Seperti halnya syair, pantun, dan puisi lama lainnya, gurindam terikat oleh berbagai persyaratan, seperti jumlah baris, rima akhir ataupun isinya. Gurindam biasanya terdiri dari dua baris yang berirama. Baris pertama umumnya berupa sebab (hukum, pendirian), sedangkan baris kedua merupakan jawaban atau dugaan.
Walaupun merupakan warisan masyarakat lama, isi gurindam kebanyakan masih relevan dengan kehidupan sekarang. Hal ini dapat kita telusuri dari pesan dan amanat yang terdapat dalam gurindam tersebut. Salah satu Gurindam yang terkenal adalah kumpulan gurindam karangan pujangga Melayu Klasik, Raja Ali Haji, yang berjudul Gurindam Dua Belas. Gurindam tersebut terdiri atas dua belas pasal dan berisi kurang lebih 64 buah gurindam.
Seperti halnya puisi-puisi lainnya, keindahan gurindam akan tampak apabila ia dibacakan. Untuk itu, bagi anda yang hendak mempelajarinya, perhatikanlah lafal dan intonasinya. Tandailah lebih dulu bagian-bagian gurindam yang dianggap sulit dalam pengucapannya.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah artinya. Sampaikanlah gurindam itu sesuai dengan maksudnya. Akan tetapi, karena pada umumnya gurindam berisikan ajaran, sampaikanlah gurindam-gurindam itu seperti halnya kita sedang menasihati orang lain jadi gunakanlah nada yang halus dan penuh kasih sayang.
Gurindam tergolong ke dalam puisi terikat. Oleh karena itu, bentuk yang satu dengan yang lainnya selalu sama. Kesamaannya itu tampak dalam jumlah baris di setiap baitnya serta rumus rima akhirnya. Ciri lain gurindam ada pada isinya, yaitu berupa ajaran ataupun nasihat. Meskipun kata-katanya singkat, tetapi isinya mengandung ajaran hidup yang begitu dalam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa gurindam sarat dengan nilai pendidikan atau nilai keagamaan.
Banyaknya pesan merupakan salah satu ciri dari gurindam. Bahkan, pesan-pesan itu dinyatakan secara tersurat. Pesan-pesan itu misalnya tentang perlunya mengasihi sesama, pentingnya menaati ajaran agama, keutamaan mendidik anak, dan lain-lain. Pesan-pesan itu disampaikan secara halus dengan bahasa yang indah sehingga tidak terasa menggurui.
Maksudnya bahwa percuma saja memperoleh rezeki yang banyak jika kita tidak berzakat.
Maksudnya bahwa orang yang suka menyebar fitnah, hidupnya akan menderita. la akan mendapat tuduhan balik dari orang-orang yang difitnahnya itu.
Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji
Fasal 1
Barang siapa tiada memegang agama
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang makrifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan tuhan yang bahri
Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terperdaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat
Fasal 2
Barang siapa mengenal yang tersebut
Tahulah ia makna takut
Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang
Barang siapa meninggalkan puasa
Tidaklah mendapat dua termasa
Barang siapa meninggalkan zakat
Tiada hartanya beroleh berkat
Barang siapa meninggalkan haji
Tiadalah ia menyempurnakan janji
Fasal 3
Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita
Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tiadalah damping
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
Daripada segala berat dan ringan
Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi'il yang tiada senonoh
Anggota tengah hendaklah ingat
Di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
Fasal 4
Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota pun rubuh
Apabila dengki sudah bertanah
Datang daripadanya beberapa anak panah
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
Di situlah banyak orang yang tergelincir
Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala
Jika sedikit pun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung
Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangka
Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang amat gagah
Barang siapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar
Barang siapa perkataan kotor
Mulutnya itu umpama ketor
Di mana tahu salah diri
Jika tiada orang lain yang berperi
Pekerjaan takbur jangan direpih
Sebelum mati didapat juga sepih
Fasal 5
Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia
Sangat memeliharakan yang sia-sia
Jika hendak mengenal orang mulia
Lihatlah kepada kelakuan dia
Jika hendak mengenal orang yang berilmu
Bertanya dan belajar tiadalah jemu
Jika hendak mengenal orang yang berakal
Di dalam dunia mengambil bekal
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai
Fasal 6
Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat
Cahari olehmu akan guru
Yang boleh tahukan tiap seteru
Cahari olehmu akan isteri
Yang boleh menyerahkan diri
Cahari olehmu akan kawan
Pilih segala orang yang setiawan
Cahari olehmu akan abdi
Yang ada baik sedikit budi
Fasal 7
Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta
Apabila banyak berlebih-lebihan suka
Itulah tanda hampirkan duka
Apabila kita kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat
Apabila anak tidak dilatih
Jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencacat orang
Itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur
Sia-sia sahajalah umur
Apabila mendengar akan khabar
Menerimanya itu hendaklah sabar
Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan
Apabila perkataan yang lemah lembut
Lekaslah segala orang mengikut
Apabila perkataan yang amat kasar
Lekaslah orang sekalian gusar
Apabila pekerjaan yang amat benar
Tiada boleh orang berbuat honar
Fasal 8
Barang siapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada lainnya
Kepada dirinya ia aniaya
Orang itu jangan engkau percaya
Lidah suka membenarkan dirinya
Daripada yang lain dapat kesalahannya
Daripada memuji diri hendaklah sabar
Biar daripada orang datangnya khabar
Orang yang suka menampakkan jasa
Setengah daripada syirik mengaku kuasa
Kejahatan diri sembunyikan
Kebajikan diri diamkan
Keaiban orang jangan dibuka
Keaiban diri hendaklah sangka
Fasal 9
Tahu pekerjaan tak baik tapi dikerjakan
Bukannya manusia ia itulah syaitan
Kejahatan seorang perempaun tua
Itulah iblis punya penggawa
Kepada segala hamba-hamba raja
Di situlah syaitan tempatnya manja
Kebanyakan orang yang muda-muda
Di situlah syaitan tempat bergoda
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan
Di situlah syaitan punya jamuan
Adapun orang tua yang hemat
Syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru
Dengan syaitan jadi berseteru
Fasal 10
Dengan bapa jangan durhaka
Supaya Allah tidak murka
Dengan ibu hendaklah hormat
Supaya badan dapat selamat
Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik ke tengah balai
Dengan isteri dan gundik janganlah alpa
Supaya kemaluan jangan menerpa
Dengan kawan hendaklah adil
Supaya tangannya jadi kapil
Fasal 11
Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa
Hendaklah jadi kepala
Buang perangai yang cela
Hendak memegang amanat
Buanglah khianat
Hendak marah
Dahulukan hujjah
Hendak dimalui
Jangan memalui
Hendak ramai
Murahkan perangai
Fasal 12
Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagar duri
Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja
Hukum adil atas rakyat
Tanda raja beroleh inayat
Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu
Hormat akan orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai
Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti
Akhirat itu terlalu nyata
Kepada hati yang tidak buta
Dikutip dari wikipedia dan situs rajaalihaji.com, Gurindam Dua Belas (Jawi: ڬوريندام دوا بلس) merupakan salah satu puisi Melayu lama hasil karya Raja Ali Haji, seorang sastrawan dan Pahlawan Nasional dari Pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau. Gurindam ini ditulis dan diselesaikan Raja Ali Haji saat beliau berusia 38 tahun di Pulau Penyengat pada tanggal 23 Rajab 1264 H atau 1847 M.
Seperti terlihat di atas, karya ini terdiri dari 12 Fasal dan dikategorikan sebagai
Syi'r al-Irsyadi atau puisi didaktik, karena berisikan nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridhai Allah SWT. Selain itu, terdapat pula pelajaran dasar ilmu Tasawuf tentang mengenal "yang empat", yaitu syari'at, tarekat, hakikat, dan makrifat. Hasil karya Raja Ali Haji tersebut diterbitkan pada tahun 1854 dalam Tijdschrft van het Bataviaasch Genootschap No. II, Batavia, dengan huruf Arab dan diterjemahkan dalam Bahasa Belanda oleh Elisa Netscher.