatnya bagi kita untuk pahami kembali konsep menjaga hubungan baik dengan alam. Kita pahami bahwa terjadinya berbagai bencana di muka bumi ini merupakan teguran dari Allah supaya kita merasakan sebahagian dari akibat perbuatan kita, agar kita kembali ke jalan yang benar. Kita pahami bahwa ada perbedaan besar antara kebutuhan dan keinginan (syahwat). Dengan demikian, kita akan sadar bahwa semua tindakan berlebihan pada akhirnya justru akan merugikan manusia sendiri. Sesungguhnya Allah telah menciptakan alam dengan segala keseimbangannya, namun perilaku manusia sendiri yang kemudian merusaknya.



dari berbagai sumber.
Selengkapnya
Fenomena Manusia tanpa Kewarganegaraan (Stateless)

Fenomena Manusia tanpa Kewarganegaraan (Stateless)

Foto pengungsi

Berulang kali kita jumpai dalam berita perihal para pengungsi dari berbagai negara yang memasuki negara kita untuk mencari suaka sebagai tempat menumpang hidup. Pada umumnya mereka berdatangan dari negeri-negeri yang rawan konflik seperti Myanmar, Srilangka, Afganistan, ataupun dari kawasan negara timur tengah seperti Irak. Mereka tidak dapat dilindungi oleh negara asalnya karena mereka terpaksa meninggalkan negaranya. Karena itu, perlindungan dan bantuan kepada mereka menjadi tanggung jawab komunitas internasional.

Para pengungsi pencari suaka ini kebanyakan berstatus tanpa kewarganegaraan (Stateless) dan tidak jelas kewarganegaraannya. Hal ini disebabkan karena mereka tidak dapat membuktikan status kewarganegaraan mereka, ataupun karena tidak diakui lagi status kewarganegaraannya oleh negara asal mereka. Menurut Konvensi 1954 tentang Status Stateless Persons disebutkan bahwa: orang tanpa kewarganegaraan (stateless) adalah seseorang yang tidak dianggap sebagai warga oleh negara manapun di bawah operasi hukumnya.

Sebetulnya, orang-orang yang tidak mempunyai status kewarganegaraan dapat dijumpai di seluruh benua dan tiap negara. Di Indonesia, fenomena manusia tanpa kewarganegaraan ini banyak dijumpai sedari dulu. Banyak kisah yang menggambarkan perjuangan mereka untuk mendapatkan identitas kewarganegaraannya. Meskipun sulit mengidentifikasi jumlah dan lokasi mereka, melalui berbagai kajian penelitian dan forum diskusi dari berbagai instansi dan elemen, dapat diketahui bahwa keadaan tanpa kewarganegaraan juga dialami oleh orang-orang berikut ini:

1. Etnis Indonesia Cina yang tidak memiliki dokumen untuk membuktikan kewarganegaraan Indonesia, karena status kewarganegaraannya tercatat secara salah dalam dokumen registrasi sipil mereka dan mereka yang tidak dikenal sebagai warga negara Cina maupun Indonesia.

2. Etnis Arab dan India yang tidak memiliki dokumen untuk membuktikan kewarganegaraan mereka atau status kewarganegaraan mereka tercatat secara salah dalam dokumen registrasi sipil mereka. 

3. Pekerja migran Indonesia yang kehilangan kewarganegaraannya berdasarkan Undang-undang tahun 1958 tentang ketentuan tinggal di luar negeri yang diperpanjang dan tidak dapat memperoleh kewarganegaraan berdasarkan Undang-undang tahun 2006.

4. Sejumlah kecil orang Indonesia yang diasingkan keluar Indonesia karena pada saat ia terkait konflik politik di tahun 1965 dan menjadi stateless.

5. Orang lainnya yang menjadi stateless karena tergolong sebagai migrant tanpa dokumen dari Cina, yang telah lama tinggal di Indonesia. Kelompok ini bermigrasi ke Indonesia tetapi tidak memiliki kewarganegaraan Indonesia karena mereka tidak lahir di Indonesia.

Baik Kementrian Dalam Negeri maupun Kementrian Hukum dan HAM, dengan bantuan komunitas sipil di Indonesia telah mengambil langkah-langkah penting untuk mengatasi masalah statelessness di Indonesia. Undang-undang Kewarganegaraan 2006 yang baru memungkinkan akuisisi atau penerimaan kewarganegaraan dan penerimaaan kembali kewarganegaraan bagi orang-orang yang stateless.

Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) telah mengembangkan kerjasama dengan berbagai kementrian dan instansi pemerintah yang relevan, dengan LSM, beberapa badan PBB lainnya (UNFPA, UNICEF) dan komunitas sipil, untuk melakukan pertemuan dan diskusi individual untuk menentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengidentifikasi, mengurangi dan mencegah keadaan tanpa kewarganegaraan, serta untuk memastikan perlindungan bagi orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Lebih jauh lagi, UNHCR berharap agar upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi statelessness di Indonesia dapat memfasilitasi peratifikasian Konvensi 1961 tentang Pengurangan Keadaan tanpa Kewarganegaraan dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi.

Dalam lingkup internasional, sejak tahun 2014 yang lalu UNHCR juga telah mencanangkan kampanye untuk menghentikan stateless atau warga dengan status tidak berkewarganegaraan di seluruh dunia dalam waktu 10 tahun terakhir. Pada saat ini diperkirakan terdapat sekitar 10 juta orang dengan status tidak berkewarganegaraan, tidak berkebangsaan, dan tidak memiliki paspor. Peristiwa semacam ini pastinya menyebabkan penolakan akses pelayanan kesehatan, pendidikan, dan hak-hak berpolitik.

Sementara itu anak-anak yang lahir di tempat-tempat pengungsian juga sering tidak memiliki hak mendapat status kewarganegaraan dan tidak mendapat kesempatan untuk kembali ke negara orang tua mereka untuk mendapat klaim kewarganegaraan di sana. Oleh karenanya, UNHCR ingin mengakhiri ini dengan memberikan status kewarganegaraan untuk anak-anak tanpa kewarganegaraan dan juga menawarkan pemberian status kewarganegaraan kepada etnis minoritas. Sebagaimana diketahui, etnis minoritas seperti komunitas Rohingya Birma juga tidak mendapatkan status kewarganegaraan mereka.

PBB juga berjanji untuk mengatasi masalah ini dengan mengadopsi Konvensi 1954 sehubungan dengan Status Tanpa Kewarganegaraan dan Konvensi 1961 tentang Pengurangan (warga berstatus) Tanpa Kewarganegaraan. Semoga dengan dicanangkannya semua program ini, harapan untuk bisa mengakhiri fenomena orang-orang dengan status tanpa berkewarganegaraan ini dapat berhasil.



dinukil dari berbagai sumber
Selengkapnya
Pengajaran dalam Kisah

Pengajaran dalam Kisah

Ilustrasi guru bercerita

Mendengarkan kisah atau dongeng adalah kegiatan yang menyenangkan. Mendongeng atau berkisah biasanya dilakukan oleh para guru untuk menenangkan murid-muridnya. Biasanya dengan mendongeng, suasana yang tadinya ribut akan berubah menjadi tenang. Murid-murid juga akan mendengarkan dengan penuh kesungguhan. Bahkan adakalanya mereka lebih antusias mendengarkan dongeng ketimbang pelajarannya.

Sebenarnya mendengarkan dongeng atau kisah tidak hanya menarik bagi anak-anak saja. Semua orang baik yang muda ataupun yang tua pada dasarnya suka dengan dongeng (cerita). Tampaknya kesenangan kita untuk mendengarkan atau membaca sebuah cerita adalah fitrah. Kita bisa melihat betapa pada masa kini banyak orang yang gandrung dengan tayangan film atau serial sinetron di televisi yang pada dasarnya merupakan media bercerita atau berkisah. Hanya saja memang belum tentu media bercerita tersebut membawa efek positif bagi pemirsanya. 

Istilah kisah dan dongeng mungkin sedikit berbeda maknanya. Meskipun begitu, keduanya membawa maksud dan tujuan yang sama. Terlepas dari isinya yang merupakan berdasar kejadian nyata atau pun hanya karangan belaka, baik kisah ataupun dongeng sejatinya mengandung nilai-nilai pengajaran yang bisa diambil oleh pendengar atau pembacanya.

Berkisah merupakan salah satu media pengajaran, karena tujuan utama berkisah atau mendongeng adalah agar pendengar bisa mengambil pelajaran dari kisah yang diceritakan. Meskipun demikian, media berkisah ini memiliki keistimewaan tersendiri dibanding media pengajaran yang lain. Keistimewaannya adalah karena berkisah sangat jauh dari kesan menggurui. Pendengar atau pembaca kisah tidak merasa digurui oleh pembawa kisah karena memang yang menjadi guru adalah kisah itu sendiri. Pendongeng atau pembawa kisah juga tidak langsung menunjuk kepada pendengar atau pembacanya, tetapi dia mengajak untuk melihat bersama-sama isi dari sebuah cerita. Dari isi cerita inilah pengajaran itu didapat. 

Jika kita cermati sebenarnya Allah pun banyak menggunakan media bercerita atau berkisah dalam mendidik kita sebagai hamba-hambaNya. Buktinya banyak kita jumpai dalam al-Qur'an betapa banyak kisah-kisah pada masa lalu yang Allah ceritakan kepada kita. Bahkan demikian pentingnya arti kisah di dalam Alqur’an sampai ada sebuah surat yang dinamakan dengan surat Al-Qashas (kisah-kisah). Rasulullah pun dalam haditsnya juga banyak yang berisi sebuah kisah. Tentunya kisah-kisah yang disebutkan dalam kitab pedoman umat Islam ini berisi banyak sekali pengajaran untuk kita semua.

Kisah adalah guru yang bertindak seperti cermin bagi siapa saja yang mendengar atau membacanya. Dengan mendengar atau membaca kisah, kita akan jadi tahu diri setelah melihatnya pada diri kita sendiri. Kita menjadi tahu akan kesalahan dan kekurangan apa yang mesti diperbaiki dalam diri. Kita juga menjadi sadar untuk bisa selalu menempatkan diri dan menjaga diri di tengah-tengah goncangan kehidupan yang rumit ini. 

Sesungguhnya metode berkisah juga dapat menyentuh daya rasa, daya pikir dan keakuan (ego) yang ada pada diri manusia. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa metode berkisah sangat menarik dan disenangi oleh masyarakat kita. Mereka dengan senang hati (tanpa perlu paksaan) untuk mengikuti sebuah cerita, baik mendengarkannya atau membacanya. Inilah yang dimaksud bahwa cerita mampu menyentuh rasa manusia yakni rasa senang. Hal ini sangat penting karena kebanyakan orang hanya mau mendengarkan apa yang mereka sukai bukan apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Karena berkisah sangat disenangi oleh masyarakat kita maka metode ini dapat kita jadikan pembuka pintu bagi pembinaan generasi. 

Berkisah juga dapat menyentuh daya pikir manusia, karena melalui kisah kita akan lebih mudah memahami suatu ajaran. Hal ini seperti seorang guru yang memberi contoh-contoh soal setelah memberikan rumus tertentu. Belajar dari kisah akan memudahkan pikiran kita untuk memahami makna dan maksud yang terkandung dari suatu peristiwa atau kejadian. Jadi berkisah berusaha memberikan analog-analog bagi suatu ajaran yang kadang-kadang sangat sulit dipahami oleh akal kita. Oleh karenanya berkisah akan mempertajam kecerdasan.

Selain itu berkisah juga dapat menyentuh ego (keakuan) dalam diri kita. Ego adalah sumber kekuatan kita untuk mau mengamalkan sesuatu yang kita yakini sebagai kebenaran. Kisah memberi contoh kepada kita suatu gambaran tentang bagaimana menjalani kehidupan. Kisah juga mengajarkan kepada kita untuk dapat memahami dan menyikapi pencapaian dan kegagalan, keberanian dan kepengecutan, serta kejujuran dan pengkhianatan. 

Kisah mengajarkan kepada kita bagaimana memahami dan mengamalkan nilai kebijaksanaan yang merupakan hasil dari nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan nilai-nilai keindahan. Dengan membaca atau mendengarkan kisah maka seakan kita diberi contoh bagaimana nilai-nilai kebijaksanaan itu diamalkan. Selain itu berkisah juga dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mempertajam kemauan kita untuk mengamalkan ajaran-ajaran yang mulia itu. 

Memang tidak semua kisah membawa dampak baik bagi kehidupan kita. Hal ini karena tidak semua kisah mengandung nilai-nilai hikmah kebijaksanaan. Banyak juga kisah-kisah yang justru membawa kita kepada pemahaman kehidupan yang keliru. Sebagai contoh kita bisa melihat akibat dari kisah-kisah yang terkandung di dalam film dan sinetron yang justru membawa kita ke arah kehidupan yang materialistis dan egoistis. Oleh karenanya kita juga harus bisa memilih mana kisah yang mencerahkan, menginspirasi, dan memotivasi, bukannya kisah yang menggelapkan, menumpulkan dan melemahkan potensi yang ada dalam diri kita. 

Hanya kisah yang mengandung hikmah kebijaksanaan lah yang tepat untuk mendidik generasi muda kita agar mampu berpikir jernih dan tajam serta berkemauan kuat untuk mengamalkan hasil pemikirannya itu. Sehingga dengan demikian kiranya Allah memberi petunjuk kepada kita untuk dapat menilai sesuatu itu benar atau salah, serta dengannya pula Allah berkenan memberi kita kekuatan agar dapat bersikap secara tepat mengikuti kebenaran dan menjauhi kebathilan. Insya Allah. 



disarikan dari Wisata Cinta, karya Mustamir.
Sumber gambar: okezone.com
Selengkapnya