Home
» Kisah Hikmah
» Kisah Rasulullah SAW dan Anak Yatim Yang Beruntung
Rasulullah SAW adalah teladan bagi umat manusia. Beliau selalu menekankan kepada umatnya untuk berperilaku baik, saling tolong menolong, dan saling menyebarkan rasa kasih sayang di antara sesama. Banyak kisah tentang akhlak Rasul yang sudah seharusnya kita contoh dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu kisah berikut ini yang menceritakan tentang Rasulullah SAW dan seorang anak yatim yang beruntung.
Pada salah satu hari raya, Rasululullah SAW pergi keluar dari rumahnya untuk menjalankan shalat. Di tengah perjalanan, beliau melihat sekelompok anak-anak yang sedang bermain dengan riangnya. Namun di antara anak-anak itu, ada seorang anak yang berpakaian compang-camping dan tampak sedih serta tidak ikut bermain dengan anak-anak yang lain.
sekedar ilustrasi via pixabay
Rasulullah SAW segera menghampiri anak tersebut dan bertanya, "Hai nak! Mengapa engkau bersedih hati, padahal hari ini hari raya?"
Karena anak yang ditanya itu tidak mengetahui bahwa yang bertanya itu adalah Rasulullah SAW, maka ia pun menjawab, "Wahai paman, saya ini adalah anak yatim. Ayahku gugur dalam peperangan membela Rasulullah SAW. Sedangkan ibuku menikah lagi dengan seorang laki-laki yang jahat. Ia telah memakan harta peninggalan ayahku, dan juga telah mengusirku sehingga hidupku terlunta-lunta seperti ini".
Mendengar penuturan anak tersebut, Rasulullah SAW menjadi iba hatinya. Beliau kemudian berkata, "Wahai nak! Apakah engkau rela jika aku ini menjadi bapakmu? Istriku, Aisyah menjadi ibumu? Ali dan Fatimah menjadi paman dan bibimu? Serta Hasan dan Husain, cucu-cucuku menjadi saudaramu?".
Anak kecil itu tersentak kaget, setelah ia mengetahui bahwa yang berdiri di hadapannya dan bertutur kata dengannya adalah Rasulullah SAW. Dengan sangat gembira, selanjutnya anak itu berkata, "Tentu saja aku rela wahai Rasulullah, menjadikan tuan sebagai bapakku".
Semenjak itu, anak yatim tersebut pun menjadi anak asuh Rasulullah SAW. Beliau memperlakukannya sebagaimana anak kandungnya sendiri. Diberinya makanan yang cukup, pakaian yang baik dan layak, diasuh, dirawat, dan dididik menjadi seorang Muslim yang saleh.
Beberapa waktu kemudian, anak yatim tersebut kembali bertemu dengan teman-temannya. Tidak seperti sebelumnya, kali ini dia tampak sangat bahagia dengan mengenakan pakaian baru. Menyaksikan itu, teman-temannya menjadi heran dan bertanya-tanya. Si anak yatim kemudian berkata, "Kemarin aku lapar, haus, dan yatim. Tetapi, sekarang aku bahagia karena Rasulullah SAW telah menjadi ayahku, 'Aisyah ibuku, Ali pamanku dan Fatimah saudariku. Bagaimana aku tidak bahagia?".
Mendengar penuturan anak yatim tersebut, giliran teman-temannya kini yang bersedih. Dalam hati mereka, sungguh beruntung anak tersebut. Mereka pun ingin seperti si anak yatim yang beruntung itu.
ilustrasi via pixabay
Demikianlah, dari kisah di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa menyantuni, mengasuh dan memperhatikan kebutuhan anak yatim merupakan tanggung jawab kita bersama. Rasulullah dalam salah satu haditsnya juga pernah menyebutkan tentang besarnya keutamaan dan pahala bagi orang yang mengasihi dan menyantuni anak yatim. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ سَهْلِ بَْنِ سَعْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم : أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَ، وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئاً
Dari Sahl bin Sa'ad RA dia berkata: Rasulullah SAW bersabda : "Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini", kemudian beliau (Rasulullah SAW) mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau, serta agak merenggangkan keduanya. (HR. Bukhari).
Santos el SalamAgustus 25, 2020AdminBandung Indonesia
Kisah Rasulullah SAW dan Anak Yatim Yang Beruntung
Santos el Salam
25 Agustus 2020
Rasulullah SAW adalah teladan bagi umat manusia. Beliau selalu menekankan kepada umatnya untuk berperilaku baik, saling tolong menolong, dan saling menyebarkan rasa kasih sayang di antara sesama. Banyak kisah tentang akhlak Rasul yang sudah seharusnya kita contoh dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu kisah berikut ini yang menceritakan tentang Rasulullah SAW dan seorang anak yatim yang beruntung.
Pada salah satu hari raya, Rasululullah SAW pergi keluar dari rumahnya untuk menjalankan shalat. Di tengah perjalanan, beliau melihat sekelompok anak-anak yang sedang bermain dengan riangnya. Namun di antara anak-anak itu, ada seorang anak yang berpakaian compang-camping dan tampak sedih serta tidak ikut bermain dengan anak-anak yang lain.
sekedar ilustrasi via pixabay
Rasulullah SAW segera menghampiri anak tersebut dan bertanya, "Hai nak! Mengapa engkau bersedih hati, padahal hari ini hari raya?"
Karena anak yang ditanya itu tidak mengetahui bahwa yang bertanya itu adalah Rasulullah SAW, maka ia pun menjawab, "Wahai paman, saya ini adalah anak yatim. Ayahku gugur dalam peperangan membela Rasulullah SAW. Sedangkan ibuku menikah lagi dengan seorang laki-laki yang jahat. Ia telah memakan harta peninggalan ayahku, dan juga telah mengusirku sehingga hidupku terlunta-lunta seperti ini".
Mendengar penuturan anak tersebut, Rasulullah SAW menjadi iba hatinya. Beliau kemudian berkata, "Wahai nak! Apakah engkau rela jika aku ini menjadi bapakmu? Istriku, Aisyah menjadi ibumu? Ali dan Fatimah menjadi paman dan bibimu? Serta Hasan dan Husain, cucu-cucuku menjadi saudaramu?".
Anak kecil itu tersentak kaget, setelah ia mengetahui bahwa yang berdiri di hadapannya dan bertutur kata dengannya adalah Rasulullah SAW. Dengan sangat gembira, selanjutnya anak itu berkata, "Tentu saja aku rela wahai Rasulullah, menjadikan tuan sebagai bapakku".
Semenjak itu, anak yatim tersebut pun menjadi anak asuh Rasulullah SAW. Beliau memperlakukannya sebagaimana anak kandungnya sendiri. Diberinya makanan yang cukup, pakaian yang baik dan layak, diasuh, dirawat, dan dididik menjadi seorang Muslim yang saleh.
Beberapa waktu kemudian, anak yatim tersebut kembali bertemu dengan teman-temannya. Tidak seperti sebelumnya, kali ini dia tampak sangat bahagia dengan mengenakan pakaian baru. Menyaksikan itu, teman-temannya menjadi heran dan bertanya-tanya. Si anak yatim kemudian berkata, "Kemarin aku lapar, haus, dan yatim. Tetapi, sekarang aku bahagia karena Rasulullah SAW telah menjadi ayahku, 'Aisyah ibuku, Ali pamanku dan Fatimah saudariku. Bagaimana aku tidak bahagia?".
Mendengar penuturan anak yatim tersebut, giliran teman-temannya kini yang bersedih. Dalam hati mereka, sungguh beruntung anak tersebut. Mereka pun ingin seperti si anak yatim yang beruntung itu.
ilustrasi via pixabay
Demikianlah, dari kisah di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa menyantuni, mengasuh dan memperhatikan kebutuhan anak yatim merupakan tanggung jawab kita bersama. Rasulullah dalam salah satu haditsnya juga pernah menyebutkan tentang besarnya keutamaan dan pahala bagi orang yang mengasihi dan menyantuni anak yatim. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ سَهْلِ بَْنِ سَعْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم : أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَ، وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئاً
Dari Sahl bin Sa'ad RA dia berkata: Rasulullah SAW bersabda : "Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini", kemudian beliau (Rasulullah SAW) mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau, serta agak merenggangkan keduanya. (HR. Bukhari).