Jelajah Goa Jatijajar, Ayah, Kebumen

Goa jatijajar

Membicarakan tempat wisata di Kabupaten Kebumen memang tidak ada habisnya. Wilayah Kebumen dengan bentangan alamnya yang lengkap menyuguhkan berbagai tempat-tempat eksotis yang menjadi tujuan para wisatawan. Di antara tempat-tempat wisata tersebut ada yang sudah dikenal masyarakat luas dan ada juga yang belum begitu populer karena tempatnya yang masih asri dan tersembunyi. Wisata alam seperti perbukitan, pantai, goa, pemandian air panas, air terjun, waduk, atau wisata sejarah seperti situs, benteng, dan tempat-tempat rekreasi lainnya dapat dijumpai di Kebumen.

Sabtu, 10 Desember 2016, teman-teman saya dari Semarang berkunjung ke rumah saya di Kebumen. Mereka adalah Kang Mukhlis, Kang Fakhri, Kang Reza, Kang Alim dan Kang Tohir. Berangkat sekitar setengah 5 sore dari Semarang, mereka sampai di rumah saya ahad pukul 1 dini hari. Meskipun mungkin kurang lumrah berkunjung pada pukul 1 dini hari, tetapi saya sangat mengapresiasi kedatangan teman-teman saya yang rela berjam-jam menempuh perjalanan jauh berkendara malam hari demi mengunjungi sahabatnya untuk bersilaturrahim. Semoga persahabatan dan persaudaraan ini tetap kekal sampai akhir hayat nanti.

Pagi hari setelah sarapan dan berbincang dengan keluarga saya, kami, saya dan teman-teman saya berembug untuk mengunjungi dan menjelajahi wisata di Kebumen. Ada beberapa tempat wisata yang saya tawarkan, namun akhirnya mereka memutuskan memilih goa jatijajar, karena memang lebih populer di telinga mereka. Setelah hujan reda, pukul 10 pagi akhirnya kami berenam meluncur berkendara menuju lokasi goa jatijajar. Dari rumah saya di kecamatan Adimulyo, perjalanan menuju goa jatijajar memang lumayan jauh karena goa ini terletak di wilayah Kebumen bagian barat. Pukul setengah 12 akhirnya kami sampai di lokasi goa jatijajar.

Mulut goa jatijajar

Goa jatijajar adalah sebuah situs geologi yang terbentuk dari proses alami. Lokasi goa jatijajar terletak di desa Jatijajar kecamatan Ayah, sekitar 42 km di arah barat daya pusat kota kebumen. Wisata goa jatijajar masih satu jalur dengan objek wisata lain yaitu goa petruk, pantai logending, dan pantai Ayah. Goa jatijajar yang keseluruhannya terbentuk dari batuan kapur ini memiliki panjang 250 meter, dari pintu masuk sampai keluar, dengan lebar rata-rata 15 meter, dan tinggi rata-rata 12 meter. Lokasi goa ini berada 50 meter di atas permukaan laut.

Menurut sejarah, goa ini ditemukan pada tahun 1802 oleh seorang petani bernama Jayamenawi yang memiliki lahan pertanian di atas goa tersebut. Jayamenawi yang saat itu sedang mencari rumput, kemudian jatuh ke sebuah lubang yang ternyata adalah sebuah ventilasi yang ada di langit-langit goa tersebut. Lubang ini mempunyai garis tengah 4 meter dan tinggi dari tanah yang berada dibawahnya 24 meter.

Setelah Jayamenawi menemukan goa, tak lama kemudian Bupati Ambal, salah satu penguasa Kebumen waktu itu, meninjau lokasi tersebut. Saat mendatangi goa, dia menjumpai dua pohon jati tumbuh berdampingan dan sejajar pada tepi mulut goa. Dari kisah itulah asal-muasal penamaan Goa Jatijajar. Pada mulanya pintu-pintu Gua masih tertutup oleh tanah. Maka setelah tanah yang menutupi dibongkar dan dibuang, ditemukanlah pintu goa yang sekarang menjadi pintu masuk.

Pada tahun 1975 Goa Jatijajar mulai dikembangkan menjadi Objek Wisata. Adapun yang mempunyai ide untuk mengembangkan potensi wisata Goa Jatijajar yaitu Bapak Suparjo Rustam sewaktu menjadi Gubernur Jawa Tengah. Sedang yang menjadi Bupati Kebumen pada waktu itu adalah Bapak Supeno Suryodiprojo. Sebelum Pemda Kebumen melaksanakan pembangunan Goa Jatijajar, terlebih dahulu Pemda Kebumen telah mengganti rugi tanah penduduk yang terkena lokasi pengembangan Objek Wisata Goa Jatijajar Seluas 5, 5 hektare. Setelah Goa Jatijajar selesai dibangun maka pengelolaanya dikelola oleh Pemda Kebumen. Pengembangan dan penambahan fasilitas di goa jatijajar antara lain pemasangan lampu listrik sebagai penerangan, trap-trap beton untuk memberikan kemudahan bagi para wisatawan yang masuk ke dalam Goa Jatijajar serta pemasangan hasil karya seni berupa patung-patung atau diorama.

Sebelum memasuki goa, dari lokasi pembelian karcis kita harus berjalan kaki dan menaiki anak tangga hingga sampai di mulut goa. Goa jatijajar memiliki mulut goa yang cukup lebar dan memiliki langit-langit yang lumayan tinggi. Ketika memasuki goa, biasanya kita akan menjumpai beberapa tukang foto yang menawarkan jasanya untuk mengambil gambar dan langsung cetak jadi. Di dalam goa, sebuah jembatan dibangun untuk mempermudah pengunjung menyusuri goa, sementara lampu penerangan juga banyak ditempatkan di setiap sudut goa sehingga tidak terlalu gelap. Ruangan di dalam goa cukup luas, meski semakin ke dalam kita juga melewati lorong sempit sampai akhirnya keluar di ujung goa. Sebagaimana goa pada umumnya, di dalam goa jatijajar kita juga akan menjumpai Stalagmit, Stalagtit dan juga Pilar atau Tiang Kapur, yaitu pertemuan antara Stalagtit dengan Stalagmit. Kesemuanya ini terbentuk dari endapan tetesan air hujan yang sudah bereaksi dengan batu-batu kapur yang ditembusnya.

Menurut penelitian para ahli, untuk pembentukan Stalagtit itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Dalam satu tahun terbentuknya Stalagtit paling tebal hanya setebal 1 cm saja. Oleh sebab itu Goa Jatijajar merupakan goa Kapur yang sudah tua sekali. Karena saking tuanya usia dan keberadaan goa ini, maka sebagai simbol dibangunlah sebuah patung besar berbentuk binatang purba Dinosaurus di muka goa.

Diorama

Selain hasil karya yang terbentuk secara alami, di dalam goa kita juga dapat melihat karya seni buatan manusia berupa patung-patung atau diorama. Diorama yang di pasang dalam Goa Jatijajar ada 8 diorama, dengan patung berjumlah 32 buah. Keseluruhannya mengisahkan legenda dari Raden Kamandaka atau Lutung Kasarung. Adapun kaitannya dengan Goa Jatijajar ialah, dahulu kala Goa Jatijajar pernah digunakan untuk bertapa oleh Raden Kamandaka Putera Mahkota dari Kerajaan Pajajaran, yang bernama asli Banyak Cokro atau Banyak Cakra. Perlu diketahui bahwa zaman dahulu sebagian dari wilayah Kabupaten Kebumen, adalah termasuk wilayah kekuasaan Pajajaran, yang pusat pemerintahannya di Bogor (Batutulis) Jawa Barat. Adapun batasnya yaitu Kali Lukulo dari Kabupaten Kebumen. Sedangkan sebelah Timur Kali Lukulo sudah masuk wilayah Kerajaan Majapahit. Cerita Kamandaka atau Lutung Kasarung ini terjadi di kabupaten Pasir Luhur, yaitu daerah Baturaden atau Purwokerto pada abad ke-14. Namun keseluruhan dioramanya dipasang di dalam Goa Jatijajar.

Sendang mawar

Di dalam Goa Jatijajar juga terdapat 7 sungai atau sendang, meski yang baru dikenal hanya 4, yaitu Sendang Mawar, Sendang Kanthil, Sendang Puser Bumi dan Sendang Jombor. Sendang Mawar dan Sendang Kantil dapat kita akses dengan mudah, namun untuk Sendang Jombor dan Sendang Puser Bumi yang masih alami sulit untuk dijangkau, karena masih belum ada penerangan serta licin. Sendang Mawar konon airnya jika untuk mandi atau mencuci muka, mempunyai khasiat bisa awet muda. Adapun Sendang kanthil jika airnya untuk cuci muka atau mandi, maka niat/ cita-citanya akan mudah tercapai. Aliran air dari kedua sendang yang konon belum pernah kering ini kemudian keluar lewat mulut patung Dinosaurus dan dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai pengairan sawah desa Jatijajar dan sekitarnya. Untuk sendang Jombor dan Puser Bumi memang jarang pengunjung yang bisa sampai ke sana. Air dari Sendang Jombor dan Puser Bumi juga konon mempunyai khasiat dapat digunakan untuk segala macam tujuan menurut kepercayaan masing-masing.

Lorong goa jatijajar

Kepopuleran dan keeksotisan goa jatijajar memang telah dikenal masyarakat luas. Maka tidak heran jika tempat wisata ini selalu ramai didatangi pengunjung dari berbagai daerah. Selain bagian dalam goa, areal di luar goa yang sudah dipermak sedemikian rupa juga menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk berjalan-jalan dan menikmati pemandangan serta fasilitas-fasilitas yang tersedia di sekitar goa. Berbagai fasilitas di area sekitar goa jatijajar ini juga terbilang cukup lengkap. Fasilitas-fasilitas yang ada di sana di antaranya masjid, arena bermain anak-anak, taman, kolam renang, pedagang makanan dan pasar seni yang menjual berbagai macam oleh-oleh dan cinderamata.

Setelah puas menjelajahi goa jatijajar, kami shalat dzuhur di masjid areal wisata goa jatijajar ini. Selesai shalat, kami berunding untuk menentukan tujuan berikutnya. Pukul setengah 3 sore perjalanan akhirnya kami lanjutkan menuju lokasi wisata berikutnya yaitu goa petruk.

Pintu keluar goa jatijajar



Baca Selanjutnya: Menyusuri Goa Petruk, Kebumen
Labels: Jelajah, Kebumen

Thanks for reading Jelajah Goa Jatijajar, Ayah, Kebumen. Please share...!

0 Komentar untuk "Jelajah Goa Jatijajar, Ayah, Kebumen"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.