Pernahkah anda berpikir darimanakah sejarah itu ditulis dan dapat dibaca hingga kini?.
Peristiwa sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, bahkan adakalanya sudah terjadi berabad-abad yang lalu sehingga secara logika tentu sulit untuk bisa menggambarkan peristiwa apa yang terjadi pada saat itu.
Meski begitu, nyatanya kita bisa mengetahuinya hanya dengan membaca buku-buku berisi materi sejarah yang ditulis oleh para ahli sejarah (sejarawan). Bagaimanakah para ahli sejarah mengetahui peristiwa-peristiwa tersebut sehingga mereka dapat menuliskannya dalam buku-buku sejarah?.
|
ilustrasi via wikimedia.org |
Dalam menyusun (merekonstruksi) peristiwa masa lalu untuk ditampilkan kembali dalam bentuk karya sejarah, para sejarawan memerlukan serangkaian penelitian untuk mencari sumber-sumber sejarah guna mengetahui bukti-bukti fakta sejarah yang mendukung penulisan.
Sejarah sebagai kisah atau catatan menggambarkan sesuatu yang benar-benar terjadi pada masa lampau, sehingga usaha penulisan sejarah (historiografi) haruslah disusun berdasarkan bukti yang merupakan peninggalan-peninggalan dari perbuatan manusia dari masa lampau.
Dari bukti tersebut kemudian disusun fakta yang merupakan pengungkapan tentang suatu keadaan atau peristiwa yang telah terjadi. Peninggalan-peninggalan manusia dari masa lampau inilah yang kemudian lazim disebut sebagai sumber sejarah. Sumber-sumber sejarah dapat dikelompokkan menjadi berikut ini:
1. Sumber Tertulis (Sumber Dokumen)
Sumber tertulis (dokumen) merupakan jejak penulisan sejarah dari peristiwa yang pernah terjadi pada masa lalu. Sumber tersebut misalnya dapat berupa prasasti, kronik, babad, hikayat, surat-surat, laporan, notulen rapat, piagam, naskah, arsip, dan surat kabar.
Dokumen-dokumen tersebut banyak tersimpan di Arsip Nasional, museum-museum, kantor-kantor serta koleksi pribadi. Sebagai contoh misalnya kitab Pararaton sebagai sumber sejarah kerajaan Singosari, Negarakertagama sebagai sumber sejarah Majapahit, Babad Tanah Jawi sebagai sumber sejarah kerajaan Mataram Islam, dan lain sebagainya.
2. Sumber Benda (Artefak)
Berbeda dengan sumber tertulis, sumber benda (artefak) merupakan hasil dari peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Artefak (artifact) juga bisa dimaknai sebagai fakta-fakta yang merupakan peninggalan sejarah berupa benda-benda.
Sumber benda antara lain berupa fosil, senjata, arca, perhiasan, mata uang, prasasti, candi, stupa, reruntuhan, foto, patung, nisan, perangko, dan sebagainya. Seringkali kesaksian-kesaksian dari masa lampau itu tanpa kata sehingga seorang sejarawan harus menjabarkan kehidupan masa lalu berdasarkan artefak-artefak tersebut.
3. Sumber Lisan
Sumber lisan adalah keterangan langsung dari pelaku atau saksi sejarah. Banyak pelaku dan saksi sejarah yang masih hidup dari zaman pendudukan Jepang, awal kemerdekaan, masa demokrasi liberal, peristiwa G-30-S/PKI 1965 dan lain sebagainya.
Mereka menjadi sumber sejarah yang penting sebagai pelengkap dari kekosongan-kekosongan dokumen dari masa-masa tersebut. Kelemahan dari sumber lisan ini yaitu sering kali ada unsur-unsur subjektivitas di dalamnya. Pada umumnya tokoh-tokoh pelaku sejarah cenderung membesar-besarkan peranannya pada suatu peristiwa besar sejarah.
4. Sumber Rekaman
Sumber rekaman dapat berupa rekaman kaset audio maupun rekaman kaset video. Sebagai contoh misalnya rekaman peristiwa yang terjadi pada saat menjelang atau sesudah proklamasi kemerdekaan, rekaman demonstrasi mahasiswa saat menuntut reformasi pada tahun 98 lalu, dan lain sebagainya.
Agar mendapatkan bukti dan fakta sejarah yang benar, maka sejarawan harus berhati-hati dalam mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang peneliti sejarah sehubungan dengan sumber-sumber sejarah adalah segi terpercayanya sumber (reliability), kuatnya sumber (credibility), dan sahihnya sumber (validity).
Berdasarkan urutan penyampaiannya, sumber-sumber sejarah dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:
a. Sumber Primer (Sumber Pertama)
Sumber primer yaitu peninggalan asli sejarah seperti prasasti, kronik, piagam, atau candi yang benar-benar berasal dari zamannya.
b. Sumber Sekunder (Sumber Kedua)
Sumber sekunder yaitu benda-benda tiruan dari benda aslinya atau sumber-sumber kepustakaan sebagai hasil penelitian ahli-ahli sejarah. Benda-benda tersebut misalnya seperti prasasti tinulad (tiruan), laporan penelitian, dan terjemahan kitab-kitab kuno.
c. Sumber Tersier (Sumber Ketiga)
Sumber tersier yaitu berupa buku-buku sejarah yang disusun berdasarkan laporan penelitian ahli sejarah tanpa melakukan penelitian langsung.
Dari ketiga jenis di atas, sumber primer merupakan sumber yang paling baik untuk digunakan dalam menyusun kisah sejarah. Semakin jauh sumber sejarah dari benda aslinya, maka semakin besar kemungkinan terjadi pembiasan makna. Demikian halnya, semakin banyak sumber sejarah yang ditemukan, semakin cermat para ahli sejarah melakukan penyusunan sejarah. Dengan terbukanya penemuan-penemuan baru bagi peninggalan-peninggalan sejarah, maka selalu terbuka kemungkinan untuk melakukan revisi terhadap tulisan atau karya sejarah yang ada.