Pada artikel sebelumnya telah diuraikan biografi dari penulis tafsir Jalalain yang pertama yaitu Jalaluddin al-Mahalli. Pada artikel kali ini, akan saya uraikan biografi penulis yang kedua yaitu Jalaluddin as-Suyuthi.
Sebagaimana disebutkan di dalam kitabnya, Tafsir Jalalain. Di akhir pembahasan surat al-Isra, Jalaluddin as-Suyuthi mengatakan bahwa pada awalnya tidak pernah terbesit dalam benak beliau untuk melanjutkan apa yang telah ditulis oleh Jalaluddin al-Mahalli ini. Beliau dengan sikap tawadhu'nya mengatakan bahwa beliau menyadari akan kelemahannya untuk menyelami bidang yang telah ditulis oleh al-Mahalli ini. Namun setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya kemudian beliau bersedia melanjutkannya. Beliau menulis:
"Pada mulanya kami tidak berminat menulis tafsir ini, akan tetapi, demi memelihara diri daripada apa yang telah disebutkan firman-Nya, "Dan barangsiapa yang buta hatinya di dunia ini, niscaya di akhirat nanti ia akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan yang benar" (Qs. Al-Israa/17:72) maka kami tulis tafsir ini".
Penulisan kitab tafsir Jalalain ini rampung pada hari Ahad, 10 Syawwal 870 H. Permulaan penulisannya (ĺanjutan dari as-Suyuthi) pada hari Rabu, awal Ramadhan 870 H. dan konsep jadi selesai dirampungkan pada hari Rabu, 6 Shafar 871 H.
Jalaluddin as-Suyuthi
Nama lengkap beliau adalah Abdurrahman bin Kamal Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiquddin bin Fakhr Utsman bin Nadziruddin Muhammad bin Saifuddin Khidr bin Najmuddin bin Abi ash-Shalah Ayyub bin Nashiruddin Muhammad bin Himamuddin Al-Hammam Al-Hudairi As-Suyuthi.
Beliau bergelar Jalaluddin dan biasa juga dipanggil Abu Fadhil. Namun di kemudian hari beliau lebih dikenal dengan nama As-Suyuthi, yang dinisbatkan kepada tempat di mana ayahnya dilahirkan di daerah Suyuth. Beliau adalah seorang ulama, hafidz hadits, musnid, muhaqiq dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo, Mesir.
As-Suyuthi lahir ba’da Maghrib, malam senin bulan Rajab 849 H. Beliau berasal dari lingkungan cendekiawan, sehingga sejak dini ayahnya selalu berusaha mengarahkannya menjadi ilmuwan dan orang shalih. Sejak usia belia beliau selalu diajak sang ayah menghadiri berbagai majelis ilmu. Bahkan sang ayah sering meminta doa dari ulama besar untuk anaknya. Salah satu ulama yang pernah mendoakannya agar menjadi ulama besar adalah Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, muhaddits besar penyusun kitab Bulughul Maram. Tidak hanya mendoakan, setiap kali minum segelas air usai mengajar, Syaikh Ibnu Hajar selalu menyisakan sedikit untuk diminum as-Suyuthi.
Ketika as-Suyuthi berumur enam tahun, sang ayah wafat. As-Suyuthi kemudian diasuh oleh Syaikh Kamaluddin bin Humam al-Hanafi, pengarang kitab Fathul Qadir. Di bawah asuhan sang allamah itulah as-Suyuthi berhasil hafal al-Qur’an di usia delapan tahun. Setelah itu beliau kemudian menghafal kitab al-’Umdah, lalu Minhajul Fiqhi Wal Ushul dan Alfiyah Ibnu Malik.
Ketika usianya menginjak 15 tahun, as-Suyuthi mulai berkelana dan berguru kepada para ulama besar. Dalam pengembaraan mencari ilmu, beliau pernah singgah di Syam, Hijaz, Yaman Hindia, Maroko dan Takrur. Dalam kitabnya yang berjudul Khusn al-Muhadlarah, as-Suyuthi mengatakan bahwa beliau mendapatkan ijazah dari setiap guru yang didatanginya, yaitu mencapai 150 ijazah dari 150 orang guru. Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani mengatakan dalam kitab Thabaqat-nya, bahwa as-Suyuthi telah berguru kepada lebih dari 600 ulama. Di antara guru-guru beliau antara lain:
a). Syaikh Siraajuddien al-Balqini, yang mengajarnya berbagai kitab fiqih seperti al-Hawi Ash-Shaghir, Al-Minhaj, Syarah Al-Minhaaj dan Ar-Raudhah.
b). Syaikh Sihabuddin Asy-Syaarmasahi, guru ilmu faraidh (waris).
c). Asy-Syari Al-Manawi Abaz Kuriya Yahya bin Muhammad, guru ilmu faraidh.
d). Syaikh Taqiyuddin Asy-Syamini Al-Hanafi (w 872 H), guru ilmu tata Bahasa Arab dan ilmu hadits.
e). Syaikh Muhyiddin Muhammad bin Sulaiman Ar-Rumi Al-Hanafi, guru ilmu tafsir, ilmu Ushul, ilmu bahasa Arab dan ilmu Ma’ani. Beliau berguru kepadanya selama empat belas tahun.
f). Jalaluddin Al-Mahalli (penyusun pertama Tafsir Al-Jalalain)
g). Izzul Kinaani Ahmad bin Ibrahim al-Hanbali. Dll.
Selain ilmu agama, Imam as-Suyuthi juga berguru beberapa bidang ilmu umum seperti ilmu hitung dan ilmu faraidl dari Majid bin As-Siba’ dan Abdul Aziz Al-Waqaai, serta ilmu kedokteran kepada Muhammad bin Ibrahim Ad-Diwani Ar-Rumi. Bahkan selain berguru kepada ulama laki-laki, As-Suyuthi juga meresap ilmu dari sejumlah ilmuwan perempuan, diantaranya yaitu Aisyah binti Jarullah, Ummu Hani binti Abul Hasan, Shalihah binti Ali, Nasywan binti Abdullah Al-Kanani dan Hajar binti Muhammad Al-Mishriyyah.
Sikap dan Akhlaqnya
Meskipun as-Suyuthi terkenal akan kecerdasan, kekuatan hafalan dan keuletannya dalam belajar, As-Suyuthi adalah seorang Ulama yang ahli ibadah, zuhud dan tawadhu’. Maka tidak heran kemudian beliau pun menjelma menjadi seorang ulama besar yang memenuhi taraf kemampuan untuk berijtihad. Selain alim, as-Suyuthi juga dikenal sebagai sosok yang teguh pendirian dan tidak suka menjilat kepada pemerintah. Bahkan beliau tidak pernah mau menerima hadiah dari raja.
Suatu ketika seorang raja memberinya hadiah berupa uang seribu dinar dan seorang budak perempuan. Segera saja uang itu beliau kembalikan, sedangkan sang budak perempuan dimerdekakan. Beliau kemudian berkata kepada sang raja, “jangan berusaha memalingkanku hanya dengan memberi hadiah semacam itu, karena Allah telah menjadikanku tidak merasa butuh lagi terhadap hal-hal semacam itu.”
Karya-Karyanya
As-Suyuthi termasuk ulama yang sangat produktif dalam berkarya. Beliau telah menulis ratusan kitab dalam berbagai bidang keilmuan, mulai dari Tafsir, Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Sastra, Tasawuf, hingga ilmu Sejarah. Menurut perhitungan muridnya yang bernama ad-Dawudi, hasil karyanya lebih dari 500 buah. Sementara Ibnu Iyas, murid As-Suyuthi yang lain, mengatakan bahwa jumlah karya As-Suyuthi mencapai 600 buah. Adapun menurut As-Sa’id Mamduh, karya As-Suyuthi mencapai 725 buah. Sedangkan menurut Sayyid Muhammad Abdul Hayy Al-Kattani, jumlah keseluruhan karya Imam Suyuthi adalah 904 kitab dalam berbagai disiplin ilmu.
Berikut adalah beberapa karya tulis beliau yang terkenal:
1. Al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an , kitab tafsir yang menjelaskan bagian-bagian penting dalam ilmu mempelajari al-Qur'an
2. Tafsir al-Jalalain , yang ditulis bersama Jalaluddin al-Mahalli
3. Jami' ash-Shagir , merupakan kumpulan hadits-hadits pendek
4. Al-Asybah wa an-Nazhair , dalam ilmu qawa'id fiqh
5. Syarh Sunan Ibnu Majah, merupakan kitab yang menjelaskan kitab hadits sunan ibnu majah
6. Al-Asybah wa an-Nazhair , dalam ilmu nahwu
7. Ihya'ul Mayyit bi Fadhaili Ahlil Bait
8. Al-Jami' al-Kabir
9. Al-Hawi lil Fatawa
10. Al-Habaik fi Akhbar al-Malaik
11. Ad-Dar al-Mantsur fi at-Tafsir bil Ma'tsur
12. Ad-Dar al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Musytahirah
13. Ad-Dibaj 'ala Shahih Muslim bin al-Hajjaj
14. Ar-Raudh al-Aniq fi Fadhli ash-Shadiq
15. Al-'Urf al-Wardi fi Akhbari al-Mahdi
Beliau bergelar Jalaluddin dan biasa juga dipanggil Abu Fadhil. Namun di kemudian hari beliau lebih dikenal dengan nama As-Suyuthi, yang dinisbatkan kepada tempat di mana ayahnya dilahirkan di daerah Suyuth. Beliau adalah seorang ulama, hafidz hadits, musnid, muhaqiq dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo, Mesir.
As-Suyuthi lahir ba’da Maghrib, malam senin bulan Rajab 849 H. Beliau berasal dari lingkungan cendekiawan, sehingga sejak dini ayahnya selalu berusaha mengarahkannya menjadi ilmuwan dan orang shalih. Sejak usia belia beliau selalu diajak sang ayah menghadiri berbagai majelis ilmu. Bahkan sang ayah sering meminta doa dari ulama besar untuk anaknya. Salah satu ulama yang pernah mendoakannya agar menjadi ulama besar adalah Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, muhaddits besar penyusun kitab Bulughul Maram. Tidak hanya mendoakan, setiap kali minum segelas air usai mengajar, Syaikh Ibnu Hajar selalu menyisakan sedikit untuk diminum as-Suyuthi.
Ketika as-Suyuthi berumur enam tahun, sang ayah wafat. As-Suyuthi kemudian diasuh oleh Syaikh Kamaluddin bin Humam al-Hanafi, pengarang kitab Fathul Qadir. Di bawah asuhan sang allamah itulah as-Suyuthi berhasil hafal al-Qur’an di usia delapan tahun. Setelah itu beliau kemudian menghafal kitab al-’Umdah, lalu Minhajul Fiqhi Wal Ushul dan Alfiyah Ibnu Malik.
Ketika usianya menginjak 15 tahun, as-Suyuthi mulai berkelana dan berguru kepada para ulama besar. Dalam pengembaraan mencari ilmu, beliau pernah singgah di Syam, Hijaz, Yaman Hindia, Maroko dan Takrur. Dalam kitabnya yang berjudul Khusn al-Muhadlarah, as-Suyuthi mengatakan bahwa beliau mendapatkan ijazah dari setiap guru yang didatanginya, yaitu mencapai 150 ijazah dari 150 orang guru. Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani mengatakan dalam kitab Thabaqat-nya, bahwa as-Suyuthi telah berguru kepada lebih dari 600 ulama. Di antara guru-guru beliau antara lain:
a). Syaikh Siraajuddien al-Balqini, yang mengajarnya berbagai kitab fiqih seperti al-Hawi Ash-Shaghir, Al-Minhaj, Syarah Al-Minhaaj dan Ar-Raudhah.
b). Syaikh Sihabuddin Asy-Syaarmasahi, guru ilmu faraidh (waris).
c). Asy-Syari Al-Manawi Abaz Kuriya Yahya bin Muhammad, guru ilmu faraidh.
d). Syaikh Taqiyuddin Asy-Syamini Al-Hanafi (w 872 H), guru ilmu tata Bahasa Arab dan ilmu hadits.
e). Syaikh Muhyiddin Muhammad bin Sulaiman Ar-Rumi Al-Hanafi, guru ilmu tafsir, ilmu Ushul, ilmu bahasa Arab dan ilmu Ma’ani. Beliau berguru kepadanya selama empat belas tahun.
f). Jalaluddin Al-Mahalli (penyusun pertama Tafsir Al-Jalalain)
g). Izzul Kinaani Ahmad bin Ibrahim al-Hanbali. Dll.
Selain ilmu agama, Imam as-Suyuthi juga berguru beberapa bidang ilmu umum seperti ilmu hitung dan ilmu faraidl dari Majid bin As-Siba’ dan Abdul Aziz Al-Waqaai, serta ilmu kedokteran kepada Muhammad bin Ibrahim Ad-Diwani Ar-Rumi. Bahkan selain berguru kepada ulama laki-laki, As-Suyuthi juga meresap ilmu dari sejumlah ilmuwan perempuan, diantaranya yaitu Aisyah binti Jarullah, Ummu Hani binti Abul Hasan, Shalihah binti Ali, Nasywan binti Abdullah Al-Kanani dan Hajar binti Muhammad Al-Mishriyyah.
Sikap dan Akhlaqnya
Meskipun as-Suyuthi terkenal akan kecerdasan, kekuatan hafalan dan keuletannya dalam belajar, As-Suyuthi adalah seorang Ulama yang ahli ibadah, zuhud dan tawadhu’. Maka tidak heran kemudian beliau pun menjelma menjadi seorang ulama besar yang memenuhi taraf kemampuan untuk berijtihad. Selain alim, as-Suyuthi juga dikenal sebagai sosok yang teguh pendirian dan tidak suka menjilat kepada pemerintah. Bahkan beliau tidak pernah mau menerima hadiah dari raja.
Suatu ketika seorang raja memberinya hadiah berupa uang seribu dinar dan seorang budak perempuan. Segera saja uang itu beliau kembalikan, sedangkan sang budak perempuan dimerdekakan. Beliau kemudian berkata kepada sang raja, “jangan berusaha memalingkanku hanya dengan memberi hadiah semacam itu, karena Allah telah menjadikanku tidak merasa butuh lagi terhadap hal-hal semacam itu.”
Karya-Karyanya
As-Suyuthi termasuk ulama yang sangat produktif dalam berkarya. Beliau telah menulis ratusan kitab dalam berbagai bidang keilmuan, mulai dari Tafsir, Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Sastra, Tasawuf, hingga ilmu Sejarah. Menurut perhitungan muridnya yang bernama ad-Dawudi, hasil karyanya lebih dari 500 buah. Sementara Ibnu Iyas, murid As-Suyuthi yang lain, mengatakan bahwa jumlah karya As-Suyuthi mencapai 600 buah. Adapun menurut As-Sa’id Mamduh, karya As-Suyuthi mencapai 725 buah. Sedangkan menurut Sayyid Muhammad Abdul Hayy Al-Kattani, jumlah keseluruhan karya Imam Suyuthi adalah 904 kitab dalam berbagai disiplin ilmu.
Berikut adalah beberapa karya tulis beliau yang terkenal:
1. Al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an , kitab tafsir yang menjelaskan bagian-bagian penting dalam ilmu mempelajari al-Qur'an
2. Tafsir al-Jalalain , yang ditulis bersama Jalaluddin al-Mahalli
3. Jami' ash-Shagir , merupakan kumpulan hadits-hadits pendek
4. Al-Asybah wa an-Nazhair , dalam ilmu qawa'id fiqh
5. Syarh Sunan Ibnu Majah, merupakan kitab yang menjelaskan kitab hadits sunan ibnu majah
6. Al-Asybah wa an-Nazhair , dalam ilmu nahwu
7. Ihya'ul Mayyit bi Fadhaili Ahlil Bait
8. Al-Jami' al-Kabir
9. Al-Hawi lil Fatawa
10. Al-Habaik fi Akhbar al-Malaik
11. Ad-Dar al-Mantsur fi at-Tafsir bil Ma'tsur
12. Ad-Dar al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Musytahirah
13. Ad-Dibaj 'ala Shahih Muslim bin al-Hajjaj
14. Ar-Raudh al-Aniq fi Fadhli ash-Shadiq
15. Al-'Urf al-Wardi fi Akhbari al-Mahdi
16. Al-Gharar fi Fadhaili 'Umar
17. Alfiyatu as-Suyuthi
18. Al-Kawi 'ala Tarikh as-Sakhawi
19. Al-La āli' al-Mashnu'ah fi al-Ahadits al-Maudhu'ah
20. Al-Madraj ila al-Mudraj
21. Al-Mazhar fi Ulum al-Lughah wa Anwa'uha
22. Al-Mahdzab fimā Waqa'a fi al-Qur'ān min al-Mu'rab
23. Asbāb Wurud al-Hadits
24. Asrār Tartib al-Qur'ān
25. Anmudzaj al-Labib fi Khashāis al-Habib
26. Irsyad al-Muhtadin ilā Nashrati al-Mujtahidin
27. I'rāb al-Qur'ān
28. Ilqām al-Hajar liman zakā sāb Abi Bakr wa 'Umar
29. Tārikh al-Khulafā'
30. Tahdzir al-Khawash min Ahadits al-Qashash
31. Tuhfatu al-Abrār binakti al-Adzkār an-Nawawiyyah
32. Tadrib ar-Rāwi fi Syarhi Taqrib an-Nawāwi
33. Tazyin al-Mamālik bi Manaqib al-Imām Mālik
34. Tamhid al-Farsy fi al-Khishāl al-Maujibah li Zhil al-'Arsy
35. Tanwir al-Hawalik Syarh Muwaththa' Mālik
36. Tanbih al-Ghabiyy fi Tibra'ati Ibni 'Arabi
37. Husnu al-Muhādharah fi Akhbār Mishr wa al-Qāhirah
38. Durr as-Sihābah fiman dakhala Mishr min ash-Shahābah
39. Dzam al-Makas
40. Syarh as-Suyuthi 'ala Sunan an-Nasā'i
41. Shifatu Shāhibi adz-Dzauqi 'Aini al-Ishābah fi Ma'rifati ash-Shahābah
42. Kasyf
43. As-Salim
44. Thabaqāt al-Huffādz
45. Thabaqat al-Mufassirin
46. 'Uqudul Jimān fi 'ilmi al-Ma'āni wa al-Bayān
47. 'Uqudu az-Zabarjid 'ala Musnad al-Imām Ahmad fi I'rāb al-Hadits
48. Al-Mughthi fi Syarhi al-Muwaththa'
49. Lubb al-Lubbāb fi Tahrir al-Ansāb
50. Al-Bāb al-Hadits
51. Al-Bāb an-Nuqul fi Asbāb an-Nuzul
52. Mā Rawāhu al-Asāthin fi 'Adami al-Maji'i ilā as-Salāthin
53. Musytahā al-Uqul fi Muntaha an-Nuqul
54. Mathla' al-Badrain fiman Yu'ti Ajruhu Marratain
55. Miftāhu al-Jannah fi al-I'tishām bi as-Sunnah
56. Miftahamāt al-Aqrān fi Mubhamāt al-Qur'ān
57. Nazham al-Aqyān fi A'yān al-A'yān
58. Ham'u al-Hawami' Syarhu Jam'u al-Jawami'
59. At-Tahadduts bi Ni'matillah
60. Mu'jam al-Mu'allafāt as-Suyuthi
61. Fahrusat Mu'allafātii
62. Al-Fāruq baina Al-Mushanif wa as-Sariq
63. Thibb an-Nufus
64. Nawadhir al-Ayak fi Ma'rifati al-Niyak
65. Ar-Rahmah fi ath-Thibbi wa al-Hikmah
Sedangkan Murid-Murid Beliau di antaranya:
1. Syaikh Abdul Qodir bin Muhammad bin Ahmad Asy-Syadzili Asy-Syafi’i.
2. Syaikh Ibnu Iyas, Abul Barokat, Muhammad bin Ahmad bin Iyas Al-hanafi, penulis kitab “Badai’uz Zuhur Fi Waqo’iud Duhur”.
3. Syaikh Al-Hajj Muhammad Sukyah.
4. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Abdurrohman bin Ali bin Abu Bakar Al-‘Alqomi.
5. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Ali bin Ahmad Ad-Dawudi Al-Mishri.
6. Ibnu Thulun; Syaikh Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Thulun Ad-Damasyqi Al-Hanafi.
7. Syaikh Muhammad bin Al-Qodhi Rodhiyuddin Muhammad bin Muhammad bin Abdulloh binBadr bin Utsman bin Jabir Al-Ghozi Al-‘Amiri Al-Qurosyi Asy-Syafi’i.
8. Syaikh Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Yusuf Asy-Syami.
9. Syaikh Jamaluddin, Yusuf bin Abdulloh Al-hasani Al-Armayuni Asy-Syafi’i.
Wafat Beliau
Imam as-Suyuthi menghabiskan umurnya untuk mengajar, memberikan fatwa dan menulis. Akan tetapi menginjak usia 40 tahun, atau menjelang usia tuanya beliau lebih memilih ber-uzlah dari keramaian dunia untuk beribadah dan mengarang saja. Setelah sempat sakit, Imam agung ini meninggal pada usia 61 tahun 10 bulan 18 hari, yaitu pada malam Jum'at tanggal 19 Jumadil Ula tahun 911 H dirumah beliau yang berada di Roudlotul Miqyas. Jenazah beliau dimakamkan di pemakaman Qaushun atau Qaisun, di luar pintu gerbang Qarafah, Kairo.
dari berbagai sumber.
Labels:
Profil Tokoh
Thanks for reading Biografi Penulis Tafsir Jalalain, Bagian kedua: Jalaluddin as-Suyuthi. Please share...!
0 Komentar untuk "Biografi Penulis Tafsir Jalalain, Bagian kedua: Jalaluddin as-Suyuthi"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.