Pada umumnya, rasa cinta akan menumbuhkan penghambaan. Seseorang yang dimabuk cinta akan selalu berusaha untuk bertindak sesuai dengan kehendak yang dicinta. Oleh karenanya, kita dituntut berhati-hati dalam mencintai sesuatu. Rasa cinta kepada orang tua, istri, anak, saudara, maupun kerabat keluarga memang diperbolehkan dan dianjurkan dalam mewujudkan tatanan hidup yang harmonis. Namun yang mesti diingat bahwa rasa cinta kepada mereka tidak boleh melebihi cinta kita kepada Sang Khaliq, Allah SWT. Itulah cinta yang sejati dan sebenar-benarnya hakikat cinta.
Kisah berikut menceritakan tentang seorang Hamba Allah yang bernama Syam'un al Ghazi atau yang lebih dikenal dengan nama Samson, seseorang yang konon termasuk dari golongan Nabi di masa lalu. Diriwayatkan bahwa Samson melangsungkan pernikahannya di saat usianya sudah tua. Di masa lanjut itu, ia dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik. Menginjak 3 tahun usia putri kesayangannya itu, hati Samson terlalu mencintai putrinya itu, sehingga menyebabkan berkurangnya rasa cintanya kepada Allah SWT.
Sampai pada suatu malam, Samson bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya itu, seolah-olah telah terjadi hari kiamat. Panji-panji para Nabi dan Wali Allah pun berkibaran, dan di belakangnya tampak pula sebuah panji yang berkibar dengan sinarnya yang menjulang tinggi hingga ke angkasa. Samson pun kagum dan ia menanyakan kepunyaan siapakah panji yang menjulang tinggi itu?. Seseorang pun menjawab: "Itu adalah panjinya orang-orang yang mencintai Allah SWT dengan penuh keikhlasan".
Samson merasa dirinya termasuk dari golongan mereka, sehingga ia pun hendak masuk ke dalam rombongan yang membawa panji itu. Namun tiba-tiba ia diusir oleh salah satu malaikat. Samson pun protes dan berkata: "Mengapa aku diusir, bukankah aku termasuk golongan orang yang mencintai Allah SWT?".
"Memang benar engkau termasuk golongan orang yang mencintai Allah SWT. Namun semenjak engkau terlalu mencintai putrimu, maka akibatnya sejak saat itulah namamu terhapus dari golongan ini", jawab malaikat itu.
Samson pun menangis sembari dengan penuh kerendahan hati ia memohon, "Ya Allah, seandainya putriku menjadi penghalang di antara aku dan Engkau, maka sisihkanlah ia dari sisiku, sehingga Engkau dapat kembali dengan limpahan rahmat dan kemuliaanMu".
Tiba-tiba Samson terbangun dari tidurnya karena mendengar suara jeritan, "Celaka!", Samson pun bertanya, "suara siapakah itu?"
Orang-orang yang ada di sana menjawab, "Putrimu terjatuh dari atas dan langsung meninggal dunia."
Mendengar hal itu, Samson justru kemudian berucap, "Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, yang telah memisahkan penghalang diriku dalam mendekatkan diri kepadaNya".
Selain kisah di atas, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa Abdullah bin Abu Bakar As Shiddiq RA baru saja melangsungkan pernikahan dengan Atikah binti Zaid, seorang wanita yang cantik rupawan dan berbudi luhur. Atikah juga dikenal sebagai wanita yang berakhlak mulia, berkedudukan tinggi, serta berfikiran cemerlang. Sudah tentu Abdullah pun sangat mencintai istrinya itu.
Pada suatu hari, ayah Abdullah, yaitu Abu Bakar RA lewat di depan rumah Abdullah untuk mengajak Abdullah bersama-sama menjalankan sholat berjamaah di masjid. Namun tatkala Abu Bakar mendapati anaknya, Abdullah, sedang bermesraan dengan Atikah dengan lembut dan romantis sekali, beliau membatalkan niatnya dan meneruskan perjalanan menuju ke masjid. Setelah selesai mengerjakan shalat, Abu Bakar RA pun pulang dan sekali lagi melewati jalan depan rumah anaknya. Alangkah kesalnya Abu Bakar RA saat beliau mendapati Abdullah masih bersenda gurau dengan istrinya sebagaimana sebelum beliau pergi shalat ke masjid. Abu Bakar RA pun segera memanggil Abdullah, dan kemudian bertanya :
"Wahai Abdullah, apakah engkau ikut sholat berjamaah?". Belum sempat Abdullah menjawab Abu Bakar RA lanjut berkata:
"Wahai Abdullah, Atikah telah membuatmu lalai dari kehidupan dan pandangan hidup, bahkan dia juga telah melalaikan kamu dari shalat fardhu, ceraikanlah dia!".
Demikianlah perintah Abu Bakar kepada Abdullah. Dikisahkan bahwa Abdullah pun mengikuti perintah ayahnya dan menceraikan istri yang amat dicintainya itu. Meskipun pada akhirnya Abdullah rujuk kembali dengan Atikah, namun sebuah pelajaran berharga telah Abdullah dapatkan dari ayahandanya yang bijaksana yaitu Abu Bakar As-Shiddiq RA, bahwa cinta kepada Allah SWT harus didahulukan di atas segalanya.
0 Komentar untuk "Bukti Cinta Kepada Allah"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.