Kita tahu bahwa salah satu yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah dibekalinya kita dengan akal dan juga nafsu. Akal memang selalu mengajak kepada kebaikan, tetapi nafsu sering kali berpotensi menjerumuskan kita kepada keburukan. Antara nafsu di satu pihak dan akal di pihak yang lain, terjadi saling tarik menarik dalam mempengaruhi dan menguasai jiwa seseorang. Nafsu yang mendapat dorongan syetan mendorong kita berbuat kejahatan, sedangkan sebaliknya, akal mengajak bertaqwa.
Dalam mengarungi kehidupan sehari-hari, kita diberi kebebasan untuk menentukan pilihan apakah mengikuti dorongan nafsu atau menuruti akalnya. Sebenarnya selain akal, Allah juga menganugerahkan kepada kita instrumen lain untuk bisa didayagunakan sebagai alat untuk membimbing nafsu agar manusia tetap berada dalam fitrahnya. Instrumen itu adalah hati (qalb) dan mata hati (bashirah).
Menurut Imam Al Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumiddin, hati (qalb) mempunyai dua pengertian. Pertama, hati ialah segumpal daging berbentuk bulat panjang yang terletak di dada sebelah kiri. Ia mempunyai tugas khusus yang di dalamnya terdapat rongga-rongga tempat darah hitam, dan menjadi sumber tempat penyimpanan ruh (nyawa). Sedangkan pengertian kedua, hati ialah sesuatu yang lembut, bersifat ketuhanan dan rohaniah yang ada hubungannya dengan hati dalam arti jasmaniah di atas. Hati ini dapat menangkap isyarat-isyarat dan ajaran (perintah dan larangan) dan mengenal Allah Rabbul 'Alamiin. Hati bisa menjadi alat efektif untuk membimbing nafsu, kalau pemiliknya bersih, ikhlas dan selalu berdzikir kepada Allah. Hati juga menjadi tolak ukur dan petunjuk ke arah baik dan benarnya tingkah laku kita.
Sedangkan mata hati (bashirah) adalah cahaya hati yang bisa melihat hakikat segala sesuatu. Ia tidak tertipu dengan tampilan luar dan bisa melihat hakikat kebaikan atau keburukan dibaliknya. Menurut Ibnul Qayyim al-Jawziah, bashirah adalah cahaya yang ditiupkan Allah ke dalam Qalb, oleh karena itu ia mampu memandang hakikat kebenaran seperti halnya pandangan mata. Bashirah ini juga dapat menangkap isyarat-isyarat ghaib. Terdapat hubungan erat antara akal, hati (qalb) dan mata hati (bashirah) dalam memahami suatu fenomena dan keadaan.
Dengan akal, hati dan mata hati untuk membimbing nafsu, kita juga tetap memerlukan kesadaran, kesabaran dan upaya terus menerus dalam memelihara iman agar kita bisa mencegah dominasi nafsu terhadap diri kita. Oleh karenanya kita disarankan untuk menempuh langkah-langkah berikut ini:
1. Pelajari, pahami dan berusaha sekuat tenaga untuk mengamalkan ajaran agama dan tuntunan-tuntunan hidup sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
2. Tingkatkan keikhlasan beribadah secara konsisten (istiqamah), dan berusaha memperbaiki akhlaq, baik terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia.
3. Berniat secara sungguh-sungguh untuk mengalahkan hawa nafsu, antara lain dengan cara membiasakan hidup wajar, tidak berlebihan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, tidak membesar-besarkan orientasi hidup duniawi dan memperbanyak dzikir kepada Allah.
4. Jangan melakukan sesuatu sebelum kita benar-benar yakin bahwa hal itu benar, baik, bermanfaat dan tidak membahayakan. Jika terjadi pertentangan batin, berpihaklah selalu kepada kata hati walaupun mungkin terasa berat. Kita pasti bisa berbuat seperti itu jika kita mau.
5. Gunakanlah pertimbangan-pertimbangan qalbun salim dan akal sehat sebelum melakukan sesuatu pekerjaan. Dengan kata lain, kita harus menyadari bahwa tindakan emosional selalu berakibat tidak menyenangkan.
6. Pertajam indera keenam (bashirah) untuk melihat kebenaran Ilahiah yang hakiki.
7. Kembangkan kemampuan menahan diri/nafsu, tidak emosional dalam melakukan suatu tindakan. Hilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang kita miliki. Tidak mesti drastis, tapi bisa secara bertahap.
8. Jauhkan diri kita dari pengaruh dan dominasi syetan. Kita mengetahui bahwa sebagaimana yang diberitahukan Allah dalam firmanNya, syetan tidak pernah berhenti berusaha menyesatkan dan menyelewengkan kehidupan manusia. Mereka bahkan memproklamirkan diri sebagai musuh seluruh anak Adam. Maka dengan berbagai cara, mereka selalu menggoda, membujuk dan mengiming-imingi kita agar menyimpang, melakukan kesalahan, kezaliman, kemudharatan dan kerusakan. Oleh karenanya, kita mesti tekadkan dalam diri kita untuk senantiasa memerangi syetan, jangan sampai kita jatuh dalam bujuk rayunya.
9. Jangan berlebihan mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat mempertinggi emosi dan merangsang syahwat bahimiyah dan biologis.
10. Biasakan berpuasa sunnah, karena puasa itu bisa menangkal keberingasan dan keliaran nafsu.
Demikianlah langkah-langkah yang perlu kita jalankan untuk dapat membimbing nafsu kita agar dapat kita kendalikan sesuai tuntunan dari Allah. Jika nafsu dapat kita didik dengan baik, maka ia akan menjadi nafsu muthmainnah, jiwa yang tenang, yang mendapatkan keridhaan dari Allah SWT.
Demikianlah langkah-langkah yang perlu kita jalankan untuk dapat membimbing nafsu kita agar dapat kita kendalikan sesuai tuntunan dari Allah. Jika nafsu dapat kita didik dengan baik, maka ia akan menjadi nafsu muthmainnah, jiwa yang tenang, yang mendapatkan keridhaan dari Allah SWT.
''Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari perolehan ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu', dari nafsu yang tidak pernah kenal puas, dan dari permohonan doa yang tidak dikabulkan'' (HR. Muslim)
''Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kemungkaran-kemungkaran dan jahatnya akhlak, amal perbuatan dan hawa nafsu'' (HR. Tirmidzi)
''Ya Allah, ilhamkanlah kepadaku petunjuk dan lindungi aku dari keburukan nafsu/jiwaku'' (HR. Tirmidzi)
Dikutip dari tulisan Alm. Drs. H. M. Ihsan Hadisaputra, dalam buku Penyejuk Hati Penjernih Pikiran, semoga Allah melimpahkan rahmat dan ampunan kepadanya.
Labels:
Refleksi
Thanks for reading Langkah-langkah untuk Membimbing Nafsu. Please share...!
0 Komentar untuk "Langkah-langkah untuk Membimbing Nafsu"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.