Jalan Hidup Samurai

Jalan Hidup Samurai


Kelompok samurai di bawah pimpinan Tokugawa pernah berkuasa di Jepang pada zaman Edo, yakni selama kurun waktu 660 tahun. Namun sejak terjadinya era modernisasi pada masyarakat Jepang pada 1868, kelompok samurai pimpinan Tokugawa ini pun ikut runtuh. Padahal pada masa jayanya, para kesatria samurai telah berhasil menorehkan nilai-nilai kehidupan bagi masyarakat Jepang. Mereka dipuja, dielu-elukan dan menjadi panutan berbagai kalangan.

Sejak zaman Meiji, kelompok samurai memang telah dibubarkan. Meskipun begitu, ajaran kesetiaan dan kedisiplinan yang dianut para samurai tetap melekat pada diri masyarakat Jepang. Hal ini dikarenakan mereka telah terbiasa digembleng selama ratusan tahun dengan ajaran ala samurai ini. Kini, era samurai di Jepang telah berganti dengan era kecanggihan teknologi dan budaya hidup modern. Namun bagi kebanyakan masyarakat Jepang, etika hidup para samurai yang dikenal dengan etika bushido ternyata tidak serta - merta ditinggalkan. Mereka masih memegang teguh etika bushido dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan modern. 

Para samurai meyakini, saat seseorang kehilangan disiplin dalam dirinya, maka ia juga akan kehilangan fokus dirinya. Disiplin samurai muncul berkat harga diri yang sangat besar. Jika samurai melanggar peraturan, mereka akan merasa merendahkan diri sendiri. Selain menguasai ilmu pedang, para samurai juga belajar etiket, sastra dan sejarah. Hal ini membentuk karakter mereka menjadi kesatria beradab dan santun. Nilai- nilai inilah yang masih melekat pada kebanyakan pribadi masyarakat Jepang. Tidak heran, masyarakat Jepang sangat beradab dan patuh pada aturan dan komitmen yang telah disepakati.

Bagi seorang samurai, tiada yang lebih penting dari kehormatan dan etika. Maka, tak ada ampun bagi mereka yang gagal menjalankan tugas atau berkhianat. Konsekuensi bagi mereka yang berbuat demikian, status mereka terancam menjadi ronin (samurai tanpa majikan) atau nyawanya bisa saja berakhir di pedang sendiri dengan seppuku, yakni bentuk ritual bunuh diri yang dilakukan oleh samurai dengan cara merobek perut dan mengeluarkan usus untuk memulihkan nama baik setelah kegagalan saat melaksanakan tugas dan/atau kesalahan untuk kepentingan rakyat.

Dalam memoar pemimpin besar Jepang, Toyotomi Hideyoshi-The Swordless Samurai (Kitami Masao & Tim Clark, 2010), pengabdian menjadi kunci utama Hideyoshi meraih penghargaan besar dari atasannya. Hideyoshi membuktikan bahwa pandangan sinis terhadap penghargaan, kerja keras, ketegasan dan pengabdian sebagai hal-hal sederhana dan sepele adalah kekeliruan. Menurut Hideyoshi, mereka yang memiliki aspirasi untuk memimpin mula-mula harus belajar melayani dan harus menjadi majikan bagi mereka sendiri.

Bushido secara harfiah berarti Jalan Ksatria, tepatnya tata cara perilaku samurai, baik dalam profesi maupun kehidupan sehari-harinya. Dengan kata lain, Bushido adalah kaidah prinsip moral yang harus ditaati setiap samurai. Etika samurai, Bushido, sebenarnya diadopsi dari ajaran Kong Fu Tse dan berkembang menjadi sebuah sekte di agama Budha yang juga bermakna sama 'kesetiaan'. Kesetiaan, disiplin dan pengabdian merupakan tiga nilai utama yang patut diteladani siapa saja, terutama mereka yang ingin meraih kesuksesan dengan jalan terhormat ala samurai.



dikutip dari Kick Andy Magazine, 2011.
Labels: Seni Budaya

Thanks for reading Jalan Hidup Samurai. Please share...!

0 Komentar untuk "Jalan Hidup Samurai"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.