Tradisi Menanam Padi Orang Jawa

Jika dilihat sepintas, hamparan padi yang sudah menguning di sawah tampak kelihatan seragam. Namun jika diperhatikan lebih teliti, ternyata ada dua jenis berbeda. Padi yang mengarah ke kanan disebut padi perempuan atau Sri Sedana dan padi yang mengarah ke kiri disebut padi laki-laki atau Jaka Sedana. Menurut budaya Jawa, tata cara dan urutan menanam padi itu dapat dijabarkan sebagaimana berikut ini. 

Mbukak Sawah  

Sebelum turun menggarap sawah, umumnya terlebih dulu diadakanlah selametan. Selametan ini disebut selametan mbukak sawah atau nyambung tuwuh. 

Nyebar Winih 

Penebaran benih dilakukan dengan memilih hari yang baik, maksudnya bukan hari naas, hari berkabung, dan hari-hari kurang baik lainnya. 

Wiwit Tandur

tandur pari
ilustrasi via joglosemarnews.com

Setelah benih telah berumur, permulaan tanam padi segera dilaksanakan. Penanaman ini dimulai oleh sang empunya sawah dengan menancapkan benih 7 atau 9 ceblokan di poncodan sawah. Ketika menancapkan benih ini juga dibarengi dengan membaca mantra. Penutup mantra bunyinya begini:

Oyota kawat, wite wesi, godhong tembaga, gulu selaka, wohe kemate. Meleng-meleng tan ana godha sengkalane

Ngentas-ngentasi

srana nandur pari
ilustrasi via m.harianjogja.com

Setelah sawah hampir semua ditanami padi, kembali diadakanlah selametan. Selametan ini disebut selametan ngentas-entasi. Hidangan yang disajikan cukup sederhana yaitu jenang sungsum dan bubur.

Ider-ider Walangan

Jika padi sudah muncul semua, maka tahap selanjutnya yaitu disebut dengan Ider-ider Walangan. Hari yang dipilih untuk ider-ider ini adalah Jumat pagi. Dringo dan bawang dihaluskan menjadi satu, kemudian diikat pada pojokan sawah. Mulai dari arah timur laut memutar ke kanan. Bunyi penutup mantranya: lor wetan panggonanmu, glagah alang-alang panggonanmu

Sore harinya dibuat api (dhiyang) di pinggir sawah. Yang dibakar adalah merang halus dan daun nangka. Syukur-syukur ditambahkan juga belerang. 

Ngisen-iseni

Seminggu setelah diideri walangan, tahap selanjutnya yaitu diisen-iseni. Caranya yaitu kelapa diparut dan dicampur gula merah, kemudian disebar-sebarkan pada padi mengelilingi sawah.

Ider-ider Tuwa lan Methik

panen pari
ilustrasi via islam.nu.or.id

Jika padi sudah menua semua, maka kemudian diideri dan dipetik. Kalau ider-ider caranya yaitu cokbakal, sega kokoh dan bundhel janur. Kalau methik, selain yang telah disebut di atas masih ada tambahannya yaitu: tarub kecil yang dipasang di tengah kedhokan, papan untuk penganten padi yang akan dipetik. Orek-orek, papan untuk meletakkan sega kokoh/purihan. Perlengkapan lainnya seperti: kain jarit dua buah, pugut sura, minyak wangi, suri, boreh, dan lain sebagainya. 

Jika sudah selesai memetik dan penganten padi sudah didandani, maka kemudian penganten digendong dibawa pulang. Semua penganten berjumlah sembilan pasang. Sampai rumah penganten tersebut diberikan kepada ibunya anak. Penganten ditidurkan di ranjang tengah, alasnya tikar baru, bantalnya yaitu tetel jadah dan tetel jenang. Persiapannya yaitu cokbakal, sega kokoh, parem, dan lain sebagainya.

Setelah itu kemudian diadakan selametan dengan mengundang tetangga dekat kanan kiri. Malamnya diteruskan dengan duduk-duduk (jagongan) sampai mengantuk. Malah ada juga yang menanggap tontonan jedhor sampai semalam suntuk. 

Diterjemahkan semampunya dari artikel berbahasa jawa berjudul "Sranane Wong Nandur Pari" karya Budiyono Dayak.

Labels: Seni Budaya

Thanks for reading Tradisi Menanam Padi Orang Jawa. Please share...!

0 Komentar untuk "Tradisi Menanam Padi Orang Jawa"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.