Suku Quraisy memiliki kebiasaan bepergian ke Syam (Suriah) sekali setiap tahun untuk berdagang. Begitu pula yang dilakukan oleh Abu Thalib bersama kafilah Quraisy. Pada awalnya, ia berencana untuk bepergian tanpa mengajak Muhammad SAW. Namun atas desakan kemenakannya tersebut, akhirnya sang paman mengalah dan mengizinkan Nabi untuk ikut berdagang bersamanya. Peristiwa ini menjadi pengalaman pertama Nabi ikut berdagang. Sebelumnya, beliau hanya menggembala kambing di gurun pasir.
Dalam perjalanan ke Syam, tatkala sampai di suatu tempat yang bernama Bushra, rombongannya itu bertemu dengan seorang pendeta Nasrani yang bernama Bahira atau “Buhaira”. Pendeta Bahira terheran-heran melihat sebuah kafilah dagang yang datang dari Makkah. Kafilah ini memang sudah sering lewat, tapi kali ini tidak seperti biasanya. Di atas mereka ada awan yang menaungi perjalanan mereka. Ketika mereka berhenti di bawah sebuah pohon, awan itu pun ikut berhenti.
via merdeka.com |
Melihat hal itu, Pendeta Buhaira kemudian menjamu makan rombongan Abu Thalib dengan maksud untuk memperhatikan satu persatu orang yang manakah yang telah membawa tanda-tanda keNabian sebagaimana ia lihat. Semula Muhammad SAW tidak ikut pergi ke rumah si pendeta. Selaku anak kecil dia bertugas untuk menunggui barang dagangan. Setelah pendeta tidak menemukan yang dicarinya, maka bertanyalah dia kepada Abu Thalib: "Adakah di antara tuan-tuan yang belum datang kemari?. Saya ini akan menjamu semuanya".
“Ada seorang anak kecil, kemenakan saya sendiri, dia sedang menunggui barang dagangan.” Sahut Abu Thalib.
Pendeta itu kemudian berkata, “Bawalah dia kemari sekalipun dia masih kanak-kanak”. Kemudian datanglah Muhammad ke tempat pendeta itu. Setelah berhadapan muka dengan pendeta, maka pendeta itu memperhatikan gerak-gerik dan sifat-sifat serta tanda yang dicarinya. Semuanya itu terdapat pada diri Muhammad. Pendeta itu lalu memegang tangan Muhammad SAW yang masih anak-anak sambil berkata: “Ini adalah pemimpin dunia dan Rasul Tuhan semesta alam, Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi alam semesta”
Beberapa sesepuh Quraisy pun bertanya: “Engkau tahu dari mana?"
“Saat kalian datang, pohon dan batu menunduk sujud. Kedua-duanya tidak sujud (kepada manusia) selain kepada seorang Nabi. Dan saya juga mengetahui dia (sebagai Nabi) dari khatam an-nubuwah yang ada di pundaknya".
Tanda keNabian yang satu ini disebut dengan Khatam An-Nubuwwah yang Nabi Muhammad bawa sejak lahir. Khatam An-Nubuwwah artinya stempel keNabian. Tanda ini berupa tahi lalat berwarna hitam kekuning-kuningan. Sebahagian Ulama mengatakan disitu tertulis "Muhammadur Rasulullah" (Muhammad utusan Allah).
Setelah memuji Muhammad, Pendeta Buhaira kemudian memberi nasehat kepada Abu Thalib supaya kemenakannya tersebut dipelihara baik-baik, karena anak inilah yang akan menjadi pemimpin ummat di kemudian hari. Andaikata diketahui oleh orang Yahudi, bahwa anak inilah yang menjadi Rasul di kemudian hari, tentulah mereka akan berusaha untuk membunuhnya. Orang Yahudi mempunyai sifat busuk hati, dan mereka menginginkan orang yang menjadi Rasul itu hendaknya dari kalangan Bani Israil saja, jangan dari bangsa lain (Arab).
Berita tentang diri Muhammad SAW bahwa ia akan menjadi pemimpin dunia dan Nabi memang telah diperkuat dengan tanda-tanda di waktu kelahirannya. Tanda-tanda tersebut diperkuat juga oleh penjelasan pendeta Buhaira tersebut yang melihat tanda-tanda Nabi terakhir pada diri Muhammad SAW. Peristiwa-peristiwa ini merupakan bukti bahwa Muhammad SAW adalah benar-benar Rasul utusan Allah SWT yang mendapat tugas untuk menuntun umat manusia menuju jalan keselamatan yang diridhai Allah SWT.
Thanks for reading Kisah Nabi Muhammad SAW Bertemu Pendeta Buhaira. Please share...!
0 Komentar untuk "Kisah Nabi Muhammad SAW Bertemu Pendeta Buhaira"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.