Biografi Mbah Soleh Darat Semarang

Potret Mbah Soleh Darat

Mungkin banyak yang kurang familiar dengan tokoh ini, tapi bagi mereka yang mengkaji sejarah Ulama-Ulama besar yang mempunyai andil besar dalam metode pembelajaran keilmuan-keilmuan Islam dalam dunia pesantren di Indonesia, semestinya kita mengenal tokoh ini. Beliau adalah Syekh Sholeh Darat As Samarany, atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Soleh Darat. Beliau termasuk gurunya para Ulama Indonesia sebagaimana halnya Mbah Nawawi Banten atau Mbah Kholil Bangkalan. Bahkan konon termasuk diantara muridnya adalah RA. Kartini, tokoh emansipasi wanita dalam sejarah Indonesia.

Mbah Soleh Darat bernama lengkap Al-'Alim Al-'Allamah Asy-Syaikh Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani al-Jawi asy-Syafi'i. Sebutan 'Darat' pada akhir nama beliau disebabkan beliau tinggal di daerah yang bernama Darat, suatu daerah di pantai utara Semarang, tempat mendarat pelancong dari luar Jawa. Ayah beliau adalah Kyai Umar, seorang Ulama yang juga merupakan salah seorang pejuang yang pernah bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro dalam perang jawa melawan Belanda di wilayah pesisir utara Jawa.

Mbah Soleh Darat dilahirkan di desa Kedung Cemlung, Mayong, Jepara, Jawa Tengah, pada tahun 1235 H/1820 M, dan wafat di Semarang pada hari Jum’at 29 Ramadhan 1321 H/18 Desember 1903 M. Masa hidup beliau sezaman dengan Syekh Nawawi Banten dan Syekh Kholil Bin Abdul Latif Bangkalan Madura. Bahkan ketiganya juga pernah menimba ilmu bersama ketika di Makkah, bersama Ulama besar lain seperti Syekh Muhammad Zain bin Mustafa Al-Fathani dan Syekh Amrullah dari Minangkabau, Sumatera Barat.

Pendidikan Beliau


Pada masa kecilnya beliau belajar langsung kepada ayahnya, Kyai Umar tentang dasar-dasar ilmu keIslaman. Ayahnya sangat berharap agar Soleh Darat kelak menjadi Ulama yang berpengetahuan sekaligus berpengalaman, karena pengetahuan tanpa adanya pengalaman adalah kaku, begitupun sebaliknya berpengalaman tanpa pengetahuan yang cukup adalah ibarat tumbuhan yang hidup di tanah yang gersang, karenanya seseorang yang berpengalaman dan berpengetahuan banyaklah yang diperlukan oleh masyarakat Islam di sepanjang zaman. 

Selain berguru kepada ayahnya, beliau juga pernah berguru kepada Kyai Haji Syahid, seorang Ulama besar di Waturoyo, Pati, Jawa Tengah. Perjalanannya dalam pencarian ilmu juga membawa beliau berguru kepada beberapa Ulama, diantaranya Kyai Haji Muhammad Saleh Asnawi Kudus, Kyai Haji Ishaq Damaran, Kyai Haji Abu Abdillah Muhammad Hadi Banguni (Mufti Semarang), Kyai Haji Ahmad Bafaqih Ba’alawi, dan Kyai Haji Abdul Ghani Bima. Untuk menambah pengalamannya, ayahnya juga pernah mengajak Soleh Darat pergi merantau ke Singapura selama beberapa tahun. 

Beberapa tahun kemudian, bersama ayahnya, beliau berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus mendalami berbagai ilmu keislaman. Di sana, beliau berguru kepada beberapa Ulama Makkah pada masa itu, diantaranya Syekh Muhammad Al-Muqri, Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Makki, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syekh Ahmad Nahrowi, Sayyid Muhammad Saleh bin Sayyid Abdur Rahman Az-Zawawi, Syekh Zahid, Syekh Umar Asy-Syami, Syekh Yusuf Al-Mishri dan lain-lain. 

Setelah beberapa tahun berkelana mencari ilmu, karena kealiman dan keluasan ilmunya, akhirnya Mbah Soleh Darat mendapat ijazah dari beberapa gurunya untuk mengajar di Makkah. Banyak dari muridnya yang berasal dari Tanah Jawa dan Melayu berguru kepada beliau di sana. Setelah menetap di Makkah selama beberapa tahun untuk belajar dan mengajar, Mbah Soleh Darat akhirnya memutuskan pulang ke kampung halaman di Semarang untuk menyebarkan ilmunya, berkhidmat kepada masyarakat di tanah airnya sendiri.

Mendirikan Pesantren


Pada masa itu, Ulama dari tanah Melayu mempunyai tradisi bahwa ketika pulang dari belajar di Makkah maka ia harus mendirikan pesantren untuk mengamalkan dan menyebarkan ilmunya. Begitu pula dengan Mbah Soleh Darat, begitu beliau sampai di kampung halaman, beliau mendirikan pondok pesantren di pesisir kota Semarang. Sejak itulah beliau kemudian dipanggil dengan sebutan Kyai Soleh Darat Semarang. Dengan kealimannya, banyak murid yang kemudian datang berguru kepadanya, sehingga nama beliau pun akhirnya semakin dikenal di seantero Jawa.

Murid-Muridnya


Mbah Soleh Darat mempunyai banyak murid, di antara murid beliau yang menjadi Ulama tersohor adalah: 

1. KH. Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdlatul Ulama)
2. Syekh Mahfudz At-Turmusi (Ulama Besar Madzhab Syafi’i yang ahli dalam bidang hadits).
3. KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah)
4. KH. Bisri Syamsuri (Pendiri Pesantren Mamba’ul Ma’arif Jombang).
5. KH. Idris (Pendiri Pondok Pesantren Jamsaren, Solo)
6. KH. Sya’ban (Ulama Ahli Falak di Semarang)
7. KH. Dalhar (Pendiri pondok pesantren Watucongol Muntilan, Magelang).
8. Raden Ajeng Kartini, tokoh wanita pejuang emansipasi wanita di Indonesia.

Karya-Karya Mbah Soleh Darat


Mbah Soleh Darat cukup produktif dalam menghasilkan karya-karya. Diantara karya-karya beliau adalah:

1. Majmu’ah Asy-Syari’ah Al-Kafiyah li Al-Awam, kandungannya berisi tentang ilmu syari’at untuk orang awam.
2. Al-Hakim, kandungannya tentang ilmu tasawuf, merupakan petikan-petikan penting dari kitab Hikam karya Syekh Ibnu Atho’ilah As-Sakandari.
3. Kitab Munjiyat, kandungannya tentang ilmu tasawuf, merupakan petikan penting dari kitab Ihya’ Ulumiddin karya Al-Ghazali.
4. Kitab Batha’if At-Thaharah, kandungannya berisi tentang hukum bersuci.
5. Kitab Faidhir Rahman, merupakan terjemahan dari tafsir Al-Qur’an ke dalam bahasa Jawa. Kitab ini merupakan terjemahan dari tafsir Al-Qur’an yang pertama dalam bahasa Jawa di dunia Melayu. Menurut riwayat, satu naskah kitab tafsir tersebut pernah dihadiahkan kepada RA. Kartini ketika menikah dengan RM. Joyodiningrat (Bupati Rembang).
6. Kitab Manasik Al-Hajj, kandungannya berisi tentang tata cara ibadah haji.
7. Kitab Ash-Shalah, kandungannya berisi tentang tata cara sholat.
8. Terjemahan Sabil Al-‘Abid ‘Ala Jauharah At-Tauhid, kandungannya tentang aqidah Ahli Sunnah Wal Jama’ah, mengikuti pegangan Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi. 
9. Mursyid Al-Wajiz, membahas tentang tasawuf dan akhlak.
10. Minhaj Al-Atqiya’, membahas tentang tasawuf dan akhlak.
11. Kitab Hadits Al-Mi’raj, membahas tentang perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Kitab ini sama kandungannya dengan Kifayah Al-Muhtaj karya Syekh Daud Bin Abdullah Al-Fathani. 
12. Kitab Asrar As-Shalah, membahas tentang rahasia-rahasia shalat.

Hampir semua karya Mbah Soleh Darat ditulis dalam bahasa Jawa menggunakan aksara Arab pegon, hanya sebagian kecil yang ditulis dalam bahasa Arab. Banyak orang berpendapat bahwa beliau adalah orang yang paling berjasa dalam menghidupkan dan menyebarluaskan tulisan pegon yang kemudian dipakai dalam dakwah-dakwah dan pengajaran di pesantren-pesantren di Jawa.

Labels: Profil Tokoh

Thanks for reading Biografi Mbah Soleh Darat Semarang. Please share...!

0 Komentar untuk "Biografi Mbah Soleh Darat Semarang"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.