Kesultanan Melaka (Malaka) adalah sebuah kerajaan Islam yang berdiri pada sekitar tahun 1380-1403 M di tepi selat Malaka. Asal usul berdirinya kerajaan ini berawal dari serangan kerajaan Majapahit ke wilayah Tumasik (kini dikenal sebagai Singapura) pada akhir abad 14 M. Akibat dari ekspansi tersebut, Parameswara, raja kecil yang membawahi Tumasik pun terpaksa melarikan diri. Ia bersama dengan para pengikutnya menyusuri pesisir Selat Malaka dan kemudian mendirikan kerajaan baru yakni kerajaan Malaka.
Sumber lain menyebutkan bahwa pendiri kerajaan ini, Parameswara, merupakan salah seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit. Pada awal abad ke15 M, terjadi perang saudara di Kerajaan Majapahit yang dikenal sebagai Perang Paregreg. Dalam peperangan tersebut, seorang pangeran Kerajaan Majapahit yang bernama Parameswara bersama para pengikutnya melarikan diri dari Blambangan (Banyuwangi) menuju ke Tumasik (Singapura).
Dikarenakan Tumasik dianggap kurang aman dan kurang sesuai untuk tempat pendirian sebuah kerajaan, maka perjalanan dilanjutkan ke utara sampai di Semenanjung Malaka. Di daerah inilah, Parameswara membangun perkampungan dibantu oleh petani dan nelayan setempat. Perkampungan baru itu berkembang pesat karena letaknya yang stretagis di tepi jalur perdagangan intenasional di Selat Malaka. Hal tersebut kemudian mendorong Parameswara untuk membangun sebuah kerajaan bernama Malaka.
Pada saat itu, kegiatan perdagangan di Selat Malaka didominasi oleh para pedagang muslim. Akibatnya, pengaruh Islam sangat besar di wilayah ini. Hal itu berpengaruh pula terhadap rajanya. Parameswara pun akhirnya memutuskan untuk menganut agama Islam dan berganti nama menjadi Iskandar Syah. Malaka kemudian berkembang menjadi kerajaan yang cukup penting di Asia Tenggara. Untuk menjaga keamanan dari ancaman Siam dan Majapahit, Iskandar Syah pada tahun 1405 meminta perlindungan kepada Kaisar Tiongkok dengan menyatakan takluk kepadanya.
Iskandar Syah berhasil mengembangkan Malaka menjadi kerajaan penting di Selat Malaka. la memerintah hingga tahun 1414 M. Setelah meninggal, ia digantikan putranya bernama Muhammad Iskandar Syah (1414-1424). Di bawah pemerintahannya, kekuasaan Malaka diperluas hingga menguasai seluruh wilayah Semenanjung Malaka. Guna memperkuat posisinya, Muhammad Iskandar Syah juga melakukan perkawinan politik dengan putri Kesultanan Samudra Pasai.
Perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka pun semakin ramai. Namun, Muhammad Iskandar Syah kemudian dikudeta oleh saudaranya sendiri yang bernama Mudzafar Syah. Setelah menjadi raja baru, Mudzafar Syah bergelar Sultan Mudzafar Syah sehingga ia merupakan Raja Malaka pertama yang bergelar sultan. Mudzafar Syah memerintah Malaka pada tahun 1424-1458. Di bawah kepemimpinannya, Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan antara Timur dan Barat.
Kedudukan yang demikian kuat membuat Sultan Mudzafar Syah berani menghadapi Kerajaan Siam. Serangan dari Kerajaan Siam dapat dipatahkan. Bahkan, Mudzafar Syah mampu meluaskan wilayah di sekitar Malaka, seperti Pahang, Kampar, dan Indragiri. Setelah Sultan Mudzafar Syah wafat, tahta diwariskan kepada putranya yang bergelar Sultan Mansyur Syah.
Masa Kejayaan
Di bawah pemerintahan Sultan Mansyur Syah (1459-1477 M), kerajaan Malaka berkembang pesat dan mencapai puncak kejayaannya. Sultan Mansyur Syah terus meluaskan wilayah kekuasaannya, bahkan Siam berhasil dikuasai. Pada masa pemerintahannya, Malaka juga berhasil menguasai Pahang, Kedah, Trengganu, dan sejumlah daerah di Sumatera.
|
ilustrasi via detik.com |
Pada masa pemerintahan Mansyur Syah ini kabarnya hiduplah seorang laksamana hebat yang berjasa besar dalam mengembangkan Kesultanan Malaka, bernama Hang Tuah. Menurut cerita rakyat, ia digambarkan hidup dalam beberapa abad, sejak zaman Gajah Mada pada abad ke-14 sampai zaman Belanda pada abad ke-17.
Pengganti Sultan Mansyur Syah adalah Sultan Alaudin Syah yang berkuasa antara tahun 1477-1488 M. Pada masa pemerintahannya, kerajaan Malaka mulai mengalami kemerosotan. Satu demi satu wilayah yang dahulunya dikuasai mulai melepaskan diri dari Malaka. Alaudin Syah kemudian digantikan oleh putranya bernama Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M).
Runtuhnya
Kerajaan Malaka di bawah pemerintahan Sultan Mahmud Syah semakin lemah. Daerah kekuasaannya hanya tinggal meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaka. Pada masa pemerintahannya, datanglah ekspedisi bangsa Portugis yang dipimpin Alfonso D'albuquerque, yang kemudian berhasil menaklukkan Malaka. Setelah satu abad berdiri, Kerajaan Malaka pun akhirnya runtuh pada tahun 1511 M.