Dalil-Dalil Pentingnya Menjaga Lidah /Lisan (Ucapan)

Bicara yang baik atau diam

Banyak dari kita yang merasa bangga dengan kemampuan lisannya (lidah) yang begitu fasih berbicara. Bahkan tidak sedikit mereka yang memiliki kemampuan bicara mengobrol hingga kuat berjam-jam lamanya nggedabrus ngalor ngidul entah apa yang dikatakannya benar atau tidak. 

Lisan adalah karunia Allah SWT yang harus selalu kita syukuri dengan sebenar-benarnya. Penting bagi kita untuk menjaga lisan kita agar senantiasa berucap sesuai tuntunan syariat agama. Karunia lisan ini haruslah kita pergunakan untuk berbicara yang baik. 

Bagi anda yang dianugerahi kemampuan berbicara yang baik, maka pergunakanlah lisan anda untuk menebar kebaikan dan memberi pesan-pesan yang membawa ke arah positif. Kendalikan lidah anda untuk tidak mengumbar pembicaraan (nggedabrus/ nguprus) semaunya sendiri. 

Memang benar lidah (lisan) tidak bertulang, sehingga sekali kita gerakkan, maka sulit untuk kembali pada posisi semula. Sangat berbahaya bagi seseorang yang tidak bisa mengendalikan lisannya. Banyak kisah nyata yang membuktikan sebuah pertemanan yang penuh keakraban bisa dipisahkan dengan lisan. Orang tua dan anak yang saling menyayangi dan menghormati bisa dipisahkan karena lisan. Suami-istri yang saling mencintai dan saling menyayangi pun bisa dipisahkan dengan cepat karena lisan. 

Demikian berbahayanya lisan, sehingga Allah SWT dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya. Maka pergunakan lidah (lisan) untuk berbicara yang baik, jika tidak bisa, maka lebih baik diam. Jangan pernah mengumbar pembicaraan semaunya sendiri. 

Dalil-dalil Pentingnya Menjaga Lisan (lidah) 


Begitu pentingnya menjaga lisan, Imam Ahmad menyebutkan dalam kitabnya Musnad, sebuah hadits dari Anas bin Malik, dari Rasulullah SAW beliau bersabda:

"Tidak akan lurus keimanan seorang hamba, sehingga lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya, sehingga lurus lidahnya."

Dari hadits di atas, Rasulullah SAW menjadikan syarat perbaikan iman seseorang dengan merehabilitasi hati, kemudian menjadikan syarat perbaikan hati dengan perbaikan lisan.

Dalam Sunan At Tirmidzi, disebutkan sebuah riwayat dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda:

"Janganlah memperbanyak bicara selain dzikrullah, karena banyak bicara selain dzikrullah akan menjadikan hati keras. Dan orang yang terjauh dari Allah adalah orang yang keras hatinya."

Umar bin Khattab RA berkata, "Barang Siapa banyak bicara, maka banyak kesalahannya, dan orang yang banyak salahnya berarti banyak dosanya, sehingga nerakalah sebaik-baik tempat bagi mereka."

Di dalam salah satu hadits dari Mu'adz, Rasulullah SAW bersabda, "Maukah kamu jika saya katakan kepadamu tentang sendi dari semua kebaikan itu?". Aku (Mu'adz) menjawab, "Tentu, ya Rasulullah". Maka beliau (Rasulullah) kemudian menunjuk pada lidahnya seraya berkata, "Jagalah ini!". 

Aku kemudian bertanya, "Ya Nabi Allah, apakah kami akan memperoleh siksa akibat ucapan kami?". Rasul menjawab, "Betapa celakanya engkau wahai Mu'adz, bukankah orang-orang yang tersungkur ke dalam neraka itu, melainkan hasil dari menabur fitnah melalui lidah-lidah mereka, hingga akhirnya menuai siksaNya". (HR. Tirmidzi dan Hakim)

Makna dari hadits tersebut adalah bahwa pada hakikatnya manusia hidup di dunia ini menaburkan benih-benih kebaikan dan keburukan yang ditimbulkan ucapannya, dan kelak ia akan menuai hasilnya berupa siksa bila benih-benih yang ditaburkan berupa kejelekan (fitnah) di hari Kiamat nanti. 

Oleh karenanya, barang siapa menanam kebaikan berupa ucapan atau perbuatan, dia pun akan memanen kemuliaan, dan barang siapa menanam kejelekan, maka dia pun akan memanen kekecewaan.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah juga pernah bersabda dalam haditsnya:

"Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah dua lubang, yakni mulut dan farji (kemaluan)". (HR. Tirmidzi)

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya seseorang yang sekadar bicara satu kalimat saja, ia menganggapnya tidak mengandung resiko macam-macam, tetapi sebenarnya hal itu dapat juga menggelincirkannya ke dalam neraka selama tujuh puluh tahun".

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Uqbah bin 'Amir berkata kepada Rasulullah SAW, "ya Rasulullah, apakah keselamatan itu?". Rasulullah menjawab:

"Jagalah lidahmu, luaskan rumahmu dan menangislah atas kesalahan dan dosa-dosamu". (HR. Bukhari & Muslim)

Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku untuk menjaga sesuatu yang berada  di antara kedua dagu (lisannya) dan kedua pahanya (kemaluannya), maka aku akan menjaminnya masuk surga". (HR. Bukhari)

Dalam kedua kitab Shahih Bukhari dan Muslim, juga disebutkan sebuah hadits Rasulullah:

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari)

Dari Ummu Habibah dari Rasulullah SAW beliau bersabda:

"Semua ucapan manusia akan memberatinya, tidak meringankan baginya kecuali amar ma'ruf nahi munkar dan berdzikir kepada Allah SWT (Dzikrullah)". (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Abdullah bin Mas'ud berkata, "Demi Allah, yang tiada tuhan selain Allah, tidak ada sesuatu yang paling penting untuk dikunci selama-lamanya selain lisanku ini". Dia pun juga pernah berkata, "Hai lisanku, katakan yang baik, maka engkau akan beruntung. Janganlah berkata buruk, maka engkau akan selamat. Ingatlah dan perhatikan itu, sebelum engkau menyesal". 

Ibnu Abbas RA berkata, sebagaimana yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, "Sesungguhnya telah sampai keterangan kepadaku, bahwa tiada satu anggota tubuh yang lebih memberati manusia di hari Kiamat, selain lidahnya, kecuali bagi orang yang menggunakannya untuk mengatakan yang haq atau mengajarkan yang baik". 

Imam Hasan Al Bashri pernah berkata, "Belum memahami agama, seseorang yang tidak menjaga lisannya".

Bahaya terkecil yang ditimbulkan lidah adalah berkata-kata tentang sesuatu yang tidak bermanfaat (sia-sia), sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Di antara kebaikan agama (Islam) dari seseorang ialah apabila ia mau meninggalkan apa yang tidak berguna baginya". (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

Abu Ubaidah meriwayatkan bahwa Hasan Al Bashri pernah berkata, "Di antara penyebab berpalingnya Allah dari hambaNya yaitu jika hambaNya suka menyibukkan diri dengan sesuatu yang sia-sia baginya, (Oleh karenanya Allah berpaling darinya) sebagai penghinaan Allah terhadapnya".

Imam Sahal berkata, "Barang siapa yang membicarakan sesuatu yang tidak membawa manfaat baginya, maka ia tertutup dari ucapan yang jujur".

Demikianlah sebagian dalil-dalil dan maqalah yang menerangkan bahaya lisan termasuk dari bahaya kecil dan ringan yang bisa saja menggelincirkan kita ke dalam celaka dan kerugian di kemudian hari. Oleh karenanya penting bagi kita untuk menjaga lisan kita dalam berucap, sehingga kita bisa terhindar dari bahaya-bahaya seperti tersebut di atas. 

Kita dapat membayangkan sendiri alangkah berbahayanya ghibah (ngerasani), adu domba, ucapan bathil dan keji, berbantah-bantahan yang mengandung permusuhan, ucapan dusta, sanjungan palsu (menjilat), ucapan penghinaan, menertawakan orang, dan lain sebagainya yang kesemuanya adalah bentuk-bentuk dari bahaya lisan. Jika hal-hal tersebut dibiarkan, maka dampaknya akan membuat hati menjadi rusak, dan menyia-nyiakan kenikmatan dunia dan keuntungan di negeri akhirat kelak. Wallaahul Musta'aan.

Labels: Refleksi

Thanks for reading Dalil-Dalil Pentingnya Menjaga Lidah /Lisan (Ucapan). Please share...!

0 Komentar untuk "Dalil-Dalil Pentingnya Menjaga Lidah /Lisan (Ucapan)"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.