Menyikapi Serbuan Informasi dan Berita Hoax

Informasi palsu

Dewasa ini kita banyak mendapati ramainya berita palsu atau istilah sekarang disebut hoax. Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, dengan mudahnya akses informasi lewat internet dan media sosial seperti whatsapp, facebook, twitter dan sebagainya, kita dapat dengan begitu mudahnya mencari dan mendapat informasi mengenai apapun dan dari sumber manapun. 

Kecenderungan seperti ini tanpa kita sadari berpotensi membuat kita mudah percaya dengan informasi-informasi itu, tanpa kita menyaring (filter) terlebih dahulu kebenarannya. Bahkan tidak jarang informasi yang kita dapatkan dari media sosial itu langsung kita sebarkan kembali dengan membagikannya kepada keluarga, saudara dan teman kita.

Kita memang tidak boleh ketinggalan informasi agar bisa menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Kita mesti menyerap informasi sebanyak mungkin untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita. Namun kita juga mesti bersifat kritis dan juga berfikir objektif dalam menangkap informasi-informasi yang kita dapatkan. 

Dengan begitu, kita dapat mengenali, memilih, memisahkan dan membedakan mana informasi yang benar (valid) dan mana yang palsu (hoax). Sifat kritis dan objektif ini mesti kita miliki agar kita tidak mudah terjerumus dalam kesalahan dan kesalahpahaman. 

Sebenarnya berkenaan dengan hal di atas, Allah telah memberi petunjuk kepada kita mengenai bagaimana  sikap kita dalam menyikapi sebuah berita atau informasi yang kita terima. Dalam surat Al Hujarat, 6 Allah berfirman:

''Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.''

Dalam asbabun nuzulnya, ayat ini turun berkenaan kasus dua orang sahabat Nabi, Al Walid bin 'Uqbah dan Al Harits bin Dhirar. Suatu ketika, Rasulullah mengutus Al Walid bin' Uqbah kepada Al Harits bin Dhirar untuk mengumpulkan zakat dari kaumnya. 

Dalam rangka menyambut utusan Rasulullah ini, Al Harits mengumpulkan kaumnya dalam jumlah yang cukup besar. Namun karena salah menerima informasi, kerumunan itu dikira oleh Al Walid sebagai sebuah unjuk rasa untuk menolak pengumpulan zakat.

Utusan Rasulullah (Al Walid) pun segera kembali ke Madinah dan melaporkan bahwa Al Harits dan kaumnya telah melakukan sebuah pemberontakan. Mendengar laporan ini, beberapa pemuda Muhajirin dan Anshar kemudian menyiapkan penyerangan. 

Sebelum terjadinya serangan, maka turunlah ayat tersebut. Bisa kita bayangkan seandainya Allah tidak mengingatkan, pasti akan terjadi pertumpahan darah antar umat Islam hanya karena berita yang tidak akurat dan tidak diteliti kebenarannya.

Dalam Islam, sikap kritis dan objektif dalam menerima suatu berita ini disebut juga dengan tabayyun. Sebagai Umat Islam, sebelum mempercayai suatu informasi, kita mesti waspada, kita tidak boleh terburu-buru percaya dan terima mentah-mentah begitu saja, kita mesti lakukan tabayyun terlebih dahulu, kroscek atau cari kejelasan dan kebenaran terhadap berita-berita itu. 

Jika terbukti kebenarannya, berita itu baru boleh diterima. Namun jika terbukti dusta, maka kita harus membuangnya dan tidak boleh diamalkan apalagi disebarkan. Dalam sebuah riwayat dari Qatadah disebutkan, ''At-Tabayyun minallah wal ‘ajalatu minasy syaithan'' (sikap tabayun adalah perintah dari Allah, sedangkan terburu-buru adalah dari syaitan). 

Menyerap sebanyak mungkin informasi bukan berarti melahap semua informasi yang kita terima dari berbagai sumber, melainkan kita mesti memilah-milah mana informasi (berita) yang benar dan mana informasi (berita) yang salah, mana yang benar-benar memberikan penerangan dan mana yang hakikatnya menjerumuskan dan menyesatkan. 

Informasi yang benar kita terima dan bisa kita bagikan, sedangkan informasi yang palsu dan sesat kita buang di tempat sampah. Jika kita ragu dalam mencari kebenaran suatu informasi, kita juga dapat menanyakan dan meminta kejelasan dari orang yang lebih mengerti atau memiliki keahlian dalam bidang tersebut. Dengan demikian, kita akan mendapatkan kejelasan dan hasil yang lebih akurat untuk bisa kita percayai.

Labels: Refleksi

Thanks for reading Menyikapi Serbuan Informasi dan Berita Hoax. Please share...!

0 Komentar untuk "Menyikapi Serbuan Informasi dan Berita Hoax"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.