Saat saya dan paman saya pulang dari berkunjung ke Cianjur dan rumah saudara di Bandung. Pagi harinya kami pulang ke Kebumen kembali berboncengan sepeda motor. Dari Bandung perjalanan kami lalui melewati rute tengah jawa barat hingga sampai wilayah Ciamis sekitar pkl 11 siang. Di Ciamis, kami sempatkan berziarah ke makam salah seorang wali yang cukup terkenal sebagai tujuan para peziarah, yakni makam mbah Syekh Panjalu.
Siapa Mbah Panjalu?
Menurut beberapa sumber, Mbah Panjalu atau Syekh Panjalu adalah Prabu Borosngora putra dari Prabu Cakradewa. Sedangkan menurut Gus Dur, beliau adalah prabu Hariang Kencana atau Sayid Ali Bin Muhammad bin Umar (Embah Panjalu). Syekh Panjalu atau juga biasa disebut Mbah Panjalu adalah seorang Ulama penyebar agama Islam di sekitar wilayah Ciamis, Jawa Barat.
Lokasi makam Mbah Panjalu berada di pulau Nusa Gede, di tengah sebuah danau yang berada di sebuah bukit yang masuk wilayah Ciamis Jawa Barat. Danau yang mengelilingi pulau kecil yang disebut Nusa Gede atau Larangan ini dikenal dengan sebutan Situ Lengkong. Letak makam Mbah Panjalu sendiri berada di kawasan hutan lebat seluas 57 hektare di tengah pulau kecil ini. Pulau Nusa Gede atau Larangan ini dikelilingi air yang berwarna kehijauan. Konon air di Situ Lengkong ini berasal dari mata air zam-zam di Makkah.
Mitos Panjalu
Menurut ceritanya, Situ Lengkong ini dibuat oleh leluhur Panjalu. Dahulu kala di Panjalu telah berdiri kerajaan Hindu yakni kerajaan Panjalu. Pada saat itu kerajaan ini diperintah oleh Prabu Cakradewa. Sang raja memiliki seorang putra yang bernama Borosngora. Raja menginginkan agar putranya pergi berkelana mencari ilmu sejati. Putra raja itu pun mematuhi perintah ayahnya. Ia berkelana jauh mencari ilmu sejati sampai akhirnya ia sampai di tanah Makkah. Di sana ia kemudian masuk Islam dan berguru kepada Sayyidina Ali KW RA.
Setelah cukup lama, maka pulanglah sang putera mahkota ke tanah Panjalu dengan dibekali Air Zamzam. Sang putra mahkota akhirnya menjadi Raja Panjalu menggantikan ayahandanya dengan gelar Sang Hyang Borosngora. Konon, air Zamzam yang dibawa dari Makkah ditumpahkan ke sebuah lembah yang bernama lembah pasir jambu. Seiring dengan bertambah banyaknya air di lembah itu, maka terjadilah danau yang kini disebut SITU LENGKONG.
Menuju Lokasi Makam
Untuk menuju lokasi makam Mbah Panjalu, dari dermaga, para peziarah harus menyeberangi danau dengan menggunakan perahu motor. Biasanya pada saat-saat ramai musim berziarah, pengunjung mesti antri untuk mendapat giliran naik perahu. Saat saya dan paman saya ke sana, kebetulan bukan musim ramai ziarah, tapi kami justru mesti menunggu peziarah lain untuk mengisi penuh ruang dalam perahu, sehingga perahu bisa segera berangkat menuju lokasi makam. Biasanya, pengunjung yang naik perahu ini tidak hanya yang hendak berziarah, banyak juga pengunjung yang hanya ingin menikmati pemandangan di sekitar danau dengan mengitari luasnya danau menggunakan perahu.
Dalam perjalanan perahu menuju lokasi makam, kami diajak berputar menggunakan perahu sembari menikmati keindahan pemandangan di sekitar Situ Lengkong ini. Sekitar belasan menit kami akhirnya sampai di dermaga menuju makam.
Di depan dermaga, kami disambut dua patung harimau kembar yang berdiri di depan pintu gapura Nusa Gede ini. Untuk menuju ke lokasi makam, dari pintu gapura kami mesti berjalan naik melewati anak tangga yang lumayan tinggi. Sampai di lokasi makam, suasana mistis mulai kami rasakan, kebetulan juga saat itu sedang sepi peziarah, sehingga menambah kekhusyukan kami dalam berziarah.
Sebagai tambahan, kawasan hutan di pulau Nusa Gede ini telah dijadikan sebagai Cagar alam, sehingga keberadaannya dilindungi. Kawasan ini memiliki vegetasi hutan primer yang relatif masih utuh dan tumbuh secara alami. Beberapa jenis flora seperti Kondang (Ficus variegata), Kileho (Sauraula Sp.), dan Kihaji (Dysoxylum) tumbuh di pulau Nusa Gede ini. Di bagian pulau yang lebih rendah juga ditemui tanaman Rotan (Calamus Sp.), Tepus (Zingiberaceae), dan Langkap (Arenga). Sedangkan jenis fauna yang ditemukan di sini antara lain adalah Tupai (Calosciurus nigrittatus), Burung Hantu (Otus scop), dan Kelelawar (Pteropus vampyrus).
Cerita Gus Dur Menemukan Makam Mbah Panjalu
Ada sebuah cerita yang mengatakan bahwa sebelum makam Syekh Panjalu ini banyak dikenal dan diziarahi banyak orang, konon Gus Dur lah yang 'menemukan' makam Syekh Panjalu ini sehingga akhirnya menjadi ramai menjadi tujuan ziarah. Menurut ceritanya, pada sekitar awal tahun 90 an, Gus Dur pernah bermimpi agar ia menziarahi sebuah makam yang berada ditengah nusa atau semacam pulau dan ia diminta untuk datang pada tengah malam dan membaca istighfar sebanyak seribu kali.
Setelah berkali-kali mencari berdasar petunjuk dalam mimpi itu, akhirnya didapatilah informasi mengenai lokasi keberadaan makam beserta tokoh yang dimakamkan disana. Ternyata makam yang dimaksud adalah makam Syekh Panjalu yang lokasinya berada di pulau Nusa Gede, di tengah Situ Lengkong ini. Saat itu, keberadaan makam ini hanya dikenal di lingkungan sekitar saja.
Setelah Gus Dur memperkenalkan kepada masyarakat bahwa yang dimakamkan di sana adalah seorang Wali, tempat ini pun akhirnya menjadi ramai dikunjungi oleh para peziarah. Bahkan ketika Gus Dur menjadi presiden, ia juga turut membantu memperbaiki sarana dan prasarana di Panjalu sehingga semakin nyaman dikunjungi oleh para peziarah.
Gapura gerbang menuju Makam Mbah Panjalu |
Labels:
Jelajah
Thanks for reading Berziarah ke Makam Mbah Panjalu, Ciamis, Jawa Barat. Please share...!
0 Komentar untuk "Berziarah ke Makam Mbah Panjalu, Ciamis, Jawa Barat"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.