Kisah Tiga Lelaki Terjebak Dalam Gua (Doa Tawassul dengan Amal Shalih)

Kisah Tiga Lelaki Terjebak Dalam Gua (Doa Tawassul dengan Amal Shalih)

Alkisah, ada tiga orang laki-laki yang sedang mengadakan perjalanan ke sebuah negeri. Di tengah perjalanan, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Dengan serta merta mereka pun mencari tempat untuk berteduh. Kebetulan tidak jauh dari tempat mereka berdiri, tampak sebuah goa. Dengan tergesa-gesa, ketiganya akhirnya memutuskan masuk ke dalam goa untuk menyelamatkan diri dari terpaan air hujan. 

gambar pintu goa
ilustrasi gua

Untuk sementara waktu, mereka merasa lega dan bersyukur bisa berteduh dari derasnya hujan. Namun di luar dugaan, tiba-tiba sebongkah batu besar jatuh menutupi pintu goa hingga tak ada sedikit pun celah untuk cahaya bisa masuk. Hujan yang deras itu rupanya telah menyebabkan longsornya bebatuan dari atas bukit. Keceriaan yang terbayang kini sirnalah sudah. Di depan mata mereka seonggok batu besar telah menghalangi pintu goa sehingga mereka pun tidak bisa keluar.

Mereka menjadi panik dan berpikir keras bagaimana caranya agar dapat keluar dari goa itu. Namun, semakin mereka berpikir keras semakin berujung pada kebuntuan. Lama mereka bergulat dengan pikirannya masing-masing. Di tengah-tengah keputus-asaan yang mulai merambati hati, ketiganya kemudian berdoa. Sebab tidak ada cara lain lagi yang dapat membuka batu sebesar itu kecuali hanya pertolongan Allah.

Lelaki pertama berdoa, “Ya Allah ya Tuhanku, hanya kepadaMulah aku berharap dan memohon pertolongan. Bila boleh aku bercerita, dahulu aku pernah mempunyai seorang pembantu yang menggembalakan ternak-ternakku. Oleh karena suatu hal ia keluar dari tempatku dan menitipkan satu ekor kambing kepadaku. Seiring dengan berjalannya sang waktu kambing itu kemudian beranak pinak hingga menjadi demikian banyak. Pada waktu pembantu itu kembali maka aku katakan kepadanya:

“Wahai kisanak, ini semua adalah kambingmu. Sedikit pun aku tidak pernah menguranginya. Silahkan kau ambil, karena itu adalah hakmu”.

Dengan terbengong-bengong kemudian ia berkata, “Tuan, bukankah kambingku hanya satu?. Lalu kenapa bisa menjadi banyak begini?”

Lalu aku jawab, “Kambingmu itu adalah kambing betina, kebetulan pada saat engkau titipkan padaku ia dalam keadaan bunting. Lalu beranaklah kambing itu hingga menjadi sebanyak ini. Maka dari itu, ambillah kambing-kambing itu”.

“Ya Robbi, jika menurut-Mu perbuatanku itu adalah pantas dan baik di mata-Mu maka aku berwasilah kepadanya, bukakanlah batu yang menutupi goa ini!”. Atas perkenan Allah, batu itu pun bergeser sedikit.

Giliran lelaki kedua kemudian berdoa, “Ya, Allah. Ya, Tuhanku. Dahulu aku pernah menolong pamanku dengan menghutanginya sekian dinar. Seiring berjalannya waktu ternyata pamanku tidak sanggup membayar hutang. Sebagai tebusannya aku meminta anak gadisnya untuk aku setubuhi. Karena tidak ada pilihan lain, pamanku pun kemudian menyetujui persyaratanku.

Di sebuah tempat, anak gadis pamanku telah berada di sebuah kamar siap melayaniku. Hasratku pun memuncak dan begitu bernafsu untuk segera menjamahnya. Aku dekati gadis itu, sejurus kemudian ia berkata, “Tuan, tidak malukah anda pada Allah Yang Maha Melihat atas semua kelakuan hamba-Nya. Tetapi andaikata Tuan tetap menginginkan aku melayani, akan aku turuti kemauan Tuan”. Mendengar penuturan gadis itu hatiku pun bergetar, dan seluruh dosa seakan menumpuk di depan mata.

Dengan serta merta aku kemudian menyuruh gadis itu untuk pulang dan hutang pamanku aku anggap telah lunas. Jika ternyata tindakanku itu baik di mata-Mu, maka aku berwasilah dengannya agar Engkau berkenan membuka batu penutup goa ini”. Atas seizin Allah, batu itu bergeser lagi lebih lebar.

Lelaki ketiga pun ikut berdoa, “Ya, Allah. Ya, Tuhanku. Dahulu aku mempunyai orang tua yang sudah sangat uzur. Tidak ada yang dapat dilakukannya kecuali hanya berbaring di tempat tidur sehingga segala sesuatunya akulah yang melayaninya. Bila datang waktu makan aku menyuapinya, baru setelah itu aku mengisi perutku dengan nasi dan lauk yang tersisa. Bila kebetulan kambing kami penuh air susunya, aku ambil, aku masak dan kuhidangkan untuknya, baru setelah itu aku meminum sisanya.

Bila ia hendak ke belakang atau pergi ke suatu tempat, maka aku selalu menggendongnya. Dan begitulah dari waktu ke waktu aku lalui dengan memberikan pelayanan kepadanya dengan hati yang sangat tulus. Ya Allah, jika perbuatan itu baik di mata-Mu dan Engkau berkenan menerimanya maka aku berwasilah dengannya agar kiranya batu ini bergeser atas kehendak-Mu.” Atas seizin Allah batu itu pun bergeser hingga pintu gua terbuka dan ketiga pemuda tadi dapat keluar dengan selamat.

Kisah di atas terjadi pada masa sebelum Nabi Muhammad SAW dan telah disebutkan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Dapat dipahami bahwa dalam keadaan sesulit apa pun, kita hendaknya banyak berdoa agar diberi jalan keluar oleh Allah. Salah satu bentuk doa tersebut adalah dengan menyebutkan amalan shalih yang telah kita kerjakan. Allah tidak akan menyia-nyiakan balasan bagi orang yang berbuat amalan kebaikan. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah di atas. Wallahu A'lam.

Selengkapnya
Sejarah Asal Usul Air Zam-zam dan Faedah-Faedah Meminumnya

Sejarah Asal Usul Air Zam-zam dan Faedah-Faedah Meminumnya

Setelah membawa Siti Hajar dan putranya, Nabi Ismail ke Mekkah, Nabi Ibrahim kemudian berdoa kepada Allah SWT, "Ya Allah, aku telah tempatkan istri dan keturunanku di dekat rumah-Mu (Baitullah) dilembah yang sunyi dari tanaman dan manusia, agar mereka mendirikan shalat dan beribadah kepadaMu, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rizki dari buah-buahan yang lezat, mudah-mudahan mereka bersyukur kepadaMu.

Setelah memanjatkan do‘a, Nabi Ibrahim kembali ke Palestina untuk hidup bersama Siti Sarah. Dengan menahan rasa sedih, Ia pasrahkan semuanya kepada Allah. Siti Hajar dan Ismail ditinggalkannya hidup di lembah padang pasir yang sunyi di antara bukit-bukit batu yang kokoh berbekal iman dan taqwa serta persediaan ala kadarnya. Seiring waktu, perbekalanpun akhirnya menipis dan habis sama sekali. Tangis pilu bayi dan perihnya perut yang kosong, tidak menghalangi Siti Hajar untuk berdo'a dan berusaha mencari karunia Allah. 

Munculnya Air Zamzam


Siti Hajar mondar-mandir sembari berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwa tidak kurang tujuh kali, namun karunia Allah yang diharapkan berupa air untuk sekedar membasahi tenggorokan yang kering, tidak juga ia dapatkan. Maka bersujudlah ia kepada Allah sembari memohon karuniaNya. Dan Allah kemudian menunjukkan karuniaNya. Melalui kaki mungil Ismail, tiba-tiba memancarlah air dari dalam tanah. Itulah air zam-zam yang kita kenal sekarang. 

Riwayat lain menyebutkan bahwa saat Siti Hajar mondar mandir antara Shafa dan Marwa, pada saat lari yang ketujuh dia mendengar suara orang yang memanggil-manggil, padahal di sekitar tempat itu tidak ada orang kecuali ia dan Ismail. Siti Hajar pun berseru, "Aku dengar suaramu, tolonglah aku kalau engkau orang baik”. Maka muncullah Malaikat Jibril yang kemudian menghentakkan tumitnya di tanah, lalu memancarlah air di tempat itu. Dengan tergesa-gesa, Siti Hajar kemudian membendungi air dengan tanah dan pasir agar tidak mengalir kemana-mana. Maka disebutlah air itu dengan nama "Zamzam", artinya air yang gemercik tapi terkumpul. 

Air zamzam sengaja diberikan oleh Allah mula-mula kepada Ismail dan Ibunya Siti Hajar, kemudian oleh mereka berdua diberikan kepada siapa saja yang memerlukan. Ini terbukti setelah beberapa hari Siti Hajar dan anaknya tinggal di dekat air itu, datanglah kepadanya dua orang dari suku Jurhum yang mewakili bangsanya untuk berkenalan sekaligus meminta izin untuk memanfaatkan air. Dengan senang hati diterimalah mereka dan pada akhirnya jadilah sekumpulan masyarakat baru di sekitar mata air zamzam hingga menjadi sebuah kota yang amat ramai. 

Bagi para jemaah haji, minum air zamzam sehabis thawaf mengingatkan akan besarnya nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang mengalami kesulitan, sekaligus mensyukuri nikmat Allah yang amat besar di bumi Makkah yang sangat tandus, serta menanamkan keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan Maha Pemurah, Maha Kaya dan Maha Mendengar do’a orang yang berdo’a kepada-Nya.

Faedah-Faedah Meminum Air Zamzam

 
Bagi umat Islam, air zamzam adalah air yang diberkahi dan disucikan. Air yang mengalir dari sumur zamzam ini juga dianggap sebagai air paling bersih dan paling murni di bumi karena tidak mengandung jamur, bakteri, virus, kuman, lumut, atau jenis kotoran lainnya. Air zam-zam juga diketahui kaya akan mineral yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Tidak heran para jemaah haji berlomba-lomba minum air zamzam serta menjadikannya oleh-oleh untuk dibawa pulang.

botol air zamzam
via okezone.com

Di samping hal itu, air zamzam memang diketahui memiliki banyak manfaat dan faedah bagi siapapun yang meminumnya. Diantara faedah-faedah meminum air zamzam adalah sebagai berikut:
  • Syaba‘ah, artinya kenyang, karena setelah minum air zamzam menjadi kenyang. 
  • Murwiyah, artinya segar, karena air zamzam dapat menghilangkan rasa dahaga dan menjadi segar. 
  • Nafi‘ah, artinya bermanfaat, karena memang sangat banyak manfaatnya. Diantaranya yaitu menguatkan hati dan menenangkan rasa takut. 
  • Afi'ah, artinya sehat, karena air zamzam jika diminum dapat menangkal atau menolak penyakit. 
  • Maimunah, artinya barokah, karena keberkahan air zamzam sangat dirasakan. 
  • Barrah, artinya memiliki kebaikan, karena air zamzam sangat baik bagi orang yang meminumnya untuk memperoleh keberkahan. 
  • Madhmunah, artinya bagus, karena indahnya air zamzam maka Allah melarang satu kaum dari bangsa Arab tinggal di sekitarnya karena berbuat maksiat. 
  • Kafiyah, artinya mencukupi, karena orang yang minum zamzam akan merasa cukup atau puas. 
  • Mu'dzibah, artinya mencegah rasa dahaga karena air zamzam mengandung rasa antara manis dan tawar.
  • Syifa Saqamin, artinya menyembuhkan penyakit, karena air zamzam dapat menjadi obat dari penyakit yang diderita seseorang. 
  • Tho'amu Thu'min, artinya mengenyangkan, karena meminum air zamzam dapat menghasilkan rasa kenyang. 
  • Hazmatu Jibril, artinya injakan atau tekanan tumit malaikat Jibril. Disebut demikian karena air zamzam keluar dengan perantaraan tumit kaki Jibril. 
  • Maghfurah, artinya ampunan, karena orang yang meminumnya diampuni dosanya. 
Di dalam hadits juga dijelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Sebaik-baik air di muka bumi adalah air zam-zam. Air tersebut bisa menjadi makanan yang mengenyangkan dan bisa sebagai obat penyakit". (HR. Muslim) 

Air zamzam bagi yang diniatkan ketika meminumnya, jika engkau minum dengan maksud agar sembuh dari penyakitmu, maka Allah menyembuhkannya. Jika engkau minum dengan maksud agar engkau merasa kenyang, maka Allah mengenyangkan engkau. Jika engkau meminumnya agar hilang rasa hausmu maka Allah akan menghilangkan dahagamu itu. la adalah air tekanan tumit Jibril, minuman dari Allah untuk Ismail.” (HR. Daruqutni, Ahmad, Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas)

Selengkapnya
Kisah Pembangunan Ka'bah oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS

Kisah Pembangunan Ka'bah oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS

Kisah Pembangunan Ka'bah oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS

Nabi Ibrahim As dan putranya yaitu Nabi Ismail As, keduanya adalah Rasul (utusan) Allah yang mana kisahnya juga diabadikan dalam syariat perintah ibadah haji dan perayaan Hari Raya Kurban (Idul Adha) bagi umat Islam. Selain kisah Asal Usul Hari Raya Idul Adha (Baca: Kisah Nabi Ibrahim dan Asal Usul Hari Raya Kurban), kisah terkenal lainnya dari kedua Rasul ini adalah peristiwa dibangunnya ka'bah pasca banjir besar pada masa Nabi Nuh As. 

Kisah tentang penyembelihan Nabi Ismail (yang kemudian Allah ganti dengan seekor domba kibas) memang menjadi salah satu bukti ketaatan serta ketulusan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam mematuhi perintah Allah. Meski mendapatkan ujian yang berat dari godaan Iblis laknatullah, keduanya tetap teguh dan yakin dalam menjalankan segala perintah dari Allah SWT. 

Waktu pun terus berjalan, keduanya kembali menjalani hidup masing-masing di tempat terpisah yang lumayan jauh jaraknya. Nabi Ibrahim dan Ismail harus berpisah karena Nabi Ismail tinggal di Makkah sementara Nabi Ibrahim tinggal di Palestina. Tahun demi tahun, tanpa terasa Nabi Ismail pun sudah menginjak dewasa dan telah membina bahtera rumah tangga dengan seorang putri dari Bani Israil.

Pada suatu hari, Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk mendirikan Baitullah (Ka'bah) di tanah Makkah. Nabi Ibrahim pun datang kembali ke Makkah untuk melaksanakan perintah Allah tersebut. Sebelum itu, ia mencari putranya, Nabi Ismail untuk membantunya dalam membangun ka'bah. Setelah beberapa lama mencari, maka ketemulah Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail. 

Kebetulan, Nabi Ismail saat itu sedang di suatu tempat didekat mata air zam-zam. Nabi Ismail sedang berteduh dibawah pohon rindang sambil meraut anak panahnya. Setelah bertemu, Nabi Ibrahim melepas rindu dengan rasa haru dan gembira dapat berjumpa kembali dengan sang anak tercinta. Setelah melepas rindunya, maka Nabi Ibrahim mulai menceritakan maksud kedatangannya. Nabi Ibrahim berkata:

“Wahai Ismail, Allah telah memberikan perintah kepadaku.”

"Kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu.", Nabi Ismail menanggapi. 

"Apakah engkau bersedia membantuku?", tanya Nabi Ibrahim seraya menunjuk ke arah tumpukan tanah yang lebih tinggi dari tanah sekitar dan berkata:

"Allah telah memerintahkan untuk membangun sebuah rumah di sini!”

Mendengar permintaan ayahnya, Nabi Ismail pun dengan begitu gembira menyatakan kesanggupannya untuk membantu ayahnya. Dengan rencana dan pemikiran yang bulat untuk membangun rumah Allah, maka dimulailah pembangunan Ka'bah yang berlokasi diatas sebuah bukit dan dikerjakan oleh mereka berdua yaitu Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. 

Akhirnya, ayah dan anak itu pun bekerja sama membangun ka'bah. Ismail mengangkut batu, sementara Ibrahim memasangnya. Keduanya bekerja tanpa kenal lelah. Mereka saling bekerja sama mengumpulkan batu, meninggikan pondasi, dan segala hal mereka kerjakan dengan ketekunan. Kisahnya diabadikan dalam firman Allah:

"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah, 127)

Saat Nabi Ibrahim tidak bisa menjangkau bagian atas, ia menyuruh Nabi Ismail untuk mencari sebuah batu sebagai pijakan untuk mencapai tembok yang sudah tinggi. Batu bekas pijakan Nabi Ibrahim sampai sekarang dinamai dengan “Maqam Ibrahim".

Dengan penuh ketekunan dan kesabaran, maka selesai jualah pembangunan Ka’bah. Bentuknya seperti kubus sesuai dengan petunjuk dan perintah Allah SWT. Menurut sejarawan, bentuk ka'bah pada masa Nabi Ibrahim ini masih sederhana berupa susunan tumpukan batu tanpa atap dan tanpa ada perekat semacam semen untuk melengketkan batu-batu tersebut. 


Setelah selesai tugas mendirikan Ka'bah, Nabi Ibrahim beserta Nabi Isma'il kemudian berdo'a: 

"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak-cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah, 128)

Selengkapnya
Kisah Ashabul Kahfi dan Bukti Nyata Keberadaan Mereka

Kisah Ashabul Kahfi dan Bukti Nyata Keberadaan Mereka

Anda pernah mendengar kisah Ashabul Kahfi (para penghuni gua)?. Ashabul Kahfi ( اصحاب الکهف )‎ merupakan kisah tentang para pemuda shaleh yang tertidur lelap di dalam gua selama ratusan tahun. Kisah yang termaktub dalam agama Abrahamik (Samawi) ini diperkirakan terjadi jauh sebelum masa Nabi Muhammad SAW. Dalam versi Kristen, kisah ini dikenal dengan nama The Seven Sleepers dan digolongkan ke dalam legenda mitologi Kristen.

pemuda Ashabul Kahfi

Dalam Al Qur'an Surah Al-Kahfi ayat 9 hingga ayat ke 26 disebutkan:

"Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) Ar-Raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?" (QS. Al-Kahf: 9)

"(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, Ya Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami." (QS. Al-Kahf: 10)

"Maka Kami tutup telinga mereka di dalam gua itu selama beberapa tahun," (QS. Al-Kahf: 11)

"kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu)." (QS. Al-Kahf: 12)

"Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka," (QS. Al-Kahf: 13)

"dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru Tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran." (QS. Al-Kahf: 14)

"Mereka itu kaum kami yang telah menjadikan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka)? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?" (QS. Al-Kahf: 15)

"Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu." (QS. Al-Kahf: 16)

"Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas di dalam (gua) itu. Itulah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya." (QS. Al-Kahf: 17)

"Dan engkau mengira mereka itu tidak tidur, padahal mereka tidur; dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka membentangkan kedua lengannya di depan pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka, tentu kamu akan berpaling melarikan (diri) dari mereka dan pasti kamu akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka." (QS. Al-Kahf: 18)

"Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, Sudah berapa lama kamu berada (di sini)? Mereka menjawab, Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari. Berkata (yang lain lagi), Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun." (QS. Al-Kahf: 19)

"Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempari kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya." (QS. Al-Kahf: 20)

"Dan demikian (pula) Kami perlihatkan (manusia) dengan mereka, agar mereka tahu, bahwa janji Allah benar, dan bahwa (kedatangan) hari Kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika mereka berselisih tentang urusan mereka maka mereka berkata, Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka. Orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, Kami pasti akan mendirikan sebuah rumah ibadah di atasnya." (QS. Al-Kahf: 21)

"Nanti (ada orang yang akan) mengatakan, (Jumlah mereka) tiga (orang), yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan, (Jumlah mereka) lima (orang), yang keenam adalah anjingnya, sebagai terkaan terhadap yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, (Jumlah mereka) tujuh (orang), yang kedelapan adalah anjingnya. Katakanlah (Muhammad), Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit. Karena itu janganlah engkau (Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja dan jangan engkau menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada siapa pun." (QS. Al-Kahf: 22)

"Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, Aku pasti melakukan itu besok pagi," (QS. Al-Kahf: 23)

"kecuali (dengan mengatakan), Insya Allah. Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini." (QS. Al-Kahf: 24)

"Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun." (QS. Al-Kahf: 25)

"Katakanlah, Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); milik-Nya semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain Dia, dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan." (QS. Al-Kahf: 26)

Siapa Para Pemuda "Ashabul Kahfi" Ini? 


Sebagaimana tersirat dalam ayat Al Qur'an di atas, para tokoh dalam kisah Ashbabul Kahfi ini adalah para pemuda shaleh yang berusaha melarikan diri dari kekejaman Raja Dikyanus, seorang penguasa di wilayah Efesus. Raja Dikyanus memerintahkan bala tentaranya untuk membunuh orang-orang yang menolak untuk menyembah berhala, karena ia ingin mengembalikan ajaran agama Romawi kuno. Demi menyelamatkan agama dan iman mereka, para pemuda tersebut kemudian bersembunyi di dalam sebuah goa.

nama nama ashabul kahfi
via stringfixer.com

Menurut beberapa sejarawan Islam, nama-nama para pemuda tersebut yaitu Maxalmena, Martinus, Kastunus, Bairunus, Danimus, Yathbunus dan Thamlika, serta seekor anjing bernama Qithmir yang dipercaya sebagai satu-satunya anjing yang kelak masuk surga. Dalam Surah Al Kahfi Ayat 18 di atas juga disebutkan bahwa saat bersembunyi di dalam goa, para pemuda tersebut ditidurkan oleh Allah SWT hingga ratusan tahun berlalu, yakni selama kurang lebih 309 tahun lamanya. 

Bukti Nyata Peninggalan Ashabul Kahfi


Setelah berabad-abad lamanya, kisah yang telah diuraikan dalam Al Qur'an mengenai para pemuda "Ashabul Kahfi" ini belakangan terungkap persis melalui rangkaian temuan dan sejumlah penelitian. Pada tahun 1963, seorang arkeolog Yordania, Rafiq Wafa Ad-Dujaniy menemukan bahwa gua tempat persembunyian para pemuda tersebut terletak di daerah Ar-Raheib, sebelah selatan Amman, Yordania.

gua ashabul kahfi
via republika.co.id

Memang terkait lokasi goa Ashabul Kahfi ini masih diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa gua tersebut terletak di Asia, ada pula yang berpendapat goa itu berada di Skotlandia. Namun berdasarkan bukti-bukti historis, arkeologis, dan astronomis, besar kemungkinan bahwa gua tersebut memang terletak di sekitar delapan kilometer sebelah selatan Kota Amman, Yordania. Hal ini berdasarkan bukti-bukti sebagai berikut:

1. Bukti Historis


Beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa gua yang terdapat dalam Surah Al Kahfi itu berada di Gunung Raqim di Yordania. Di antara para sahabat Nabi itu adalah Ubadah ibn As-Shamit, Mu’awiyah ibn Abu Sufyan, dan Ibnu Abbas. Mereka mengaku pernah berkunjung ke sana dan melihat sisa tulang-belulang para penghuni gua tersebut. 

2. Bukti Arkeologis


Ditemukan adanya sebuah bangunan bersejarah di atas gua tersebut dan ternyata bangunan itu dahulu merupakan gereja dan beralih fungsi menjadi masjid pada masa kekuasaan Islam. Ditemukan pula tujuh pilar batu yang sudah tidak sama lagi tingginya dan dalam posisi membentuk lingkaran. Rupanya, itulah bangunan yang disebut dalam Surah Al Kahfi ayat 21:

"Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: 'Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka.' Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: 'Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya'."

Selain bangunan masjid, ditemukan pula sejumlah kuburan di dalam goa tersebut, persis sebagaimana telah dijelaskan dalam Al Qur'an. Kuburan-kuburan di atas batu tersebut empat di antaranya berada di lorong sebelah kanan pintu masuk gua dan empat lainnya ada di lorong sebelah kiri gua. Sedangkan tepat di persimpangan antara dua lorong tadi ditemukan kerangka anjing, beberapa keping uang, gelang, cincin, dan bejana berharga.

Kisah Ashabul Kahfi dan Bukti Nyata Keberadaan Mereka
via okezone.com

Seorang pakar geologi, Nazim Al Kailani, dalam penelitiannya mengatakan bahwa tanah gua dan lokasi dimana Gunung Raqim berada sangat berperan penting dalam menjaga keutuhan kondisi tubuh para penghuni gua. Sebab, tanah di lokasi tersebut diketahui mengandung karbohidrat, kalsium, dan magnesium serta tumbuhan dan hewan yang jenuh. 

Penelitian juga menemukan kesesuaian lubang gua sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur'an. Diketahui bahwa celah gua di sebelah selatan mengarah ke barat daya, sehingga ketika seseorang berdiri di dalam gua di waktu petang, maka posisi sinar matahari bergerak ke arah kanan dan menyorot orang yang berdiri serta memberi ruang untuk melihat ke arah pemandangan luar gua. Sinar matahari tidak memasuki gua pada tengah hari, sedangkan ketika matahari terbenam, sinar matahari sedikit dan sesaat memasuki gua.

Hal ini sama persis dengan apa yang dijelaskan dalam Al Qur'an Surah Al Kahfi Ayat 17:

"Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya."

Bukan hanya itu saja. Di dalam dinding gua juga pernah ditemukan adanya tulisan dalam berbagai bahasa kuno yang mengisyaratkan akan keesaan Allah SWT. Demikianlah pembahasan mengenai kisah para pemuda mukmin penghuni goa "Ashabul Kahfi" dan bukti nyata keberadaan mereka. Wallaahu A'lam

Sumber: wikipedia, republika.co.id, okezone.com

Selengkapnya
Kisah Syam'un As (Samson) dan Asal Muasal Malam Lailatul Qadar

Kisah Syam'un As (Samson) dan Asal Muasal Malam Lailatul Qadar

ilustrasi malam terang benderang

Pada setiap bulan Ramadhan, ada satu malam istimewa yang memiliki keutamaan tersendiri. Bahkan kabarnya hanya orang-orang tertentu yang dapat merasakan kedatangan malam yang agung ini. Malam yang istimewa ini adalah malam lailatul qadar. Pada malam lailatul Qadar inilah Allah menurunkan kitab suci Al Qur'an. Allah juga menjelaskan dalam surat Al Qadr bahwa malam lailatul Qadar ini lebih baik daripada 1000 bulan. 

Setiap umat Islam pasti berharap agar dapat dipertemukan dengan malam lailatul Qadar ini, sehingga dapat diisi dengan khusyu beribadah kepada Allah SWT. Dengan begitu maka kita akan mendapatkan keutamaan dari malam yang mulia ini. Terkait dengan malam lailatul Qadar yang dikatakan lebih baik daripada seribu bulan ini, ada satu riwayat yang menceritakan sebab turunnya surat Al Qadr, yakni surat dalam Al Qur'an yang menjelaskan mengenai malam lailatul Qadar beserta keutamaannya tersebut. 

Dikisahkan pada suatu hari saat berada di bulan Ramadhan, Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Tiba-tiba Rasulullah terlihat tersenyum-senyum sendiri. Para sahabat pun penasaran dan kemudian bertanya :

"Apa yang membuat engkau tersenyum, Wahai Rasulullah!". Maka Rasulullah menjawab: 

"Telah diperlihatkan kepadaku pada hari akhir (kiamat), yakni ketika semua manusia dikumpulkan di padang mahsyar. Tiba-tiba datang seorang Nabi yang tidak punya pengikut satupun dengan membawa pedang dan ia masuk ke dalam surga. Dialah Syam'un Al Ghazi."

Rasulullah pun kemudian bercerita kepada para sahabat mengenai kisah dari Nabi Syam'un ini.

Syam'un Al Ghazi (Samson) adalah seorang Nabi dari Bani Israil yang diutus di tanah Romawi. Sepanjang hidupnya, Syam'un telah memerangi kaum kafir yang menentang ketuhanan Allah SWT. Syam'un yang berambut panjang memiliki kemampuan dapat melunakan besi dan merobohkan istana. Dia juga memiliki senjata seperti pedang yang terbuat dari tulang rahang unta bernama Liha Jamal. Konon, dengan senjatanya ini ia dapat membunuh ribuan orang kafir. Dikisahkan setiap kali dia mengayunkan senjatanya kepada orang kafir, maka orang kafir tersebut akan mati seketika. Senjata ini memang ajaib, bahkan ketika Syam'un merasa haus dan lapar, maka dengan perantara senjatanya ini Allah memberikan makanan dan minuman kepadanya. 

Dengan kekuatannya yang luar biasa ini, kaum kafir merasa tidak sanggup lagi untuk menandingi kekuatan Syam'un, maka mereka pun membuat strategi baru. Mereka membujuk istri Syam'un yang kafir agar mau diajak bekerja sama untuk membunuh Syam'un. Salah seorang dari mereka berkata kepada istri Syam'un:

"Kami akan memberimu uang dan harta yang sangat banyak jika engkau bersedia membunuh suamimu". Istri Syam'un menjawab:

"aku tidak mampu membunuhnya". Orang kafir itu berkata lagi kepada istri Syam'un:

"jika begitu, kami akan memberimu tali yang sangat kuat. Saat Syam'un tidur, ikatlah kedua tangan dan kakinya dengan tali itu, selanjutnya biarlah kami nanti yang akan membunuhnya". 

Istri Syam'un yang kafir itu pun menyanggupi permintaan kaum kafir. Saat Syam'un sedang tidur, istrinya mengikat kedua tangan dan kaki Syam'un dengan tali pemberian dari kaum kafir. Saat Syam'un bangun, ia terkejut mendapati kedua tangan dan kakinya sudah dalam keadaan terikat tali yang sangat kuat. Syam'un pun bertanya kepada istrinya:

"Siapakah gerangan yang telah mengikatku?". Istrinya kemudian menjawab:

"akulah yang telah mengikatmu, sekadar untuk mencoba kekuatanmu saja", Rupanya istri Syam'un yang kafir itu sengaja menjawab demikian dengan pertimbangan bila ternyata suaminya nanti mampu melepaskan diri dari ikatan itu, maka hal itu tidak akan membahayakan dirinya. Benar saja, dengan satu ucapan doa, Syam'un dengan mudah dapat melepaskan tali yang mengikatnya itu. 

Mengetahui rencananya gagal, kaum kafir menyusun siasat baru. Mereka memberi istri Syam'un rantai untuk mengikat kedua tangan dan kaki Syam'un. Mereka berharap dengan diikat dengan rantai maka Syam'un tidak akan berdaya. Istri Syam'un yang kafir kembali menyanggupi permintaan kaum kafir. Saat Syam'un tidur, kedua tangan dan kakinya kembali diikat oleh istri Syam'un yang kali ini menggunakan rantai. Saat Syam'un bangun, ia kembali bertanya kepada istrinya:

"Siapakah gerangan yang telah mengikatku?". Istri Syam'un menjawab:

"aku yang melakukan itu,  sekadar untuk menguji kekuatanmu". Maka Syam'un pun lalu menarik tangannya, dan seketika dengan sekali hentakan rantai yang membelenggu tangan serta kakinya langsung terputus.

Karena penasaran, istri Syam'un kemudian bertanya kepada Syam'un:

"Kamu kan manusia, pasti suatu saat akan mati juga. Tapi apa dan bagaimana kelemahanmu?". Konon setelah berkali-kali dibujuk, akhirnya Syam'un membuka rahasia kekuatannya, ia berkata:

"Hai istriku, aku adalah Wali Allah. Tidak ada seorang pun yang sanggup menghancurkan kekuatanku. Kelemahanku yang sebenarnya adalah rambutku sendiri".

Syam'un memang memiliki rambut yang panjang, digambarkan bahwa ujung rambutnya akan menyentuh tanah saat ia berdiri. Setelah mengetahui kelemahan Syam'un, pada malam berikutnya saat Syam'un sedang tidur, istrinya memotong rambut Syam'un yang panjang dan kemudian diikatkan pada kedua tangan dan kaki Syam'un masing-masing empat helai rambut. Saat Syam'un bangun, ia bertanya lagi kepada istrinya:

"Siapakah gerangan yang mengikatku ini!". Istrinya lagi-lagi menjawab:

"Aku yang mengikatmu, untuk menguji kekuatanmu". 

Syam'un pun berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan ikatan itu, namun kali ini ia tidak berhasil. Dia tidak berdaya untuk memotongnya. 

Melihat usahanya kali ini berhasil, istri Syam'un yang kafir segera memberi tahukan hal ini kepada kaum kafir. Syam’un yang sudah tidak berdaya kemudian dibawa ke gedung istana untuk dieksekusi. Tubuhnya diikat pada tiang utama istana dan dipertontonkan kepada khalayak ramai. Kaum kafir kemudian memotong kedua telinga, bibir serta kedua tangan dan kakinya. Tidak hanya itu saja, Syam'un juga disiksa dengan dibutakan kedua matanya. Mereka berharap Syam'un akan mati perlahan-lahan dengan menahan siksaan-siksaan itu. 

Pada saat keadaan seperti itu, Allah menurunkan Malaikat Jibril untuk memberi bantuan kepada Syam’un. Malaikat Jibril berkata: 

"Apa permintaanmu pada Allah?". Syam'un menjawab: 

"Ya Allah, Aku mohon agar Engkau memberi kekuatan kepadaku, sehingga aku mampu meruntuhkan tiang bangunan ini dan aku akan hancurkan mereka semua dengan kekuatan Allah, Bismillaah, Laa haula walaa quwwata illaa billaah.."

Allah SWT pun mengabulkan doanya. Allah memberikan kekuatan yang luar biasa kepada Syam'un. Kemudian Syam'un menggerakkan tubuhnya, sehingga menyebabkan tiang bangunan menjadi roboh berhamburan, disusul ambruknya seluruh bangunan istana yang menimpa semua orang-orang kafir tanpa tersisa. Semuanya pun mati, termasuk istri Syam'un juga ikut mati. 

Syam'un sendiri diselamatkan oleh Allah SWT. Semua anggota tubuhnya dikembalikan seperti sedia kala. Setelah itu Syam'un mengabdikan hidupnya untuk kembali berjuang membela agama Allah, menumpas kekufuran dan kebathilan selama 1000 bulan tanpa henti. Selain itu, ia juga menyibukan diri dengan beribadah kepada Allah. Malam hari ia menjalankan shalat malam, sedang siang harinya ia berpuasa. Semuanya itu ia lakukan dalam waktu 1000 bulan lamanya. 

Setelah Rasulullah selesai menceritakan kisah Syam'un Al Ghazi ini, para sahabat menangis terharu. Salah seorang diantara mereka kemudian bertanya: 

"Wahai Rasulullah, tahukah engkau akan pahalanya (ibadah Syam'un)?". Rasulullah menjawab: 

"aku tidak mengetahuinya". 

Sesaat kemudian Allah menurunkan surat Al Qadr melalui Malaikat Jibril. Malaikat Jibril kemudian berkata:

"Wahai Muhammad, Allah memberi lailatul Qadar kepadamu dan umatmu, yang mana ibadah pada malam itu lebih utama daripada ibadah 1000 bulan."

Demikianlah kisah Syam'un Al Ghazi dan asal muasal malam lailatul Qadar. Sungguh beruntung seorang muslim yang bisa mendapatkan malam yang mulia ini dengan beribadah sepenuhnya kepada Allah, yang mana keutamaannya melebihi ibadah 1000 bulan (khairun min alfi syahr) sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Syam'un Al Ghazi As. Wallahu A'lam. 


Selengkapnya