Sebelum peristiwa hijrahnya umat Islam ke Madinah, Umat Islam juga pernah diperintahkan untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia), bahkan sampai dua kali. Namun saat hijrah kali pertama, di sana mereka hanya bertahan selama 3 bulan sebelum akhirnya kembali pulang ke Makkah. Pada masa tahun ketujuh kenabian, Umat Islam kembali diperintahkan hijrah ke Habasyah untuk kedua kalinya. Mereka yang ikut hijrah pada saat itu berjumlah 73 laki-laki dan 11 perempuan. Termasuk di dalam rombongan ini adalah Ja'far bin Abi Thalib, saudara dari Ali bin Abi Thalib.
Di Habasyah, mereka diterima dengan baik oleh Raja Najasy, penguasa Habasyah saat itu. Raja Najasy adalah seorang pengikut agama Nasrani yang taat. Saat orang-orang kafir Quraisy mengetahui bahwa umat Islam mendapat perlindungan dari raja Najasy, mereka mengirimkan dua orang utusan untuk menemui Raja Najasy dengan membawa beberapa hadiah. Menurut riwayat dua orang ini adalah Amr bin Ash dan 'Imarah bin Walid. Saat bertemu Raja Najasy, dua utusan ini berkata kepada raja:
"Wahai Sang Raja! Telah masuk ke negara anda beberapa remaja bodoh dari kaum kami. Mereka telah meninggalkan agama kaumnya, membuat agama baru yang kami dan anda tidak mengetahuinya. Para pembesar kaum kami dari putra-putra paman dan keluarga mereka telah mengutus kami kepada anda dalam perkara mereka, agar supaya anda mengembalikan mereka kepada keluarganya (di Makkah)".
Mendengar permintaan dua utusan ini, Raja Najasy menjawab:
"Saya tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian sebelum saya memanggil dan menanyai mereka".
Setelah rombongan kaum Muslim di hadirkan, Sang Raja kemudian bertanya kepada mereka (kaum Muslim) perihal perkara mereka. Ja'far bin Abi Thalib kemudian maju dan menjawab:
"Wahai Sang Raja! Kami sebelumnya adalah ahli jahiliyyah yang menyembah berhala, memakan bangkai, berbuat keji, memutus persaudaraan, berlaku buruk kepada tetangga, dan yang kuat menindas yang lemah, hingga akhirnya Allah mengutus seorang Rasul kepada kami dari kaum kami sendiri. Kami mengenal nasab dan kejujurannya, amanahnya, dan ifahnya (terhindar dari melakukan maksiat). Dia (Rasul) mengajak kami untuk mengEsakan Allah dan tidak menyekutukannya dengan apapun. Dia juga mengajak kami untuk meninggalkan berhala-berhala yang sebelumnya kami sembah. Dia juga memerintahkan kami untuk jujur dalam berucap, menyambung tali silaturahim, berbuat baik kepada tetangga, menahan diri dari perbuatan yang dilarang dan menjaga dari tertumpahnya darah. Dia juga melarang kami dari perbuatan keji, perkataan dusta dan memakan harta anak yatim. Dia memerintahkan kami untuk menjalankan shalat, berpuasa, membayar zakat dan beribadah haji. Maka kami percaya, beriman kepadanya dan membenarkannya"
Mendengar jawaban Ja'far bin Abi Thalib tentang hakikat ajaran Islam, Raja Najasy kemudian menolak untuk menyerahkan kaum muslim kembali kepada kaum kafir Quraisy. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Ja'far bin Abi Thalib juga sempat membacakan awal surat Maryam kepada Raja Najasy. Mendengar penolakan Raja Najasy, dua utusan kaum Quraisy akhirnya pulang sia-sia dengan membawa kegagalan.
Raja Najasy beserta para pendeta dan para rahib yang menyertainya pun akhirnya memutuskan untuk masuk Islam pada waktu itu. Atas dasar peristiwa ini, Allah turunkan firmanNya:
"Dan pasti akan kamu dapati orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman, ialah orang-orang yang berkata, Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani. Yang demikian itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan para rahib, (juga) karena mereka tidak menyombongkan diri." (QS. Al-Ma'idah Ayat 82).
Saat Raja Najasy wafat, Malaikat Jibril memberitahukan kepada Rasulullah akan kewafatannya, Rasul pun kemudian melakukan shalat jenazah atasnya. Inilah asal mula pertama kalinya dilaksanakan shalat jenazah ghaib. Dalam tafsir Ibnu Katsir I hlm. 443 juga disebutkan bahwa telah tertera dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim: Ada seorang Najasyi meninggal, Rasulullah pun segera memberi tahu para sahabatnya, sabdanya: "Saudara kita di negeri Habasyah telah meninggal dunia, maka shalatlah kalian untuknya". Mereka pun keluar menuju lapangan, membuat barisan, dan mengerjakan shalat untuknya.
Sumber:
Khulashah Nur al-Yaqiin juz 1 hlm 34-35.
https://www.nu.or.id/post/read/8397/shalat-ghaib
Labels:
Kisah Hikmah,
Mozaik
Thanks for reading Islamnya Raja Habasyah (Ethiopia) dan Asal Mula Shalat Ghaib. Please share...!
0 Komentar untuk "Islamnya Raja Habasyah (Ethiopia) dan Asal Mula Shalat Ghaib"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.