Mahatma Gandhi pernah mengatakan "Bumi (alam) telah menyediakan kecukupan untuk memenuhi kebutuhan manusia, akan tetapi semua itu tidak akan pernah cukup untuk memenuhi keserakahan manusia". Tampaknya ungkapan ini menjadi peringatan bagi kita supaya sadar kembali akan apa yang telah kita lakukan kepada bumi tempat kita tinggal ini. Kebutuhan semua manusia memang dapat diperhitungkan dan dicukupi oleh sumber alam yang ada di muka bumi ini. Tetapi untuk memenuhi semua keinginan manusia yang tiada habisnya, alam tidak akan pernah bisa mencukupinya, bahkan pemaksaan terhadapnya pada kenyataannya justru akan merusak dan memperburuk keadaan alam.
Dalam Islam terdapat tiga relasi manusia yang wajib dijalankan oleh setiap umatnya. Pertama, hubungan manusia dengan Allah (hablu min Allah), kedua, hubungan manusia dengan sesama manusia (hablu min an-nas), dan ketiga, hubungan manusia dengan alam (hablu min al alam). Ketiga hubungan ini harus diterapkan secara baik dan proporsional untuk terciptanya kehidupan yang harmonis.
Dari ketiga hubungan di atas, sering kali manusia 'lupa' dalam menjalankan hubungan baik dengan alam. Kewajiban untuk menjaga kelestarian alam sering kali diabaikan. Alam justru hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu keserakahan manusia. Maka yang terjadi kemudian adalah terjadinya ketidakseimbangan. Alam pun menunjukkan kemarahannya, sehingga berakibat mengancam kehidupan manusia itu sendiri. Bencana alam seperti banjir besar, tanah longsor, angin topan dan bencana-bencana lain terjadi di mana-mana.
Pernahkah kita renungkan mengapa bencana-bencana itu semua bisa terjadi?. Pemanasan global menjadi faktor penting dibalik terjadinya bencana-bencana ini. Pemanasan global (Global Warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Pemanasan global akan diikuti dengan perubahan iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sementara di belahan bumi lain akan terjadi musim kering berkepanjangan yang disebabkan kenaikan suhu. Perubahan iklim secara global ini juga dapat berdampak pada musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati, melelehnya deretan gunung es di kutub utara dan selatan, dan naiknya permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas. Bahkan pada tahun 2100 diperkirakan akan banyak pulau di dunia akan tenggelam.
Sebetulnya gejala dari global warming pada awalnya merupakan gejala alam yang normal, karena pemanasan diperlukan untuk menjaga temperatur bumi supaya tidak menjadi beku, atau dengan kata lain kalau bumi tidak mendapat pemanasan maka suhu di bumi bisa menjadi dingin membeku seperti pada zaman es yang pernah terjadi pada 15.000 tahun yang lalu. Pemanasan pada permukaan bumi dikenal dengan istilah ‘Efek Rumah Kaca’ atau Greenhouse Effect. Proses ini berawal dari sinar Matahari yang menembus lapisan udara (atmosfer) dan memanasi permukaan bumi.
Permukaan bumi yang menjadi panas menghangatkan udara yang berada tepat di atasnya. Karena menjadi ringan, udara panas tersebut naik dan posisinya digantikan oleh udara sejuk. Sebagian dari udara panas yang naik ke atas ditahan dan dipantulkan kembali ke permukaan oleh lapisan gas di atmosfer bumi yang terdiri dari Karbon Dioksida, Metan dan Natrium Oksida. Udara panas yang dipantulkan tersebut berfungsi untuk menjaga temperatur bumi supaya tidak menjadi beku. Proses pemantulan udara panas untuk menghangatkan bumi inilah yang disebut dengan efek rumah kaca.
Akan tetapi proses alam yang normal ini berubah menjadi tidak sehat saat manusia mulai berulah. Aktivitas manusia yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara serta kegiatan lain yang berhubungan dengan pemanfaatan hutan dan lahan pertanian yang berlebihan secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu peningkatan jumlah gas rumah kaca secara global, salah satunya gas karbon.
Aktivitas penggunaan emisi karbon seperti yang banyak dilakukan oleh sektor industri di Amerika Serikat, China, Australia, Jepang dan Rusia terbukti menjadi penyebab meningkatnya suhu panas bumi karena banyaknya produksi menggunakan energi fosil. Proses pembakaran energi dari bumi ini ternyata menghasilkan gas buangan yang berupa karbon dioksida. Otomatis, kadar lapisan gas rumah kaca yang menahan dan memantulkan kembali udara panas ke bumi menjadi semakin banyak. Kalau bumi terus menerus terkena pemanasan ini, maka efek pertama yang terjadi adalah tingginya temperatur udara. Hal ini menyebabkan suhu menjadi luar biasa panas, sehingga berbahaya bagi keberlangsungan hidup manusia.
Selain emisi karbon, penggunaan Chloro Fluoro Carbon (CFC) juga merupakan faktor lain penyebab terjadinya global warming ini. CFC biasa digunakan sebagai media pendingin dan gas pendorong spray aerosol. CFC sangat kuat untuk melubangi lubang ozon, sehingga akan meningkatkan bahaya akibat radiasi ultraviolet yang mencapai permukaan bumi. Penipisan lapisan ozon ini juga menimbulkan banyak ancaman terhadap kesehatan manusia dan kehidupan di bumi. Oleh karena itu, penggunaan CFC dalam aerosol telah dilarang di Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia.
Aktivitas manusia dalam pemanfaatan hutan dan lahan pertanian yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab juga turut menyumbang terjadinya kerusakan alam. Sebagaimana diketahui hutan sebagai penyerap racun karbon terbesar kini telah rusak. Eksploitasi hutan yang dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak bermoral mengakibatkan hutan menjadi gundul. Penjarahan hutan atau penebangan liar juga menyebabkan deforestasi besar-besaran karena tidak diimbangi dengan pelestarian dan reboisasi.
Banyaknya hutan di bumi yang terbakar juga menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global. Seperti misalnya pada kejadian kebakaran hutan berskala besar di Indonesia pada tahun 1997-1998, diestimasi sekitar 10 juta hektar lahan yang rusak atau terbakar, dengan kerugian untuk Indonesia terhitung 3 milyar dollar Amerika. Kejadian ini sekaligus melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 0,81-2,57 Gigaton karbon ke atmosfer (setara dengan 13-40% total emisi karbon dunia yang dihasilkan dari bahan bakar fosil per tahunnya) yang berarti menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global.
Dampak negatif dari kebakaran hutan dan lahan sangat dirasakan terutama oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya kepada hutan, satwa liar (seperti gajah, harimau, dan orang utan) yang kehilangan habitatnya, sektor transportasi karena terganggunya jadwal penerbangan, dan juga masyarakat secara keseluruhan yang terganggu kesehatannya karena terpapar polusi asap dari kebakaran.
Pernahkah kita renungkan mengapa bencana-bencana itu semua bisa terjadi?. Pemanasan global menjadi faktor penting dibalik terjadinya bencana-bencana ini. Pemanasan global (Global Warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Pemanasan global akan diikuti dengan perubahan iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sementara di belahan bumi lain akan terjadi musim kering berkepanjangan yang disebabkan kenaikan suhu. Perubahan iklim secara global ini juga dapat berdampak pada musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati, melelehnya deretan gunung es di kutub utara dan selatan, dan naiknya permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas. Bahkan pada tahun 2100 diperkirakan akan banyak pulau di dunia akan tenggelam.
Sebetulnya gejala dari global warming pada awalnya merupakan gejala alam yang normal, karena pemanasan diperlukan untuk menjaga temperatur bumi supaya tidak menjadi beku, atau dengan kata lain kalau bumi tidak mendapat pemanasan maka suhu di bumi bisa menjadi dingin membeku seperti pada zaman es yang pernah terjadi pada 15.000 tahun yang lalu. Pemanasan pada permukaan bumi dikenal dengan istilah ‘Efek Rumah Kaca’ atau Greenhouse Effect. Proses ini berawal dari sinar Matahari yang menembus lapisan udara (atmosfer) dan memanasi permukaan bumi.
Permukaan bumi yang menjadi panas menghangatkan udara yang berada tepat di atasnya. Karena menjadi ringan, udara panas tersebut naik dan posisinya digantikan oleh udara sejuk. Sebagian dari udara panas yang naik ke atas ditahan dan dipantulkan kembali ke permukaan oleh lapisan gas di atmosfer bumi yang terdiri dari Karbon Dioksida, Metan dan Natrium Oksida. Udara panas yang dipantulkan tersebut berfungsi untuk menjaga temperatur bumi supaya tidak menjadi beku. Proses pemantulan udara panas untuk menghangatkan bumi inilah yang disebut dengan efek rumah kaca.
Akan tetapi proses alam yang normal ini berubah menjadi tidak sehat saat manusia mulai berulah. Aktivitas manusia yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara serta kegiatan lain yang berhubungan dengan pemanfaatan hutan dan lahan pertanian yang berlebihan secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu peningkatan jumlah gas rumah kaca secara global, salah satunya gas karbon.
Aktivitas penggunaan emisi karbon seperti yang banyak dilakukan oleh sektor industri di Amerika Serikat, China, Australia, Jepang dan Rusia terbukti menjadi penyebab meningkatnya suhu panas bumi karena banyaknya produksi menggunakan energi fosil. Proses pembakaran energi dari bumi ini ternyata menghasilkan gas buangan yang berupa karbon dioksida. Otomatis, kadar lapisan gas rumah kaca yang menahan dan memantulkan kembali udara panas ke bumi menjadi semakin banyak. Kalau bumi terus menerus terkena pemanasan ini, maka efek pertama yang terjadi adalah tingginya temperatur udara. Hal ini menyebabkan suhu menjadi luar biasa panas, sehingga berbahaya bagi keberlangsungan hidup manusia.
Selain emisi karbon, penggunaan Chloro Fluoro Carbon (CFC) juga merupakan faktor lain penyebab terjadinya global warming ini. CFC biasa digunakan sebagai media pendingin dan gas pendorong spray aerosol. CFC sangat kuat untuk melubangi lubang ozon, sehingga akan meningkatkan bahaya akibat radiasi ultraviolet yang mencapai permukaan bumi. Penipisan lapisan ozon ini juga menimbulkan banyak ancaman terhadap kesehatan manusia dan kehidupan di bumi. Oleh karena itu, penggunaan CFC dalam aerosol telah dilarang di Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia.
Aktivitas manusia dalam pemanfaatan hutan dan lahan pertanian yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab juga turut menyumbang terjadinya kerusakan alam. Sebagaimana diketahui hutan sebagai penyerap racun karbon terbesar kini telah rusak. Eksploitasi hutan yang dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak bermoral mengakibatkan hutan menjadi gundul. Penjarahan hutan atau penebangan liar juga menyebabkan deforestasi besar-besaran karena tidak diimbangi dengan pelestarian dan reboisasi.
Banyaknya hutan di bumi yang terbakar juga menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global. Seperti misalnya pada kejadian kebakaran hutan berskala besar di Indonesia pada tahun 1997-1998, diestimasi sekitar 10 juta hektar lahan yang rusak atau terbakar, dengan kerugian untuk Indonesia terhitung 3 milyar dollar Amerika. Kejadian ini sekaligus melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 0,81-2,57 Gigaton karbon ke atmosfer (setara dengan 13-40% total emisi karbon dunia yang dihasilkan dari bahan bakar fosil per tahunnya) yang berarti menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global.
Dampak negatif dari kebakaran hutan dan lahan sangat dirasakan terutama oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya kepada hutan, satwa liar (seperti gajah, harimau, dan orang utan) yang kehilangan habitatnya, sektor transportasi karena terganggunya jadwal penerbangan, dan juga masyarakat secara keseluruhan yang terganggu kesehatannya karena terpapar polusi asap dari kebakaran.
Seperti terdapat dalam satu lingkaran, selain berkontribusi terhadap akumulasi gas rumah kaca di atmosfer dengan bertambahnya emisi karbon dunia, kebakaran hutan dan lahan juga dipicu oleh meningkatnya pemanasan global itu sendiri, akan tetapi penyebab utama tetap merupakan akibat ulah manusia yang melakukan pembakaran dalam upaya pembukaan hutan dan lahan untuk hutan tanaman industri, perkebunan, pertanian atau sebagai tempat permukiman baru.
Pengendalian dan pelestarian hutan sebetulnya merupakan suatu cara yang efektif dalam penanggulangan dampak pemanasan global yang tengah terjadi. Beberapa kemungkinan penyebab emisi karbon dapat direduksi dengan penanaman kembali beberapa jenis pohon yang dapat menyerap dan menanggulangi dampak dari hal tersebut. Dengan demikian perubahan iklim serta kerugian-kerugian bagi kehidupan pun akan dapat terkendalikan dengan baik.
Berkaca dari peristiwa-peristiwa tersebut, benarlah apa yang telah difirmankan Allah dalam Surat al-Ruum ayat 41 bahwa penyebab kerusakan di bumi adalah ulah manusia sendiri yang telah berlebih-lebihan dan melampaui batas. Mereka berlomba-lomba untuk memenuhi semua keinginan nafsu yang tiada batasnya, memperkaya diri dengan menguasai alam secara semena-semena, sehingga tidak memperhitungkan dampak yang akan ditimbulkannya.
Kemajuan teknologi yang sejatinya bertujuan untuk kesejahteraan umat manusia pun tampaknya telah melenceng dari apa yang direncanakan. Penghijauan yang coba dilakukan justru hanya akan bertentangan dengan perkembangan teknologi, selama kuasa manusia tidak dibatasi dengan kesadaran kembali kepada alam. Pada titik ini tampaknya manusia tidak bisa membendung segala ambisi atau keinginannya yang terus berkembang. Ambisi untuk dapat menguasai segalanya, sampai seakan-akan tidak ada sesuatu pun yang tidak dapat dikuasainya.
Keinginan-keinginan manusia yang tidak terkendali ini telah membuatnya lupa akan tanggung jawabnya sebagai pengemban mandat Tuhan di bumi (khalifah fil ardh). Padahal jika saja kita mau berlaku baik terhadap alam, menggunakannya dengan bertanggung jawab, yakni dengan tetap menjaga akan kelestarian lingkungan hidup, niscaya keseimbangan ekosistem akan tetap terjaga dengan baik dan selanjutnya akan berdampak positif pula terhadap keberlangsungan kehidupan manusia.
Sudah saatnya bagi kita untuk pahami kembali konsep menjaga hubungan baik dengan alam. Kita pahami bahwa terjadinya berbagai bencana di muka bumi ini merupakan teguran dari Allah supaya kita merasakan sebahagian dari akibat perbuatan kita, agar kita kembali ke jalan yang benar. Kita pahami bahwa ada perbedaan besar antara kebutuhan dan keinginan (syahwat). Dengan demikian, kita akan sadar bahwa semua tindakan berlebihan pada akhirnya justru akan merugikan manusia sendiri. Sesungguhnya Allah telah menciptakan alam dengan segala keseimbangannya, namun perilaku manusia sendiri yang kemudian merusaknya.
dari berbagai sumber.
Labels:
Info & Sains,
Refleksi
Thanks for reading Alam, Global Warming dan Keserakahan Manusia. Please share...!
0 Komentar untuk "Alam, Global Warming dan Keserakahan Manusia"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.