via pengetahuan terpencil. blogspot.com |
Sayangnya, kini keberadaan tari lawet ini jarang terdengar suaranya. Padahal dulu saya ingat, sewaktu SD kami para murid SD di desa saya mendapat kegiatan ekstrakurikuler tari lawet. Biasanya dalam seminggu sekali ada guru instruktur yang datang untuk mengajari para murid berlatih tari lawet. Dengan diiringi syair lagu jawa dari kaset tape, kami menari mengikuti instruksi dari guru tari tersebut. Dulu seni tari ini juga sering dilombakan antar sekolahan.
Sejarah Keberadaan Tari Lawet
Tari Lawet merupakan kesenian tari yang berasal dari kabupaten kebumen. Tari Lawet mulai diciptakan pada bulan Februari 1989. Pencipta tari lawet adalah Bapak Sardjoko. Beliau yang lahir di Klaten pada 4 Agustus 1949 adalah bungsu dari lima bersaudara. Bakat menarinya turun dari sang ibu yang berprofesi sebagai penari topeng. Keluarga Bp. Sardjoko dulu pernah tinggal di Jl. Cincin Kota, Desa Karang Sari, Kebumen. Sang maestro tari lawet ini pernah mendapatkan penghargaan sebagai pencipta tari lawet pada tahun 1996.
Tari lawet pertama kali ditampilkan pada saat pembukaan Jambore Daerah tingkat Jawa Tengah di Widoro Payung pada tanggal 31 Agustus 1989. Keberadaan tari lawet pada mulanya merupakan ide dari bupati Kebumen saat itu, yang menginginkan agar saat acara pembukaan Jambore ini ditampilkan tarian masal asli dari Kebumen. Maka berkat usaha keras dari Bp. Sardjoko, terciptalah tari lawet yang saat Jambore dipentaskan oleh kurang lebih 200 penari.
Pencarian inspirasi untuk menciptakan tari lawet dilalui oleh Bp. Sardjoko dengan melakukan survey ke Karang Bolong, tempat sarang burung lawet yang menjadi ikon kota Kebumen ini berada. Di sana, Bp. Sardjoko mengamati air samudra, orang yang sedang memanjat tebing, dan gerak lincah burung lawet yang sedang terbang. Keberadaan tari lawet semakin populer saat Bupati Kebumen kala itu, Bp. Amin Soedibyo menetapkan tari lawet sebagai muatan lokal bagi pelajar sekolah dasar (SD).
Tari lawet pernah dilombakan di alun-alun Kebumen pada tahun 1990, yang diikuti beberapa regu dengan masing-masing regu terdiri dari 5 penari. Selain saat Jambore di Widoro Payung, tari lawet juga pernah ditampilkan di lapangan pemandian air panas Krakal Alian, alun-alun Kebumen dan juga di Stadion Candradimuka. Dalam lingkup luas, tari lawet pernah ditampilkan juga di Semarang, dan juga di TMII sebagai pengisi anjungan Jawa Tengah.
Filosofi dari Burung Lawet
Burung lawet adalah burung kebanggaan yang menjadi ikon kota Kebumen. Burung lawet dapat menghasilkan sarang yang bernilai jual tinggi. Ditempat asalnya, di goa yang berada di tebing Karang Bolong, banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan mengunduh sarangnya. Bahkan mereka rela bertaruh nyawa demi mengunduh sarang lawet yang berada dalam goa di bawah tebing yang mengarah ke laut lepas itu.
Gerakan dalam tari lawet yang lincah dan ceria merupakan gambaran dari tingkah laku burung ini. Makna filosofi tari lawet yaitu menggambarkan kehidupan burung yang berusaha hidup dengan mencari makan sehari-hari. Gerakan-gerakan dalam tari lawet antara lain ngulet/angklingan, didis, loncat egot, lenggut, ukel nyutuk, lincah nyucuk, dan kepetan. Sementara kostum dan aksesorinya yang dipakai penari lawet, sebagaimana yang diciptakan sendiri oleh Bp. Sardjoko, adalah sebagai berikut:
1. Jamang dan Garuda Mungkur, berbentuk burung lawet yang berwarna kuning emas.
2. Kalung Kace, berwarna dasar merah yang dihiasi dengan warna kuning emas.
3. Baju, berwarna hitam dibagian depan dan berseret putih.
4. Sayap, berwarna hitam bergambar bulu.
5. Stagen/benting/sabuk, berwarna merah.
6. Celana, berwarna hitam.
7. Slepe, berwarna dasar merah yang dihiasai dengan warna kuning emas.
8. Ancal, berwarna dasar merah yang dihiasi warna kuning emas.
9. Rampek, berwarna biru yang menggambarkan pancaran air laut.
10. Sonder, berwarna putih bergaris tepi biru dan bergambar lekukan bagaikan gelombang air laut.
11. Ringgel/gelang kaki, berwarna kuning emas.
Sedangkan musik iringan tari lawet disebut "Lawet Aneba" (Laras Pelog Patet Barang). Petikan syairnya sebagai berikut:
"bambang wetan pratandha wis gagat enjang. Sesamberana rebut marga mbarubut saking gua Karang bolong peksi lawet ireng menges wulune cukat trengginas katon gembira aneg luhuring samudra gung ngupa boga tumekaning surya anda lidir pra lawet bali maring gua".
Syair ini menceritakan tentang keseharian dari burung lawet, yakni dimulai dari saat bangun tidur, kemudian keluar gua untuk mencari makan, dan sampai kembali lagi ke sarangnya.
Tari Lawet Riwayatmu Kini
Memang tari lawet pernah mengalami kejayaannya pada dekade era 90 an, atau saat Kebumen dipimpin oleh Bupati Amin Soedibyo. Hal ini juga dipengaruhi oleh kebijakannya yang memasukkan tari lawet dalam kurikulum wajib muatan lokal Sekolah Dasar. Selain yang tersebut di atas, tari lawet juga sering dipentaskan pada saat event-event besar, seperti pada saat perayaan HUT RI ke-46, acara Pembukaan Porseni SD Kabupaten Kebumen pada tahun 1991, pembukaan MTQ Pelajar tingkat Jawa Tengah di alun-alun Kebumen tahun 1993, Penutupan Porseni SD tingkat Jateng tahun 1993, peresmian Stadion Candradimuka tahun 1994, pembukaan Porseni SD tingkat pembantu Gubernur untuk Kedu tahun 1994, festival Ngunduh Sarang Burung Lawet di TMII tahun 1995, dan pernah menjuarai Lomba Karya Tari Anak tahun 1996 di STSI Surakarta.
Namun semenjak terjadinya pergantian kekuasaan, lambat laun geliat kesenian tari lawet ini pun mengalami kemunduran. Bahkan sejak dihapusnya peraturan kebijakan tersebut pada 2005, seakan tidak ada lagi upaya pemerintah untuk pelestarian tarian ini. Pada saat ini mungkin banyak generasi muda Kebumen yang tidak mengenal tarian ini, atau mungkin hanya sebatas pernah mendengarnya.
Memang di beberapa pelosok desa masih ada yang peduli dan berusaha melestarikan keberadaan tari lawet ini. Sesekali tari lawet juga ditampilkan pada event-event tertentu. Tapi semaraknya tetap berbeda dibanding pada masa kejayaannya di masa lalu. Padahal sebagai kekayaan budaya lokal asli Kebumen, seharusnya ada upaya untuk lebih menyemarakkan lagi keberadaan kesenian tari lawet ini. Baik itu upaya dari pihak pemerintah, maupun juga dorongan dan dukungan dari masyarakat.
Memang di beberapa pelosok desa masih ada yang peduli dan berusaha melestarikan keberadaan tari lawet ini. Sesekali tari lawet juga ditampilkan pada event-event tertentu. Tapi semaraknya tetap berbeda dibanding pada masa kejayaannya di masa lalu. Padahal sebagai kekayaan budaya lokal asli Kebumen, seharusnya ada upaya untuk lebih menyemarakkan lagi keberadaan kesenian tari lawet ini. Baik itu upaya dari pihak pemerintah, maupun juga dorongan dan dukungan dari masyarakat.
Labels:
Kebumen,
Seni Budaya
Thanks for reading Tari Lawet, Seni Tari Asli dari Kebumen. Please share...!
0 Komentar untuk "Tari Lawet, Seni Tari Asli dari Kebumen"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.