Al Qur'an merupakan kitab suci dan pedoman bagi Umat Islam di seluruh dunia. Salah satu keunikan Al Qur'an adalah bahwa Keaslian dan kemurnian Al Qur'an tidak berubah dan terjaga hingga akhir zaman. Sejarah penulisan dan pembukuan Al Qur'an banyak diterangkan dalam buku-buku sejarah islam, hingga naskah Al Qur'an dapat tersebar keseluruh penjuru dunia.
Pada juli 2015, berita mengejutkan muncul ketika pihak Universitas Birmingham di Inggris mengungkapkan bahwa mereka memiliki fragmen dari salah satu Al Quran tertua di dunia. Fragmen tersebut diketahui terbuat dari kulit domba dengan tulisan bergaya khat kufi yang masih dapat terbaca. Meskipun hanya dua lembar naskah yang ada, tetapi pihak Birmingham menyatakan bahwa koleksi lengkap akan terdiri dari sekitar 200 lembar yang terpisah.
Mereka telah melakukan penelitian melalui serangkaian tes ilmiah yang membuktikan bahwa naskah Al Quran yang mereka miliki adalah salah satu teks tertua dan mungkin ditulis oleh orang dekat Nabi Muhammad. Muncul klaim yang mengatakan bahwa fragmen ini bisa jadi merupakan fragmen dari versi lengkap Al Quran pertama, yang ditulis pada masa Abu Bakar, Khalifah pertama. Jika demikian tentunya ini menjadi penemuan penting bagi dunia Islam.
Pertanyaan mendasar yang muncul adalah bagaimana naskah Al Qur'an tersebut bisa sampai kesana. Fragmen Al Qur'an di Birmingham diketahui setidaknya telah berusia 1.370 tahun dan pernah tersimpan di masjid tertua di Mesir, Masjid Amr ibn al-As di Fustat. Berdasarkan penelitian dan uji coba yang dilakukan para akademisi, mereka percaya bahwa fragmen naskah Al Qur'an yang berada di Birmingham memiliki kecocokan dengan fragmen Al Qur'an yang berada di Perpustakaan Nasional Perancis, Bibliotheque Nationale de France.
Pakar Sejarawan Quran dan akademisi di College de France, Francois Deroche menegaskan bahwa fragmen di Paris merupakan bagian dari Al Quran yang sama dengan fragmen yang ada di Birmingham. Hal itu juga dikuatkan dengan pernyataan yang sama dari Alba Fedeli, peneliti yang pertama kali mengidentifikasi naskah di Birmingham. Bahkan diketahui juga bahwa ternyata naskah Al Qur' an yang berada di Paris juga berasal dari Masjid Amr ibn al -As di Fustat.
Deroche menjelaskan bahwa pada abad ke-19, manuskrip dipindahkan dari masjid di Fustat ke perpustakaan nasional di Kairo. Namun dalam perjalanannya beberapa lembar dijual diam-diam memasuki pasar barang antik. Lembaran-lembaran tersebut mungkin dijual dan dijual kembali, sampai pada tahun 1920 mereka diakuisisi oleh Alphonse Mingana, warga Suriah yang melakukan perjalanan ke Timur Tengah dengan didanai oleh keluarga Cadbury, dan akhirnya dibawa ke Birmingham. Deroche juga mengatakan bahwa fragmen sejenis lainnya juga dijual ke para kolektor Barat, dan hingga kini masih menunggu untuk ditemukan.
Sementara Fragmen yang berada di Paris dibawa dari Mesir oleh Asselin de Cherville, seorang pejabat wakil konsul di Mesir ketika Mesir masih berada di bawah kendali tentara Napoleon pada awal abad ke-19. Deroche mengatakan bahwa janda Asselin de Cherville sepertinya telah mencoba untuk menjual manuskrip ini dan manuskrip Islam kuno lainnya ke Perpustakaan Inggris pada tahun 1820-an, tetapi akhirnya mereka justru berakhir di perpustakaan nasional di Paris, dan tetap di sana sejak saat itu.
Hal yang masih menjadi perdebatan adalah mengenai berasal dari tahun berapa dan pada zaman siapa naskah Al Qur'an di Birmingham itu ditulis. David Thomas, profesor Kristen dan Islam Universitas Birmingham menjelaskan bahwa naskah diperkirakan berasal dari tahun-tahun awal Islam. Hal itu dibuktikan melalui pengujian radiokarbon yang menempatkan naskah itu berasal antara kisaran tahun 568 dan 645 M. Studi lebih lanjut juga mengungkap bahwa naskah itu bertanggal dalam kisaran 13 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad pada 632 M.
Jamal bin Huwareib, managing director dari Mohammad bin Rasyid Al Maktoum Foundation, sebuah yayasan pendidikan yang didirikan oleh penguasa Uni Emirat Arab, mengatakan bahwa hasil penelitian ini membuktikan naskah di Birmingham adalah bagian dari versi pertama Al Quran yang ditulis komprehensif dan dirakit oleh Abu Bakar, khalifah pertama Muslim yang memerintah antara 632 dan 634 M. Bahkan setelah ia menyaksikan sendiri naskah tersebut di Universitas Birmingham, ia yakin bahwa naskah tersebut adalah Al Quran dari Abu Bakar.
Dia juga mengatakan bahwa kualitas tinggi tulisan tangan dan perkamen menunjukkan bahwa lembaran tersebut merupakan mahakarya yang dibuat untuk seseorang yang penting. Naskah tersebut adalah akar Islam dan akar dari Al Quran.
Adapun mengenai keakuratan hasil uji radiokarbon, Staf di unit akselerator radiokarbon Oxford University, yang menguji tanggal perkamen, yakin bahwa temuan mereka benar. Mereka juga yakin bahwa mereka telah melakukan penanggalan dengan akurat. Peneliti David Chivall juga mengatakan bahwa keakuratan penanggalan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan pendekatan yang lebih dapat diandalkan untuk menghilangkan kontaminasi dari sampel.
Meskipun hasil uji radiokarbon diyakini telah akurat, sejumlah pakar menganggap hasil tersebut tidak berarti menunjukan bahwa naskah tersebut berasal dari periode awal Islam. Diantara alasannya adalah bahwa hasil penanggalan uji radiokarbon bertentangan dengan temuan akademisi yang berdasar pada analisis mereka terhadap gaya teks naskah.
Mustafa Shah, dari Departemen Studi Islam di School of Oriental and African Studies in London, mengatakan bahwa "bukti grafis", seperti bagaimana ayat-ayat dipisahkan dan tanda gramatikal, menunjukkan naskah tersebut berasal dari tanggal sesudahnya.
Selain dari gaya teks naskah, ada juga kemungkinan bahwa penanggalan hasil uji radiokarbon didasarkan pada kematian hewan yang kulitnya digunakan untuk perkamen, bukan ketika naskah itu selesai ditulis. Jika demikian berarti bisa saja naskah tersebut ditulis beberapa tahun kemudian dari rentang akhir di tahun 645, dengan Prof Thomas menunjukkan kemungkinan dari 650-655 M.
Hal ini tentunya akan menjadi tumpang tindih dengan produksi salinan mushaf Al Qur'an pada masa pemerintahan khalifah Utsman antara 644 dan 656 M. Pada masa itu telah dibuat beberapa salinan Al Qur'an versi standar yang disebut Mushaf Utsmani dan disebarkan kepada komunitas-komunitas Muslim pada masa itu.
Memang tidak mungkin membuktikan atau menyangkal teori tersebut, artinya jika naskah Birmingham adalah sebuah fragmen dari salah satu salinan tersebut, maka ini juga tetap akan menjadi hasil penemuan yang spektakuler.
Hasil pengujian bisa saja benar dan tidak bisa diabaikan bahwa bisa saja fragmen tersebut berasal dari naskah kuno yang dikumpulkan oleh Zaid bin Tsabit di bawah kepemimpinan Abu Bakar. Tetapi tidak bisa diabaikan pula bahwa bisa saja naskah Birmingham merupakan salinan dari salinan Al Qur'an produksi Usman yang dibuat khusus untuk masjid di Fustat.
Meskipun begitu, penemuan ini tetap merupakan salah satu penemuan penting yang pernah ada bagi dunia Islam. Penemuan yang tidak ternilai ini juga bisa menjadi sebuah revolusi dalam mempelajari Islam. Selain itu, penemuan ini juga seperti mengirim pesan saling toleransi antar agama.
Disarikan dari kompas.com
Labels:
Info & Sains
Thanks for reading Penemuan Naskah Kuno Al Quran Tertua di Birmingham, Inggris.. Please share...!
0 Komentar untuk "Penemuan Naskah Kuno Al Quran Tertua di Birmingham, Inggris."
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.