Pendakian Gunung Sindoro via Kledung

Gunung Sindoro

Setelah sempat tertunda selama berbulan-bulan untuk menulis kisah ini, akhirnya pada kesempatan kali ini kisah pendakian di gunung Sindoro bisa saya tuliskan di blog ini. Tentunya ada beberapa memori yang terlupakan saat saya menuliskan kisah ini. Harapannya, tulisan perjalanan ini (termasuk tulisan-tulisan perjalanan kami yang lain) saya buat agar bisa menjadi suatu kenangan bagi saya dan teman-teman saya, yang semoga tetap bisa dibaca sampai masa yang akan datang nanti. Sedangkan bagi pembaca, semoga tulisan-tulisan saya ini dapat sedikit memberikan informasi mengenai tempat-tempat yang kami kunjungi.

Dua hari sebelum puasa Ramadhan 1437 H atau bertepatan 5 Juni 2016 yang lalu, saya dan beberapa teman berpetualang kembali mengukir cerita dengan mengunjungi salah satu gunung yang masih berlokasi di Jawa Tengah, yakni Gunung Sindoro. Gunung Sindoro atau ada pula yang menyebutnya Sindara berlokasi di antara Kabupaten Temanggung dan Wonosobo. Gunung dengan ketinggian 3.136 mdpl ini merupakan gunung volcano aktif berbentuk kerucut dengan tipe Strato. Selain memiliki kawah aktif pada puncaknya, gunung ini juga memiliki ladang edelweis di bawah puncaknya. Gunung Sindoro berdiri tegak berdampingan dengan kembarannya yaitu Gunung Sumbing. Keduanya berdiri kokoh di batas Temanggung sebelah barat dan sebelah timur kota Wonosobo.

Sabtu 5 juni 2016, saya berangkat dari Kebumen pukul 11 siang dengan mengendarai sepeda motor. Sekitar pukul setengah 3 sore, saya sampai di Pringsurat, Temanggung. Sembari menunggu teman-teman dari Semarang yang sedang mempersiapkan diri, saya beristirahat sejenak di sebuah masjid di pinggir jalan. Menjelang ashar, perjalanan saya lanjutkan kembali menuju masjid alun-alun kota Temanggung, karena kami sepakat untuk bertemu di sana. Sekitar pukul 5 sore, akhirnya saya bertemu dengan teman-teman dari Semarang.

Dari kota Temanggung perjalanan kami lanjutkan bersama menuju lokasi basecamp pendakian gunung Sindoro di desa Kledung, Kabupaten Temanggung. Sebetulnya untuk mendaki gunung Sindoro ada beberapa basecamp lain yang bisa dilalui, tetapi kami lebih memilih Jalur pendakian via Kledung yang umum digunakan. Pukul 6 petang akhirnya sampailah kami di Basecamp yang terletak di desa Kledung. 

Basecamp yang terletak di seberang jalan raya atau tepatnya di jalan masuk desa Kledung ini memiliki aula luas yang bisa digunakan sebagai tempat istirahat sebelum atau sesudah pendakian. Di sini juga disediakan area untuk parkir di dalam dan di depan aula yang lumayan luas. Setelah membayar registrasi dan memarkirkan motor masing-masing, kami bergegas menuju masjid di sekitar lokasi untuk shalat maghrib terlebih dahulu. Sembari menunggu waktu isya, perbekalan kami cek kembali untuk melengkapi yang hendak dibawa selama pendakian. Setelah shalat isya, kami sempatkan mencari warung makan untuk mengisi tenaga sebelum memulai pendakian.

Makan malam sebelum pendakian

Pukul setengah 8 malam pendakian pun kami mulai. Pada pendakian kali ini, jumlah personel kami lumayan lebih banyak dari pada biasanya, yaitu 11 orang. Saya berangkat dari Kebumen, Kang Alim, Kang Mukhlis dan dua temannya dari Purwodadi, Kang Fakhri dari Rembang, sedangkan sisanya teman-teman yang masih berjuang di Semarang yaitu Kang Reza (Kudus), Kang Deni (Pati), Kang Ulil (Pati), Kang Akhis (Tegal) dan Kang Arwani. 

Sebelum berjalan memasuki kawasan jalur pendakian, kami terlebih dahulu melalui jalan desa melewati sebagian rumah penduduk. Setelah keluar dari permukiman, perjalanan dilanjutkan menuju pos 1 dengan melewati jalanan batu yang tersusun rapi dengan lahan pertanian disampingnya. Jalanan rata berbatu ini cukup panjang, sehingga sebagian pendaki ada juga yang biasanya menggunakan jasa tukang ojek motor yang tersedia untuk menuju pos 1. Satu setengah jam perjalanan akhirnya kami sampai di pos 1. 

Setelah beristirahat sebentar, perjalanan kami lanjutkan menuju pos 2. Meskipun mulai masuk kawasan hutan, trek menuju pos 2 masih belum terlalu sulit. Jalanan setapak berupa tanah sedikit berbatu mulai terasa menanjak, namun juga banyak diselingi turunan dan jalanan landai, sehingga belum begitu banyak menguras tenaga. Hanya saja karena kami berjalan di gelapnya malam, dengan berbekal lampu senter, kami harus tetap waspada dan tetap fokus pada jalan. Rimbunnya hutan yang menjadikan terasa sunyi, kami isi dengan obrolan-obrolan kecil agar suasana tetap kondusif. Sekitar satu setengah jam perjalanan akhirnya kami sampai di pos 2. Kami sempatkan istirahat sejenak di pos ini.

Dari pos 2, perjalanan kami lanjutkan kembali untuk menuju pos 3. Jalur menuju pos 3 melewati jalanan setapak yang mulai didominasi dengan batu-batuan besar. Jalur pendakian juga semakin terjal dan banyak dijumpai tanjakan. Trek ini juga melintasi jalur terbuka dan kadang dijumpai tanjakan curam, sehingga kami harus berhati-hati saat melewatinya. Medan yang berat dan jarak yang lumayan jauh membuat kami cukup sering beristirahat, sehingga membuat rombongan mulai terpisah-pisah agak jauh. Bila sudah demikian, maka sebisa mungkin rombongan harus kembali dikondisikan agar merapat kembali. Setelah lelah berjalan selama kurang lebih dua jam, pukul setengah 1 dini hari akhirnya kami sampai di pos 3.

Pos 3 merupakan kawasan terbuka berupa dataran luas yang berada di ketinggian 2500 mdpl. Lokasi ini biasa dijadikan sebagai tempat camp para pendaki sebelum naik ke puncak. Sewaktu kami sampai di pos 3 ini, sudah banyak pendaki lain yang telah mendirikan tenda di tempat ini. Di tempat ini juga ada seorang bapak yang agaknya bertugas sukarela menjaga tenda-tenda yang ditinggal naik ke puncak. Warung berbentuk gubuk kecil yang menyediakan kebutuhan seperti air mineral dan rokok juga ada di tempat ini. Setelah menemukan tempat untuk mendirikan tenda, kami segera memasang tenda kami untuk beristirahat. Kebetulan kami membawa tiga tenda sehingga kami bersebelas dapat memilih tenda masing-masing tanpa berdesak-desakan. Setelah tenda terpasang, kami menyiapkan makan malam dan selanjutnya tidur istirahat.

Indahnya sunrise dari pos 3

Pagi hari sehabis shubuh, sunrise mentari tampak begitu indah, namun sebagian dari kami melewatkannya begitu saja. Setelah semua bangun, kami segera memasak mie instan untuk sarapan pagi kami. Pagi itu pemandangan tampak begitu indah. Dari atas pos 3 ini kami bisa melihat indahnya panorama alam dari ketinggian. Gagahnya gunung Sumbing juga tampak begitu jelas terpampang di depan kami. Kesempatan ini tidak kami sia-siakan untuk mengambil gambar sebanyak-banyaknya, sampai-sampai kami hampir lupa jika hari mulai beranjak siang.

Tampak gunung Sumbing gagah menjulang

Pukul setengah 8 pagi, akhirnya pendakian kami lanjutkan untuk menuju pos berikutnya. Tiga teman kami (Deni, Arwani dan seorang teman Kang Mukhlis) memutuskan tidak ikut ke puncak karena suatu alasan, sehingga mereka ditugasi menunggu tenda. Tidak begitu jauh berjalan dari pos 3, kami menjumpai beberapa tenda pendaki yang didirikan di sebuah lokasi datar di atas pos 3. Trek pendakian menuju pos 4 semakin menguras tenaga. Jalanan terbuka yang semakin curam dengan batu-batuan terjal berbahaya membuatnya sulit dilalui. Meskipun medan sangat berat, kadang juga kami temui kawasan agak rindang yang banyak ditumbuhi pohon lamtoro dan tanaman perdu. Sekitar dua jam berjalan akhirnya kami sampai di pos 4. Pos ini tidak begitu jelas karena tidak adanya bangunan atau tempat istirahat yang memadai, sehingga akhirnya kami teruskan untuk langsung menuju puncak.

Pemandangan menuju pos 4

Dari pos 4, jalur menuju puncak masih tetap berupa trek menanjak terjal dan berbatu. Teriknya matahari juga begitu terasa sehingga kami didera kelelahan dan kehausan. Kami ternyata sebelumya salah perhitungan. Perjalanan dari pos 3 yang kami perkirakan tidak terlalu lama ternyata jauh dan memakan waktu yang panjang. Oleh karenanya persediaan makanan dan minuman yang terbatas habis sebelum mencapai puncak. Saya bahkan hampir menyerah dalam perjalanan menuju puncak ini. Namun teman saya Reza terus menyemangati saya agar tidak menyerah, karena puncak juga sudah semakin dekat. Kejadian ini unik, karena sewaktu di Merbabu, kejadian yang sama menimpa kami berdua, saat itu Reza yang hampir menyerah dan saya menyemangatinya. Mendekati puncak Sindoro, kami menjumpai padang edelweis yang tumbuh di kawasan ini. Sebelum sampai di puncak, kami juga menjumpai tanah dan tanaman tampak kering berwarna putih seperti habis tertutup abu.

Indahnya pemandangan dari pos 4

Setelah melewati beratnya medan dengan tekad yang kuat dan penuh semangat, akhirnya pukul setengah 12 siang, saya dan Reza sampai di puncak gunung Sindoro. Saya dan Reza adalah yang paling terakhir sampai puncak dari rombongan kami, sementara 6 dari rombongan kami yang lain sudah terlebih dahulu sampai. Di atas puncak, tercium bau belerang yang sangat menyengat dari kawah yang mengepulkan asap. Begitu indah pemandangan dari atas puncak. Lautan awan terhampar di bawah kami. Kami dibuat takjub dengan ciptaan Tuhan yang begitu indah ini. Di puncak kami sempatkan mengambil beberapa gambar sebagai kenangan. Karena hari sudah siang dan bau belerang kian menyengat dan membahayakan, kami tidak bisa berlama-lama di puncak. Pukul 12 akhirnya kami turun.

Kawah gunung Sindoro

Saat turun menuju tenda kami di pos 3, saya, Reza dan Ulil yang terpisah dari rombongan kami yang lain, mendapat pemberian makanan dan minuman dari dua pendaki rombongan lain yang juga sedang turun. Inilah persaudaraan di antara sesama pendaki. Meskipun tidak saling kenal, tidak menghalangi untuk saling membantu pendaki lain yang kesusahan. Terima kasih sebesar-besarnya untuk mereka berdua. Setelah sampai di pos 3, kami istirahat sejenak sebelum akhirnya bergegas membongkar tenda dan berkemas untuk turun gunung. Pukul setengah 7 malam, akhirnya kami sampai kembali di basecamp Kledung. Setelah rombongan kami turun semua, minggu 6 juni atau malam 1 Ramadhan 1437 H pukul setengah 8 malam akhirnya kami pulang transit ke Semarang.

Berfoto bersama di puncak

Summit Sindoro

Panorama sumbing

Summit menuju puncak

Personil kamar Seven

Labels: Jelajah

Thanks for reading Pendakian Gunung Sindoro via Kledung. Please share...!

0 Komentar untuk "Pendakian Gunung Sindoro via Kledung"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.