Home
» Profil Tokoh
» Sejarah
» R. Soenoe Soemosoesastro dan Arie Frederik Lasut, Perintis Bidang Pertambangan di Indonesia
Sejarah pertambangan dan geologi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari peran Raden Soenoe Soemosoesastro dan Arie Frederik Lasut. Keduanya merupakan tokoh perjuangan yang berjasa besar dalam membangun kelembagaan tambang dan geologi nasional pada masa awal kemerdekaan Indonesia.
Raden Soenoe Soemosoesastro (lahir 5 Oktober 1913 di Klaten, Jawa Tengah) dan Arie Frederik Lasut (lahir 6 Juli 1918 di Minahasa, Sulawesi Utara), keduanya adalah sedikit dari pemuda Indonesia yang menaruh minat pada bidang geologi dan pertambangan pada masa itu.
Pertemuan R. Soenoe Soemosoesastro dan Arie Frederik Lasut terjadi ketika keduanya menjadi peserta Asistent Geologen Cursus (Kursus Asisten Geologi) angkatan pertama yang diselenggarakan oleh Dienst van den Mijnbouw pada tahun 1939 hingga tahun 1941. Setelahnya, keduanya kemudian diangkat menjadi pegawai Mijnbouw, Dinas Pertambangan pemerintah Hindia Belanda. Pada masa pemerintahan Jepang, Mijnbouw berganti nama menjadi Chisitsu Chosasho.
Pasca kemerdekaan, tepatnya pada 28 September 1945, sekelompok pemuda yang dipelopori oleh Raden Soenoe Soemosoesastro, Arie Frederik Lasut, dan Sjamsoe M. Bahroem mengambil alih paksa kantor Chisitsu Chosasho dari pihak Jepang. Sejak saat itu, Chisitsu Chosasho kemudian berganti nama menjadi Poesat Djawatan Tambang dan Geologi yang dipimpin oleh Raden Soenoe Soemosoesastro dan Arie Frederik Lasut.
Selama perang kemerdekaan (Desember 1945-Desember 1949), kantor Poesat Djawatan Tambang dan Geologi sempat berpindah-pindah tempat. Untuk mengembangkan Poesat Djawatan Tambang dan Geologi, Raden Soenoe Soemosoesastro dan Arie Frederik Lasut kemudian mendirikan Sekolah Pertambangan Geologi Tinggi (SPGT), Sekolah Pertambangan Geologi Menengah (SPGM), dan Sekolah Pertambangan Geologi Pertama (SPGP).
Untuk menghargai jasa-jasa serta perjuangan kedua tokoh tersebut dalam memperjuangkan bidang pertambangan di Indonesia, maka pemerintah indonesia menetapkan tanggal 28 September sebagai Hari Pertambangan dan Energi. Penetapan tanggal ini diambil berdasarkan peristiwa saat para tokoh geologi dan pertambangan mengambil alih kantor jawatan dari pihak Jepang. Penetapan ini juga tersurat dalam Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No 22 Tahun 2008.
Santos el SalamFebruari 03, 2021AdminBandung Indonesia
R. Soenoe Soemosoesastro dan Arie Frederik Lasut, Perintis Bidang Pertambangan di Indonesia
Santos el Salam
3 Februari 2021
Sejarah pertambangan dan geologi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari peran Raden Soenoe Soemosoesastro dan Arie Frederik Lasut. Keduanya merupakan tokoh perjuangan yang berjasa besar dalam membangun kelembagaan tambang dan geologi nasional pada masa awal kemerdekaan Indonesia.
Raden Soenoe Soemosoesastro (lahir 5 Oktober 1913 di Klaten, Jawa Tengah) dan Arie Frederik Lasut (lahir 6 Juli 1918 di Minahasa, Sulawesi Utara), keduanya adalah sedikit dari pemuda Indonesia yang menaruh minat pada bidang geologi dan pertambangan pada masa itu.
Pertemuan R. Soenoe Soemosoesastro dan Arie Frederik Lasut terjadi ketika keduanya menjadi peserta Asistent Geologen Cursus (Kursus Asisten Geologi) angkatan pertama yang diselenggarakan oleh Dienst van den Mijnbouw pada tahun 1939 hingga tahun 1941. Setelahnya, keduanya kemudian diangkat menjadi pegawai Mijnbouw, Dinas Pertambangan pemerintah Hindia Belanda. Pada masa pemerintahan Jepang, Mijnbouw berganti nama menjadi Chisitsu Chosasho.
Pasca kemerdekaan, tepatnya pada 28 September 1945, sekelompok pemuda yang dipelopori oleh Raden Soenoe Soemosoesastro, Arie Frederik Lasut, dan Sjamsoe M. Bahroem mengambil alih paksa kantor Chisitsu Chosasho dari pihak Jepang. Sejak saat itu, Chisitsu Chosasho kemudian berganti nama menjadi Poesat Djawatan Tambang dan Geologi yang dipimpin oleh Raden Soenoe Soemosoesastro dan Arie Frederik Lasut.
Selama perang kemerdekaan (Desember 1945-Desember 1949), kantor Poesat Djawatan Tambang dan Geologi sempat berpindah-pindah tempat. Untuk mengembangkan Poesat Djawatan Tambang dan Geologi, Raden Soenoe Soemosoesastro dan Arie Frederik Lasut kemudian mendirikan Sekolah Pertambangan Geologi Tinggi (SPGT), Sekolah Pertambangan Geologi Menengah (SPGM), dan Sekolah Pertambangan Geologi Pertama (SPGP).
Untuk menghargai jasa-jasa serta perjuangan kedua tokoh tersebut dalam memperjuangkan bidang pertambangan di Indonesia, maka pemerintah indonesia menetapkan tanggal 28 September sebagai Hari Pertambangan dan Energi. Penetapan tanggal ini diambil berdasarkan peristiwa saat para tokoh geologi dan pertambangan mengambil alih kantor jawatan dari pihak Jepang. Penetapan ini juga tersurat dalam Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No 22 Tahun 2008.