Mengenal Cedera Bahu dan Pencegahannya

Mengenal Cedera Bahu dan Pencegahannya

Pemain bola cedera bahu

Bahu merupakan bagian tubuh yang rawan terkena cedera akibat ketegangan otot, salah posisi hingga salah urat. Cedera bahu biasanya sering menimpa para olahragawan, terbukti 20 persen cedera karena olahraga terjadi pada bahu. Latihan beban dan olahraga seperti tenis, bulu tangkis, voli, sepak bola, rugby, hingga renang terbilang kegiatan yang rentan cedera bahu. Beban atau aktivitas berlebih dan gerakan yang salah di daerah tersebut sering kali mencederai tendon (urat).

Meskipun demikian, cedera bahu juga dapat terjadi dari kebiasaan mengangkat benda-benda berat. Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa disadari kita juga sering memberi beban berlebih pada bahu. Para kuli angkut barang misalnya, mereka sering membawa barang-barang berat pada bahunya. Para backpacker, para petualang atau para pendaki gunung juga sering membawa tas ransel selama berjam-jam dengan beban yang cukup berat. Bagi para wanita, cedera bahu juga dapat menimpa mereka yang mempunyai kebiasaan membawa segala kebutuhannya secara bersamaan dalam satu tas, yang diselempangkan di bahu dan dibawa kemana-mana.

Sendi bahu terdiri dari tiga tulang, yakni tulang atas, tulang belikat dan tulang selangka, yang bersamaan dengan kombinasi otot dan tendon, yang disebut manset rotator. Ada beberapa penyebab utama nyeri bahu. Yaitu cedera manset rotator, cedera labum (jaringan fibrosa yang mengelilingi sendi bahu) dan dislokasi bahu yang umumnya disebabkan cedera bahu, dan bahu yang membeku.

dr Roland Chong MBBS, ahli bedah ortopedi Gleneagles Hospital Singapore menjelaskan, "Tulang sendi bahu merupakan salah satu tulang yang paling sering digerakkan dan rentan terhadap cedera, karena penggunaan yang berat dari lengan dan bahu". 

Seseorang yang mengalami peradangan, robekan manset sebagian, hingga robek secara penuh, bisa dikategorikan menderita cedera manset rotator. Cedera ini bisa timbul karena keausan. Penderita manset rotator, merasakan dampak paling besar ketika mereka harus terus menerus mengangkat lengan lebih dari 90 derajat. Adapun robekan yang besar, biasanya disebabkan luka yang berat. Misalnya karena kecelakaan saat berolahraga, atau ketika menggunakan tangan untuk berlindung saat jatuh.

Jika yang dialami peradangan atau robekan yang lebih kecil, kadang bisa sembuh sendiri tanpa perlu operasi. Hanya perlu melakukan pengobatan seperti memberi anti-inflamasi non-steroid, untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit. Pengobatan biasanya juga bisa dibarengi dengan fisioterapi untuk memperkuat otot-otot manset rotator lainnya. Pengobatan lainnya, suntikan kombinasi steroid dan anestesi ke dalam area manset rotator, yang fungsinya sebagai penghilang rasa sakit dan mengurangi peradangan hingga enam bulan.

Perubahan aktivitas juga penting dalam pengobatan dan pencegahan, termasuk latihan fisik untuk memperkuat manset rotator, dan tidak lupa, mengubah postur tubuh selama berkegiatan sehari-hari. Siklus pengobatan non-operasi ini biasanya berlangsung antara tiga hingga enam bulan.

Ketika yang terjadi robekan serius, atau ketika terapi non-operasi tidak efektif, barulah dilakukan pembedahan. Ini dilakukan untuk memperbaiki manset rotator agar sempurna, sehingga pasien bisa kembali melakukan olahraga atau beraktivitas dalam waktu enam hingga tujuh bulan.

Dislokasi Bahu


Ketika tulang lengan atas muncul keluar dari persendian bahu yang seharusnya masuk ke dalam, ini merupakan dislokasi bahu. Dislokasi bahu terjadi pada saat bonggol tulang lengan atas bergeser dari tempatnya di tulang belikat. Dislokasi bahu sering terjadi pada atlet atau orang yang sering berolahraga kontak fisik. Misalnya pencak silat, gulat, judo, atau olahraga dengan resiko jatuh tinggi seperti balap motor dan panjat tebing.

Penderita dislokasi bahu akan mengalami rasa sakit dan tidak bisa menggerakkan lengan. Rasa sakit yang langsung terasa nyeri pada bahu. Sendi bahu pun akan terlihat bengkak. Posisi lengan setelah trauma yang terjadi, bisa ditandai untuk membedakan arah pergeseran sendi bahu. Bila dalam keadaan rileks lengan menjadi terputar ke arah luar (sehingga lipat siku menghadap ke depan), maka yang terjadi adalah pergeseran sendi ke arah depan. Sedangkan lengan yang terputar ke arah dalam (lipat siku menghadap ke belakang), dan terdapat nyeri saat lengan diputar ke arah luar, ini adalah pergeseran sendi ke belakang.

Langkah pertama untuk melakukan diagnosis dislokasi bahu adalah menjalani x-ray dan scan untuk mengetahui penyebab cedera. Selain itu juga dilakukan tes untuk mengetahui seberapa longgar sendinya untuk mengetahui kemungkinan cedera lainnya. Jika dislokasi bahu tidak diobati dengan baik, tulang yang tersisa dari sendi bisa merusak tulang rawan di sekitarnya. Akan terjadi pengeroposan tulang karena gesekan antara sendi dan tulang di sekitarnya.

Selain dislokasi bahu, cedera bahu lainnya yaitu bahu membeku. Kondisi ini terjadi ketika seseorang tidak bisa menggerakkan bahunya ke segala arah. Ini disebabkan penebalan kapsul jaringan ikat yang mengelilingi sendi bahu. Rasa sakit dan ketidakmampuan bergerak yang sangat parah, menyebabkan penderitanya sulit melakukan kegiatan sehari-hari. Bahu beku juga dikenal sebagai adhesive capsulitis.

Ada tiga fase bahu yang membeku, yakni pembekuan, membeku dan pelunakan. Tahap pertama adalah ketika berbagai gerakan bahu menjadi terbatas, dan muncul rasa nyeri ketika coba digerakkan. Pada tahap membeku, bahu menjadi lebih kaku tetapi rasa sakitnya berkurang. Sedangkan tahap pelunakan adalah ketika penderita perlahan-lahan mendapatkan kembali jangkauan pergerakannya. Proses pelunakan ini bisa berlangsung lebih dari setahun, sehingga menyulitkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Pilihan pengobatannya, bisa melalui fisioterapi, suntikan steroid dan anestesi ke dalam sendi, untuk membantu mengurangi rasa sakit dan mempercepat pemulihan, serta pembedahan untuk mengeluarkan kapsul yang menebal.

Kondisi bahu yang tidak normal akan berdampak besar dalam kegiatan sehari-hari. Untuk itu, jika sudah merasakan nyeri bahu, apalagi jika sudah berlangsung hingga dua minggu, jangan abaikan. Berhentilah melakukan kegiatan atau olahraga tertentu, sebab hal itu dapat menyebabkan kerusakan bahu. Dan jangan lupa untuk mengurangi beban pada bahu kita.

Dilema Olahragawan


Cedera bahu adalah dilema yang selalu menghantui para olahragawan. Dalam berolahraga, gerakan sempurna sendi bahu memang sangat diperlukan, karena hampir semua gerakan olahraga memerlukan keleluasaan fungsi sendi tersebut. Atlet voli profesional merupakan salah satu dari sekian banyak olahragawan yang sering mengalami cedera bahu. Mereka biasanya mengalami gejala cedera arteri atau pembuluh darah pada bahu. Cedera itu membuat mereka menderita penipisan dinding pembuluh darah atau aneurisma arteri di bahu.

Menurut peneliti Universitas Amsterdam dr Mario Maas, biasanya tanda-tanda gejala utama cedera arteri di bahu muncul selama atau sesudah atlet bola voli bermain secara intens. Cedera itu disebabkan adanya tekanan tinggi atau kompresi yang dialami tiap atlet voli saat melakukan smash atau servis. Entakan yang kuat membuat pembuluh darah pada bahu mengalami penciutan.

Selain voli, sepak bola juga memiliki kemungkinan resiko timbulnya cedera bahu. Hal itu mungkin terjadi saat pemain bertabrakan dan mengenai bahu antar pemain ataupun ketika pemain menggunakan tangan untuk menopang tubuh saat terjatuh. Otomatis bahu akan tertekan lantaran menerima beban berat tubuh hingga akhirnya cedera tidak terhindarkan, apalagi jika posisi jatuhnya salah. 

Sementara cedera dislokasi bahu biasanya lebih banyak dialami oleh atlet yang sering berolahraga kontak fisik atau yang kerap menggunakan tangan. Selain itu, cedera dislokasi bahu juga banyak dialami oleh atlet olahraga dengan resiko jatuh tinggi seperti pembalap MotoGP, pemain rugby, tenis, atlet beladiri dan beberapa jenis olahraga lainnya. Juara Dunia MotoGP seperti Valentino Rossi dan Marc Marquez juga pernah mengalami dislokasi sendi bahu. 

Tiga Langkah Pencegahan


Cedera pada bahu bisa menimpa siapa saja. Bukan hanya para olahragawan, saya dan anda bisa saja mengalaminya. Apabila saat beraktivitas anda merasakan denyutan di bahu ketika mengangkat lengan, atau mengalami kesulitan meregangkan lengan ke belakang, kemungkinan anda menderita cedera sendi bahu. Sendi bahu merupakan poros yang menghubungkan gerak tangan dengan tubuh, sehingga sebisa mungkin kita harus menghindari terjadinya cedera. Namun sayangnya, karena gerakannya yang sangat leluasa, sendi itu memiliki stabilitas yang rendah. Sendi bahu gampang cedera, mudah mengalami pergeseran dan berpotensi menimbulkan nyeri saat terjadi ketidaksesuaian gerak. 

Kita tentu tidak ingin aktivitas terganggu karena sendi bahu sering terkilir, terasa nyeri, atau bahkan cedera yang lebih parah hingga mengandaskan karir. Tips berikut ini perlu disimak agar terhindar dari cedera sendi bahu :

1. Upayakan Pencegahan: Kecuali memiliki ketidaknormalan fisik, kita sebenarnya selalu bisa menanggulangi munculnya rasa sakit di sendi bahu. Tubuh kita memiliki satu fungsi normal, termasuk di persendian dan organ-organ yang melekat di sekitarnya. Kenalilah bagian-bagian tersebut, lalu pelajari.

Beberapa kebiasaan fisik juga perlu diperhatikan, semisal posisi duduk atau tidur. Jangan pernah menyepelekan sikap duduk atau tidur, karena acapkali nyeri bahu berawal dari kebiasaan buruk dalam dua sikap tersebut. Duduk berlama-lama menonton televisi atau berada dalam posisi duduk yang sama berjam-jam saat menyelesaikan pekerjaan adalah dua hal yang barangkali sering dilakukan. Sikap itu kurang baik, terlebih jika dibarengi dengan kelelahan otak.

Jangan lupa tidur dengan bantal yang baik dan nyaman guna meminimalisasi resiko salah tidur. Jika bahu terasa lelah akibat aktivitas fisik berlebih, istirahatkan bagian tersebut dan hindarkan dari aktivitas berat selama beberapa hari.

2. Ketahui Kemampuan Fisik: Memahami batas ketahanan fisik penting untuk mengenali batas kemampuan. Misalnya dalam berolahraga, jangan terlalu memaksakan diri. Fungsi olahraga adalah menyegarkan diri dan memperoleh ketahanan fisik, bukan sebaliknya, membuat tubuh kesakitan. Ketahanan fisik dipupuk secara bertahap. Karena itu, olahraga pun harus dilakukan sesuai tingkatan yang benar.

Berolahraga melebihi kemampuan akan memperbesar potensi cedera. Tetap beraktivitas seperti bekerja lembur, saat tubuh sudah kelelahan juga akan berakibat buruk bagi tubuh. Maka, penting untuk mengatakan "cukup" saat tubuh sudah melambaikan tangan.

Yang tidak kalah penting, lakukanlah pemanasan. Pemanasan bukan hanya saat akan berolahraga. Gerakan-gerakan ringan sebelum beraktivitas juga termasuk pemanasan. Tujuannya, agar fisik lebih fleksibel saat bergerak, tidak kaku dan berfungsi dengan sempurna.

3. Lakukan Pertolongan pertama: Tidak jarang, meski telah berhati-hati dan melakukan beberapa pencegahan, nyeri atau cedera sendi bahu tidak terelakkan. Selain berkonsultasi ke dokter, upayakan pertolongan awal terlebih dahulu.

Segera istirahatkan sisi yang sakit. Jika sendi bahu terasa nyeri, jangan mengangkat beban menggunakan sisi tersebut. Istirahatkan selama beberapa hari hingga rasa sakit hilang. Kurangi aktivitas di daerah yang sakit. Kalau sudah membaik, perlahan latih kembali sisi tersebut agar tidak kaku.

Menurut neurologist Dr S Saunderajen SpS MSi Med, mengompres bagian yang terasa nyeri dengan air es selama 15 - 17 menit bisa membantu mengurangi rasa nyeri. Jangan menggunakan air panas, terutama di fase awal selama 2 - 3 hari.

Bila nyeri bahu disertai bengkak, berbaringlah sembari menggunakan bantal. Usahakan posisi tangan lebih tinggi dari jantung. Namun, kalau terjadi cedera yang lebih mengkhawatirkan, semisal dislokasi sendi bahu, pastikan agar sisi tersebut tidak bergerak, bisa dengan membebat tangan agar tidak terjadi pergeseran yang lebih parah, lalu segeralah dibawa ke rumah sakit atau dokter untuk penanganan lebih intensif.



Sumber: Suara Merdeka, Juni 2014.
Selengkapnya
Mengapa Langit (berwarna) Biru?

Mengapa Langit (berwarna) Biru?


Labgit biru
dok. pribadi, diambil di G. Merbabu

Jika tidak tertutup awan hitam ataupun awan putih, langit akan berwarna biru dan terlihat sangat indah. Memang sulit menjumpai langit cerah yang berwarna biru di perkotaan, ini karena langit perkotaan sudah banyak tercemar oleh polusi. Tetapi jika kita hidup di pedesaan atau pegunungan, tidak sulit untuk bisa menikmati indahnya biru langit berpadu dengan udara yang segar. Tetapi tahukah anda dari manakah warna biru langit itu berasal? Apakah sudah dari sejak zaman dahulu langit berwarna biru?

Mungkin jawabannya ada banyak versi, tetapi secara ilmiah, para ilmuwan beranggapan bahwa warna biru di langit berkaitan dengan proses yang terjadi di atmosfir bumi. Pada saat ini, komponen atmosfir sebagian besar terdiri dari nitrogen dan oksigen. Pada saat cahaya matahari menembus atmosfir bumi, sinar matahari menciptakan berbagai warna pelangi, kemudian menyebar melalui molekul udara. Warna biru merupakan warna terbanyak yang terpantul, sehingga yang terlihat oleh mata kita adalah warna biru langit yang indah.

Meskipun begitu, menurut hasil studi Dominic Papineau dari Carnegie Institution for Science AS, proses terbentuknya warna biru di langit terkait dengan batu, fosfor dan ganggang purbakala. Mengapa bisa demikian? Menurut Papineau, bisa jadi pada dua juta tahun pertama sejak bumi tercipta, langit saat itu berwarna oranye. Berdasarkan komposisi kimiawi pada masa itu, kemungkinan besar komponen utama dari atmosfir adalah metana (CH4), yang tampak ganjil menyelimuti bumi.

Kemudian sekitar 2,5 miliar tahun lalu, muncul kemampuan baru dari makhluk organik untuk berfotosintesa yaitu kemampuan mengubah sinar matahari, karbondioksida (CO2) dan air menjadi gula. Kemampuan evolusioner ini dimiliki oleh ganggang purba yang membuat hasil fotosintesis menjadi sumber makanan yang awet, dan kemudian tersebar ke lautan seluruh dunia. Karena ganggang membutuhkan lebih banyak gula untuk menyeimbangkan makanannya, maka mereka butuh nutrisi seperti fosfor. 

Dominic Papineau dari Carnegie Institution for Science meyakini, ganggang memperoleh fosfor dari luapan erosi yang sangat besar sekitar 2,5 - 2 miliar tahun yang lalu, yaitu periode ketika atmosfir bumi pertama kali memperoleh suntikan oksigen dalam jumlah besar. Menurut studi Papineau, terjadinya suntikan oksigen yang sangat besar atau Great Oxidation Event itu terjadi beriringan dengan peningkatan perpecahan benua serta menyebarnya endapan es. Jadi kemungkinan terjadinya aktivitas tektonik dan perubahan iklim menyebabkan babatuan kaya kandungan fosfor longsor masuk ke dalam lautan selama beberapa ratus juta tahun. 

Seiring dengan banyaknya asupan fosfor yang jatuh ke laut, ganggang kemudian memulai fungsinya, yaitu mengeluarkan oksigen untuk memenuhi atmosfir. Atmosfir yang cukup banyak berisi komponen oksigen inilah yang kemudian terkena pancaran sinar matahari dan akhirnya menjadikan langit terlihat berwarna biru nan indah.


Source: news.discovery.com
Selengkapnya
Efektivitas Kepercayaan Mistis dalam Menjaga Kelestarian Alam

Efektivitas Kepercayaan Mistis dalam Menjaga Kelestarian Alam

Ilustrasi hutan angker

Pada masa kini mungkin mendengar sesuatu yang bersifat mistis ada yang masih percaya dan ada yang cenderung mengingkarinya. Mereka yang tidak percaya menganggap bahwa hal-hal seperti itu sering kali tidak sesuai dengan hasil logika akal pikiran manusia. Tetapi bagi yang masih mempercayainya, mereka menganggap bahwa hal-hal tersebut merupakan suatu kepercayaan yang diturunkan dari leluhur agar dihormati dan ditaati untuk memperoleh kebaikan dalam hidup.

Kita sering mendengar tentang adanya mitos dan keangkeran tempat-tempat tertentu di sekitar kita. Sebagai contoh dulu saya pernah berkunjung ke rumah seorang teman saya di daerah pegunungan di wilayah Brebes. Lokasi desa rumah teman saya itu berada di dataran pegunungan yang cukup tinggi. Bahkan untuk menuju ke sana motor yang digunakan adalah motor trail atau motor modifikasi yang sesuai untuk kondisi jalan gunung. Panorama yang sejuk dan dingin begitu terasa di sana. Tetapi ada satu tempat berupa seperti telaga atau kolam alami yang sangat banyak ikannya. Saking banyaknya sampai diibaratkan seperti cendhol dawet. Namun anehnya tidak ada orang disana yang berani mengambil ikan dan membawanya pulang. Tidak ada yang berani memancing atau menjala di tempat itu, karena khawatir mendapat celaka.

Memang saya tidak tahu dan tidak sempat untuk menanyakan alasannya. Tetapi mungkin saja di sana ada kepercayaan bahwa siapa saja yang berani mengambil ikan dari telaga tersebut, maka ia akan celaka. Alasannya adalah karena sang danyang penunggu telaga, akan membalas dan menghukum orang yang membuat kerusakan dengan mengambil ikan di telaga tersebut. Jika tidak sakit, lebih mengenaskan lagi orang tersebut bisa saja mati. Tidak diketahui entah karena alasan kepercayaan itu atau entah memang tidak ingin merusak keindahan telaga, atau entah karena telaga tersebut yang agak jauh dari perkampungan, sehingga jarang orang ke sana. Pada kenyataannya tidak ada yang berani berulah.

Memang saya tidak tahu riwayat tempat tersebut sekarang. Apakah masih seperti itu ataukah manusia sekarang sudah berani menjamah dan mengeksploitasi tempat tersebut. Tetapi berkaca kepada zaman sekarang, kita juga sering melihat dan mendengar mengenai tempat-tempat yang dahulunya dianggap mistis dan angker justru sekarang menjadi jamahan manusia. Kita acap kali mendengar gunung atau hutan yang dulunya dianggap angker dengan mitos yang meyelimutinya, namun sekarang justru terlihat rusak, pohon-pohon banyak yang ditebangi sehingga semakin gundul.

Sepertinya manusia zaman sekarang tampaknya tidak lagi percaya dengan mitos-mitos yang ada. Orang-orang, apalagi pedagang kayu dan tukang tebang kayu tidak takut lagi dengan kepercayaan atau cerita-cerita mistis yang ada, tidak khawatir mendapat celaka kalau berani membuat rusaknya alam. Pada kenyataannya ternyata uang lah yang kini lebih berkuasa. Bahkan dengan uang pun bisa untuk membayar orang pintar atau dukun yang dipercaya mampu menghadapi dan mengusir para danyang atau penunggu tempat-tempat wingit tersebut.

Kita memang tidak harus selalu percaya akan adanya danyang atau makhluk halus yang menunggu tempat-tempat tertentu. Tetapi jika kita cermati, meskipun adakalanya suatu tempat bisa jadi berpenghuni makhluk halus, bisa jadi pula bahwa di antara kepercayaan-kepercayaan tersebut ada yang hanyalah cerita mitos karangan belaka. Mitos tersebut dibuat oleh jenius lokal, yang ditujukan kepada masyarakat pada masa itu yang memang masih mempunyai cara berpikir mistis. Mitos-mitos tersebut sebenarnya adalah bentuk kearifan lokal yang dibungkus dengan cerita-cerita mistis agar supaya manusia selalu bisa hidup selaras dengan alam. 

Kepercayaan tersebut dibuat untuk menakut-nakuti orang pada masa itu agar tidak merusak alam, sehingga tidak mengganggu tata kehidupan yang ada. Tampaknya cara tersebut cukup efektif pada saat itu sehingga membuat orang-orang takut untuk mengusiknya. Cerita-cerita mistis yang menyelimuti tempat-tempat tersebut pun membuat tempat-tempat yang dianggap wingit dan keramat itu menjadi terjaga keasriannya tanpa ada yang berani merusaknya.


Namun seiring berjalannya waktu, cara berpikir manusia juga tampaknya mulai berubah. Cara berpikir manusia masa kini lebih mempercayai akal pikiran ketimbang mempercayai hal-hal klenik di luar nalar logika, mereka juga lebih percaya kepada kuasa uang ketimbang kuasa para danyang. Akhirnya yang terjadi kemudian cerita-cerita mistis (kearifan lokal) itu pun menjadi tidak begitu ampuh lagi untuk menjaga keindahan alam. Manusia menjadi tidak takut lagi untuk menebang pohon-pohon besar yang sebelumnya terkenal angker, wingit dan banyak demit penunggunya.

Berbagai sumber kekayaan alam diambil secara semena-mena tanpa memperhatikan dampak yang bisa ditimbulkannya. Sebagai dampaknya, manusia pula lah yang kemudian menanggung akibatnya. Gunung menjadi gundul dan rawan tanah longsor, sumber air banyak yang mengering dan pada saatnya ancaman banjir siap mengintai di mana-mana. 

Memang kearifan lokal yang terbungkus dengan cerita-cerita mistis masih ada yang dipercayai dan dipatuhi hingga sampai saat ini. Bisa jadi pada beberapa tempat kepercayaan tersebut benar adanya, karena 'terbukti' sudah banyak orang-orang yang 'diganggu' dan 'diteror' oleh danyang makhluk halus ketika hendak mengeksploitasi tempat-tempat tersebut. Jika benar, hal ini sebetulnya menunjukkan bahwa para danyang pun juga menghendaki agar tempat tinggalnya tidak terusik, tetap terjaga dan tidak dirusak oleh manusia. Namun terlepas dari kepercayaan tersebut, untuk tetap terjaganya kelestarian alam, kita juga harus ikut menjadi ''danyang'' bagi alam di sekitar kita.

Kita 'takut takuti' mereka yang hendak merusak alam dengan argumen logis agar mereka sadar bahwa apa yang hendak mereka lakukan pada akhirnya justru akan merugikan diri sendiri dan masyarakat banyak secara keseluruhan. Dampak yang ditimbulkan dari rusaknya alam juga akan mengancam kehidupan manusia. Kehidupan yang damai dan sejahtera akan hilang manakala alam telah rusak dan diperlakukan secara semena-mena.


Jika kita masih ingin melihat alam yang indah dan asri, maka mari kita bangkit bergotong royong untuk merawat tanah bumi pertiwi ini. Kita jaga dan selamatkan gunung kita, hutan kita dan sumber kekayaan alam kita dari tangan-tangan jahil yang hendak merusak dan membuat hilangnya fungsi dan keindahan alam kita. Mari kita jaga kelestarian gunung, hutan dan alam lingkungan yang merupakan sumber kehidupan bagi kita.
Selengkapnya
Gunungan dalam Wayang dan Filosofinya

Gunungan dalam Wayang dan Filosofinya

Gunungan gapuran

Gunungan atau kayon dalam pertunjukan wayang kulit tidak hanya digunakan dalang sebagai sarana untuk melengkapi cerita agar dapat berjalan dengan semestinya. Namun lebih dari itu, adanya gunungan mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Tanpa adanya gunungan, wayang kulit tidak bisa diperagakan, tidak bakal ada kehidupan dan tidak bakal ada cerita wayang.

Bagaimana bisa? Kita umumnya mengetahui, ketika dalang belum naik ke panggung pentas, ketika para penabuh sudah mulai mengawali gendhing-gendhing untuk pementasan wayang, gunungan sudah ditancapkan di tengah kelir. Pada waktu itu, dunia (dalam wayang) belum ada cerita.

Dunia seisinya ketika belum ada manusia tentu masih berwujud alam liar. Tidak berbeda seperti halnya yang digambarkan dalam gunungan, yang mana di sana terdapat pohon besar, hewan berwujud ular, macan, banteng, burung atau kera. Selain itu juga terdapat buta (raksasa) yang berjumlah dua sedang menjaga gapura.

Setelah gendhing-gendhing pembuka selesai dan dalang sudah berada pada tempatnya di atas pentas, gunungan atau kayon kemudian dicabut dari gedebog. Barulah setelah itu, kehidupan dan cerita dimulai oleh Sang dalang yang tidak lain diibaratkan selaku ''Titah Tuhan''. Setelah dicabut, gunungan kemudian ditancapkan di kiri dan kanan dalang. Ketika itu, kehidupan muncul dan cerita pun dimulai.

Tidak hanya untuk dipajang, gunungan atau kayon juga bakal digunakan kembali untuk memisahkan pathet dalam cerita wayang: ada pathet nem, sanga dan manyura. Selain itu, gunungan juga digunakan untuk kebutuhan adegan-adegan khusus seperti untuk menggambarkan laut, hutan, atau untuk membedakan adegan satu dengan adegan lainnya.

Jika dilihat dari wujudnya, gunungan atau kayon tidak lain meniru wujud atau bentuk dari gunung. Secara filosofis, pucuk atau puncak gunung yang tinggi dan lancip menggambarkan bahwa siapa saja yang mau berupaya untuk menggapainya, maka ia akan memperoleh kesejahteraan walaupun memang sulit untuk bisa sampai ke puncaknya.

Melihat ke puncak gunung, akan membuat kita selalu ingat kepada tujuan yang hendak dicapai. Memang tidak mudah untuk bisa sampai ke sana karena banyaknya godaan dan rintangan. Namun ketika kita telah berhasil mencapai puncak, kita akan bisa melihat apa yang ada di bawahnya dengan rasa puas karena telah berhasil melewati banyaknya rintangan yang menghadang. Kita pun akan takjub akan kebesaran Sang Pencipta.

Di dalam gunungan wayang, biasanya kita akan melihat adanya gambar pohon, burung dan ular. Hal ini menunjukan bahwa gunung dan seisinya selalu ingin dijaga kelestariannya. Gunung merupakan anugrah dari Tuhan yang tiada terkira. Tidak bisa dibayangkan bagaimana hidup manusia tanpa adanya gunung dan seisinya.

Prof. Stephen Oppenheimer, peneliti dari Universitas Oxford Inggris menyatakan bahwa pohon, burung dan ular merupakan sumber dari kehidupan. Dalam buku Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara (1998), Dia menulis bahwa ketika bumi masih berada di zaman es, pepohonan menjadi pusat sentral kehidupan.

Tumbuhnya pohon menandakan bahwa tanah subur. Dari pohon, manusia kemudian bisa memakan buahnya. Adanya gambar burung dan ular yang biasa ditemukan dalam gunungan, menurut pengamatan Prof Stephen, merupakan simbol akan adanya Sang Pencipta Kehidupan. Burung merupakan simbol yang menggambarkan langit dan sifat laki-laki. Sebaliknya, ular merupakan simbol yang menggambarkan wujud bumi dan memiliki sifat wanita. Jika pepohonan, burung dan ular bisa berkumpul, bumi akan subur.

Selain itu, dalam gunungan juga terdapat gambar dua buta (raksasa) yang sedang memegang gada. Siapa yang hendak naik ke atas puncak gunung, maka ia harus menghadapi dua buta yang bengis itu. Filosofinya adalah tidak dapat dipungkiri bahwa memang butuh perjuangan yang tidak mudah untuk bisa meraih dan menggapai suatu kemuliaan. Selain itu, dalam gunungan juga ada gambar berbagai macam hewan seperti macan, banteng dan kera. Kesemuanya bisa hidup berdampingan di gunung.

Sekarang gunung telah dipadati oleh aktivitas manusia. Gunung menjadi tumbal manusia dalam memenuhi segala keinginannya. Pohon dan hewan menjadi korban keserakahan manusia. Tidak terhitung lagi dan entah sampai kapan semuanya menjadi korban tindakan rakus manusia. Jika sudah demikian, kita hanya bisa melihat tanpa bisa sampai ke puncak gunung.


Diterjemahkan dengan sedikit perubahan dari artikel berbahasa Jawa yang ditulis oleh Dhino Zustiyantoro (SUARA MERDEKA 1 Juni 2014).
Selengkapnya