Secara geografis, Indonesia merupakan negara maritim yang dipisahkan oleh beribu-ribu pulau. Kondisi ini tentu menimbulkan kesulitan dalam komunikasi dan penyebaran informasi bagi kepentingan sosial, budaya, politik, ekonomi, dan pertahanan keamanan. Meskipun teknologi komunikasi seperti telepon dan telegraf telah berkembang sejak masa kolonial, namun otomatisasi sambungan telepon lokal baru mulai dirintis pada tahun 1953. Sedangkan sambungan jarak jauh baru dilakukan pada tahun 1963.
Sementara itu, hubungan ke luar negeri masih sangat tergantung pada radio telepon sampai tahun 1960-an. Oleh sebab itu, sistem komunikasi yang secara efektif dan efisien mampu menghubungkan dan menyebarkan informasi ke seluruh wilayah Indonesia maupun ke seluruh dunia belum dapat dilakukan secara maksimal.
via pixabay
Dunia telekomunikasi Indonesia mengalami perubahan yang penting sejak akhir tahun 1960-an. Pembangunan jaringan telekomunikasi Nusantara yang telah dilakukan sebelumnya semakin diperluas. Jaringan gelombang mikro lintas Sumatra diselesaikan pada tahun 1975 dan jaringan gelombang mikro Indonesia Timur dapat diselesaikan pada tahun 1978.
Pada saat yang sama, muncul gagasan tentang perlunya penggunaan jaringan telekomunikasi melalui satelit, terutama untuk kepentingan hubungan dengan luar negeri. Sebagai realisasinya, Indonesia sepakat menjalin kerja sama dengan perusahaan telekomunikasi internasional ITT yang kemudian mendirikan PT. Indonesian Satellite (Indosat) pada tahun 1967.
Sampai dengan awal tahun 1970-an, hubungan telekomunikasi dalam negeri masih menghadapi berbagai macam kendala. Keberhasilan penggunaan jaringan satelit untuk hubungan luar negeri mendorong munculnya gagasan untuk memanfaatkan teknologi yang sama bagi kepentingan luar negeri. Dari berbagai pilihan yang ada, sistem komunikasi yang memanfaatkan teknologi satelit dianggap sebagai cara yang paling tepat untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pada tanggal 15 Februari 1975, Indonesia akhirnya menandatangani pengadaan dua satelit, yaitu satu stasiun pengendali utama dan 40 stasiun bumi. Sebagai langkah persiapan untuk menjalankan rencana tersebut, maka pemerintah Indonesia mulai membangun sumber daya manusia dan fisik sejak tahun 1974. Beberapa orang Indonesia pun akhirnya dikirim ke luar negeri untuk mempelajari sistem komunikasi modern. Hal ini dilakukan sebagai upaya menerapkan proses alih teknologi komunikasi di Indonesia.
Sebagai langkah selanjutnya, kemudian dibangun pusat pengendalian satelit di Cibinong Jawa Barat, yang diikuti oleh pembangunan beberapa stasiun bumi lainnya. Para pakar teknologi komunikasi Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri, bekerja sama mengoperasikan teknologi komunikasi modern yang kemudian diberi nama Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa.
Pada tanggal 8 Juli 1976, Satelit Palapa generasi pertama diluncurkan dari Cape Caneveral Florida, Amerika Serikat. Setelah berhasil mengorbit, satelit Palapa mulai berfungsi sebagai media komunikasi yang dapat menjangkau sebagian besar wilayah Indonesia dan beberapa negara sekitarnya pada tanggal 16 Agustus 1976. Pada waktu itu, Indonesia tercatat sebagai negara keempat yang memiliki sistem komunikasi satelit domestik setelah Kanada, Uni Soviet, dan Amerika Serikat.
via tirto.id
Pengaruh eksistensi SKSD Palapa sangat terasa dalam bidang sistem komunikasi jaringan telepon. Satelit Palapa telah memungkinkan Indonesia membangun lebih banyak jaringan telepon nasional dan internasional secara otomatis melalui jaringan Sentral Telepon Otomat (STO). Sebelum adanya SKSD Palapa tersebut, jaringan telepon Indonesia memiliki jangkauan dan jumlah satuan sambungan yang sangat terbatas. Namun setelah beroperasinya SKSD Palapa, jumlah sambungan jaringan telepon semakin bertambah pesat.
Sebagai contoh, sampai pertengahan tahun 1997, tercatat tidak kurang 780 kota di Indonesia telah masuk dalam jaringan Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ). Selain itu, Indonesia juga telah masuk dalam Sambungan Langsung Internasional (SLI) yang dapat menghubungkan Indonesia dengan lebih dari 200 negara di dunia. Semakin banyaknya jaringan telepon umum dan rumah tangga dengan daya jangkau wilayah yang luas meliputi kota-kota di Indonesia menjadi salah satu bukti pesatnya perkembangan teknologi pesawat telepon.
Dalam perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia, bukan hanya luasnya jaringan telepon yang menjadi tolok ukur keberhasilan industri telekomunikasi. Akan tetapi, keberhasilan juga ditunjukkan dari mulai berkembangnya provider (penyedia) jaringan telepon seluler pada tahun 1990-an. Jaringan telepon seluler terus mengalami peningkatan, seiring penggunaan telepon nirkabel yang semakin banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Di samping itu, perkembangan teknologi komputer yang dipadukan sebagai media komunikasi dan informasi melalui jaringan internet makin memperluas penggunaan satelit dalam pengembangan sistem komunikasi dan informasi. Keberadaan internet menjadikan komunikasi menjadi lebih efisien dan cepat tanpa harus menghabiskan banyak waktu dan biaya. Misalnya, dengan adanya internet, pengiriman surat, dokumen, dan informasi tidak lagi melalui pos atau faksimili, melainkan dapat menggunakan fasilitas e-mail (electronic mail) atau surat elektronik. Perkembangan jaringan internet ini telah memungkinkan penduduk Indonesia dapat mengakses informasi dan berkomunikasi, baik secara nasional maupun internasional dengan cepat dan murah.
Santos el SalamJuni 24, 2021AdminBandung Indonesia
Sejarah Perkembangan Teknologi Komunikasi di Indonesia
Santos el Salam
24 Juni 2021
Secara geografis, Indonesia merupakan negara maritim yang dipisahkan oleh beribu-ribu pulau. Kondisi ini tentu menimbulkan kesulitan dalam komunikasi dan penyebaran informasi bagi kepentingan sosial, budaya, politik, ekonomi, dan pertahanan keamanan. Meskipun teknologi komunikasi seperti telepon dan telegraf telah berkembang sejak masa kolonial, namun otomatisasi sambungan telepon lokal baru mulai dirintis pada tahun 1953. Sedangkan sambungan jarak jauh baru dilakukan pada tahun 1963.
Sementara itu, hubungan ke luar negeri masih sangat tergantung pada radio telepon sampai tahun 1960-an. Oleh sebab itu, sistem komunikasi yang secara efektif dan efisien mampu menghubungkan dan menyebarkan informasi ke seluruh wilayah Indonesia maupun ke seluruh dunia belum dapat dilakukan secara maksimal.
via pixabay
Dunia telekomunikasi Indonesia mengalami perubahan yang penting sejak akhir tahun 1960-an. Pembangunan jaringan telekomunikasi Nusantara yang telah dilakukan sebelumnya semakin diperluas. Jaringan gelombang mikro lintas Sumatra diselesaikan pada tahun 1975 dan jaringan gelombang mikro Indonesia Timur dapat diselesaikan pada tahun 1978.
Pada saat yang sama, muncul gagasan tentang perlunya penggunaan jaringan telekomunikasi melalui satelit, terutama untuk kepentingan hubungan dengan luar negeri. Sebagai realisasinya, Indonesia sepakat menjalin kerja sama dengan perusahaan telekomunikasi internasional ITT yang kemudian mendirikan PT. Indonesian Satellite (Indosat) pada tahun 1967.
Sampai dengan awal tahun 1970-an, hubungan telekomunikasi dalam negeri masih menghadapi berbagai macam kendala. Keberhasilan penggunaan jaringan satelit untuk hubungan luar negeri mendorong munculnya gagasan untuk memanfaatkan teknologi yang sama bagi kepentingan luar negeri. Dari berbagai pilihan yang ada, sistem komunikasi yang memanfaatkan teknologi satelit dianggap sebagai cara yang paling tepat untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pada tanggal 15 Februari 1975, Indonesia akhirnya menandatangani pengadaan dua satelit, yaitu satu stasiun pengendali utama dan 40 stasiun bumi. Sebagai langkah persiapan untuk menjalankan rencana tersebut, maka pemerintah Indonesia mulai membangun sumber daya manusia dan fisik sejak tahun 1974. Beberapa orang Indonesia pun akhirnya dikirim ke luar negeri untuk mempelajari sistem komunikasi modern. Hal ini dilakukan sebagai upaya menerapkan proses alih teknologi komunikasi di Indonesia.
Sebagai langkah selanjutnya, kemudian dibangun pusat pengendalian satelit di Cibinong Jawa Barat, yang diikuti oleh pembangunan beberapa stasiun bumi lainnya. Para pakar teknologi komunikasi Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri, bekerja sama mengoperasikan teknologi komunikasi modern yang kemudian diberi nama Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa.
Pada tanggal 8 Juli 1976, Satelit Palapa generasi pertama diluncurkan dari Cape Caneveral Florida, Amerika Serikat. Setelah berhasil mengorbit, satelit Palapa mulai berfungsi sebagai media komunikasi yang dapat menjangkau sebagian besar wilayah Indonesia dan beberapa negara sekitarnya pada tanggal 16 Agustus 1976. Pada waktu itu, Indonesia tercatat sebagai negara keempat yang memiliki sistem komunikasi satelit domestik setelah Kanada, Uni Soviet, dan Amerika Serikat.
via tirto.id
Pengaruh eksistensi SKSD Palapa sangat terasa dalam bidang sistem komunikasi jaringan telepon. Satelit Palapa telah memungkinkan Indonesia membangun lebih banyak jaringan telepon nasional dan internasional secara otomatis melalui jaringan Sentral Telepon Otomat (STO). Sebelum adanya SKSD Palapa tersebut, jaringan telepon Indonesia memiliki jangkauan dan jumlah satuan sambungan yang sangat terbatas. Namun setelah beroperasinya SKSD Palapa, jumlah sambungan jaringan telepon semakin bertambah pesat.
Sebagai contoh, sampai pertengahan tahun 1997, tercatat tidak kurang 780 kota di Indonesia telah masuk dalam jaringan Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ). Selain itu, Indonesia juga telah masuk dalam Sambungan Langsung Internasional (SLI) yang dapat menghubungkan Indonesia dengan lebih dari 200 negara di dunia. Semakin banyaknya jaringan telepon umum dan rumah tangga dengan daya jangkau wilayah yang luas meliputi kota-kota di Indonesia menjadi salah satu bukti pesatnya perkembangan teknologi pesawat telepon.
Dalam perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia, bukan hanya luasnya jaringan telepon yang menjadi tolok ukur keberhasilan industri telekomunikasi. Akan tetapi, keberhasilan juga ditunjukkan dari mulai berkembangnya provider (penyedia) jaringan telepon seluler pada tahun 1990-an. Jaringan telepon seluler terus mengalami peningkatan, seiring penggunaan telepon nirkabel yang semakin banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Di samping itu, perkembangan teknologi komputer yang dipadukan sebagai media komunikasi dan informasi melalui jaringan internet makin memperluas penggunaan satelit dalam pengembangan sistem komunikasi dan informasi. Keberadaan internet menjadikan komunikasi menjadi lebih efisien dan cepat tanpa harus menghabiskan banyak waktu dan biaya. Misalnya, dengan adanya internet, pengiriman surat, dokumen, dan informasi tidak lagi melalui pos atau faksimili, melainkan dapat menggunakan fasilitas e-mail (electronic mail) atau surat elektronik. Perkembangan jaringan internet ini telah memungkinkan penduduk Indonesia dapat mengakses informasi dan berkomunikasi, baik secara nasional maupun internasional dengan cepat dan murah.