Asal Usul Sejarah Gombong, Kebumen


Gombong adalah nama sebuah kota dan salah satu kecamatan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Gombong sebagai kota bisnis juga merupakan kota terbesar kedua di kabupaten Kebumen setelah Kota Kebumen. Letak kecamatan Gombong berada di bagian barat wilayah Kabupaten Kebumen, dengan jarak 21 km dari kota Kebumen. Gombong merupakan suatu daerah yang terdiri dari pegunungan kapur yang membujur hungga pantai selatan. Di wilayahnya juga banyak dijumpai gua stalaktit dan stalakmit yang indah menawan.

Landskap Gombong, Kebumen
Lanskap kota Gombong, Kebumen

Asal Usul Gombong


Pada masa lalu, sekitar masa perang Diponegoro (1825-1830), wilayah Gombong belumlah ada. Keberadaan dan asal usul nama Gombong sendiri erat kaitannya dengan nama seorang tokoh asal wilayah Banyumas yang bernama Kyai Gombong Wijaya. Karena daerah tempat tinggalnya di Banyumas telah diduduki oleh Kompeni Belanda, maka Kyai Gombong Wijaya bersama pengikutnya menyingkirkan diri ke suatu daerah tak bertuan di sebelah barat Kemit. Beliau dan pengikutnya akhirnya membuka pemukiman dan menetap di daerah tersebut. 

Kyai Gombong Wijaya yang diangkat sebagai bekel atau Kepala Dukuh di tempat baru tersebut kemudian dikenal dengan nama Kyai Giyombong. Dari namanya ini pulalah tempat tersebut akhirnya diberi nama dukuh Giyombong. Lama kelamaan, dukuh Giyombong banyak disinggahi oleh para pendatang dan para pengungsi. Kebanyakan dari mereka berasal dari daerah-daerah yang sudah tidak aman lagi karena telah diduduki oleh kompeni atau Belanda. Di antara mereka ada yang tinggal sementara dan ada pula yang akhirnya menetap menjadi penduduk dukuh Giyombong.

Ketika pihak Belanda semakin terdesak atas perlawanan rakyat, dari Banyumas akhirnya Belanda mengambil siasat untuk mendirikan pertahanan di sebelah dukuh Giyombong yang mulai ramai oleh penduduk, dan belum banyak diketahui keberadaannya itu. Di daerah itu, Pihak Belanda berencana untuk mendirikan pertahanan berupa benteng yang nantinya akan dipakai sebagai benteng perlindungan bagi pasukannya yang terdesak dari pertempuran, yakni dari pertempuran di sekitar Banyumas dan Ngijo (sekarang Ijo). Untuk membangun benteng pertahanan itu, Belanda pun memaksa masyarakat dukuh Giyombong untuk kerja rodi atau kerja paksa mendirikan benteng. Benteng inilah yang nantinya diberi nama Benteng Van Der Wijck (Kini terkenal sebagai salah satu obyek wisata dari Gombong, Kebumen).

Benteng Van Der Wijck Gombong
Benteng Van Der Wijck Gombong via wonderfull kebumen

Melihat penduduknya setiap hari dipaksa kerja rodi tanpa upah, dari pagi hingga petang, Kyai Giyombong sebagai kepala dukuh merasa kasihan. Terlebih dengan adanya kerja rodi, rakyatnya juga menjadi tidak bisa menggarap sawah. Lebih miris lagi persediaan makanan pun diambil oleh Belanda, sehingga kelaparan pun terjadi disana-sini. Masyarakat Giyombong benar-benar dibuat menderita oleh kekejaman Kompeni Belanda. Melihat keadaan yang memilukan seperti itu, Kyai Giyombong pun mencoba mencari jalan keluarnya. 

Suatu ketika, Kyai Giyombong mendengar berita tentang kemenangan pasukan Mataram saat terjadi pertempuran dengan kompeni Belanda di daerah Ayah. Dengan kemenangan di pihak Mataram, timbul harapan bagi Kyai Giyombong untuk membantu warganya agar terbebas dari belenggu kekejaman Belanda. Kyai Giyombong pun kemudian menghadap pasukan Mataram yang bermarkas di bukit Indrakila. Kyai Giyombong meminta perlindungan kepada pihak Mataram agar membebaskan penduduknya dari penderitaan dan kelaparan akibat ulah Belanda. Permintaan beliau pun disetujui oleh pihak Mataram. Pasukan Mataram kemudian berpindah markas di daerah dapuran pring di sebelah selatan dukuh Giyombong.

Datangnya pasukan Mataram menyulut pertempuran sengit antara pihak Mataram dan Kompeni Belanda. Pertempuran membara pun terjadi siang dan malam di wilayah Giyombong. Kyai Giyombong juga menghimbau warganya yang sudah tidak kerja rodi lagi untuk bahu membahu membantu pihak Mataram melawan Belanda. Dengan semangat pantang menyerah, pasukan Mataram dengan dibantu warga Giyombong akhirnya berhasil membuat Belanda mundur ke benteng pertahanannya. Setelah wilayah Giyombong terbebas dari Kompeni Belanda, pasukan Mataram pun melanjutkan gerilyanya ke arah timur.

Untuk mengenang jasa Kyai Giyombong, dukuh yang semakin ramai itu kini menjadi ibukota kecamatan dan dikenal sebagai kota Gombong. Hingga kini, masyarakat Gombong masih mempercayai beberapa Piweling dari Kyai Giyombong. Di antara piwelingnya yaitu, "Eling-eling, mbesuk jaman rame, ing Giyombong (Gombong) ora bakal ana peperangan / rerusuhan maneh, nanging sing ana yaiku godane mung "main lan royal wadon". (Ingatlah, besok zaman (sudah) ramai, di Gombong tidak akan ada peperangan dan kerusuhan lagi, yang ada hanya godaan "main judi dan main perempuan"). Demikianlah Asal Usul Sejarah Gombong. Semoga bermanfaat.

Labels: Kebumen, Sejarah

Thanks for reading Asal Usul Sejarah Gombong, Kebumen. Please share...!

6 comments on Asal Usul Sejarah Gombong, Kebumen

  1. Kalau boleh tau, makam Kiyai Giyambong itu persisnya dimana ya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya coba searching ada yg bilang di sekitar gang giombong utara smp2 Gombong, atau mungkin juga di pemakaman Karangduren. Maaf saya kurang tahu lokasi persisnya.

      Hapus
    2. Katanya dibawah pohon beringin didekat SD 1 Gombong.pinggir jalan.di gang itu ad keturunan Mbah giyombong

      Hapus
    3. Kuburan di SD negeri itu Namanya astana dawa dimakamkan berupa alat perang...
      Makam mbah giombong dan mbah gajah nguling masuk di gang giombong bisa masuk dari gang semeru atau kawo

      Hapus
  2. Makam mbah giombong dekat makam gajah ulung
    Di gang giombong
    Bisa masuk dari gang semeru / kawo..tanya orang orang di gang itu juga tahu semua

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.