Informasi Menarik dan Penting dalam Kandungan Surat At Tiin


Sebetulnya jika kita mau mencermati dan merenungi, ada berbagai hal menarik yang bisa kita temui saat membaca Al Qur'an. Selain bernilai ibadah dan mendapat pahala, banyak rahasia dan informasi-informasi penting yang bisa kita selami dengan mempelajari Al Qur'an. Salah satu di antaranya adalah apa yang terkandung dalam surat At Tin.

Buah Tin dan Zaitun
buah Tin dan Zaitun

Mengapa Dinamakan Surat At Tiin? 


Surat ini dinamakan At Tin diambil dari kata at Tin yang terdapat pada ayat pertama yang artinya buah tin. Surat At Tin adalah surat ke 95 dalam Al Qur'an yang berjumlah 8 ayat. Surat At Tin termasuk golongan surat yang turun di Mekkah atau disebut juga surah Makkiyyah. Meski hanya 8 ayat, dalam surat At Tin ini terkandung informasi penting dan menarik yang bisa kita dalami maknanya. Berikut uraiannya:

Ayat Pertama


وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِ 

"Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,"

Dalam ayat pertama, Allah SWT bersumpah dengan menyebut ciptaanNya, yaitu "Demi At Tin dan Zaitun", hanya Allah yang boleh bersumpah dengan ciptaanNya. Penyebutan dua nama buah ini tentunya terkandung banyak makna. 

Buah Tin


Tin atau ara adalah buah yang enak dan lembut serta cepat dicerna. Pohonnya adalah spesies yang banyak ditemukan di daerah Asia Barat Daya, Timur Tengah dan sekitar Laut Tengah, serta telah dibudidayakan sejak zaman purba karena buahnya. Pohon Tin adalah salah satu pohon keramat dalam Islam, yang buahnya menjadi kesukaan Nabi SAW. Bahkan Nabi dalam salah satu haditsnya juga pernah mengatakan bahwa buah tin adalah buah yang turun dari surga dan dapat untuk mengobati wasir dan encok. 

Menurut penelitian, buah tin/ ara kaya akan kandungan nutrisi, baik yang berupa vitamin, mineral maupun juga antioksidan, yang sangat bagus untuk kesehatan. Buah Tin dipercaya mampu menghilangkan racun berbahaya pada tubuh manusia. Selain itu, buah tin juga bermanfaat untuk memperhalus fisik, mengencerkan dahak, membersihkan ginjal, mencegah serangan jantung koroner, meningkatkan berat badan dan mengurangi kadar kolesterol di dalam darah. 

Buah Zaitun


Buah zaitun adalah buah yang dikenal memiliki keistimewaan karena kandungan minyaknya yang berlimpah. Meski banyak diambil minyaknya, buah zaitun alias olive juga kaya akan manfaat. Buah yang berwarna hijau atau ungu kehitaman ini bermanfaat jika dikonsumsi langsung. Manfaat dari buah zaitun ini berasal dari nutrisi, vitamin, mineral, dan senyawa organiknya, termasuk zat besi, serat, tembaga, vitamin E, senyawa fenolik, asam oleat, dan berbagai antioksidan. Selain itu, buah zaitun juga memiliki indeks glisemik yang rendah. Manfaat buah zaitun bagi kesehatan di antaranya yaitu dapat melawan infeksi, meningkatkan kesehatan jantung dan mencegah kangker. 

Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa keduanya (tin dan zaitun) adalah nama buah, tetapi keduanya juga dapat diartikan sebagai nama dua buah gunung yang menumbuhkan kedua buah tersebut.

Ayat Kedua


وَطُوْرِ سِيْنِيْنَ 

"Demi Gunung Sinai,"


Pada ayat ini Allah menyebutkan tentang Gunung atau bukit Sinai. Gunung Sinai terletak di semenanjung Sinai, lintasan antara tanah Mesir ke Israel, Arab, dan Mesopotamia. Gunung setinggi 2,285 meter ini juga dikenali dengan nama Jabal Musa (Gunung Nabi Musa). Dinamakan demikian karena konon di tempat inilah Nabi Musa menerima wahyu pertama dan diangkat menjadi Rasul. Penyebutan kata Siiniina pada ayat ini juga berarti 'yang diberkahi' atau yang baik karena memiliki banyak pohon yang menghasilkan buah. Pada malam Mi'raj, Rasulullah Muhammad SAW juga singgah sebentar di tempat ini dan melaksanakan shalat sebagai penghormatan beliau pada kesucian tempat tersebut. 

Ayat Ketiga


وَهٰذَا الْبَلَدِ الْاَمِيْنِ 

"dan demi negeri (Mekah) yang aman ini."


Yang dimaksud balad dalam ayat ini adalah kota Makkah Al Mukarramah. Kota ini disebut dengan kota yang aman karena siapa pun yang memasukinya akan terjaga keamanan dan keselamatannya. Orang-orang yang tinggal di dalamnya selalu merasa aman, baik pada zaman jahiliah maupun di zaman Islam. Kota ini juga banyak menyimpan sejarah sejak zaman Nabi Ibrahim As hingga Nabi Muhammad SAW. 

Ayat Keempat


لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْۤ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ  

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,"


Dalam ayat keempat ini disebutkan bahwa Allah telah menjadikan manusia dalam sebaik-baik bentuk, yaitu terdiri atas jasmani dan rohani yang seimbang. Proses kejadian manusia tidak sama dengan kejadian makhluk-makhluk lain. Manusia memiliki akal, jasmani, rohani dan nafsu. Anggota tubuh manusia serasi dan seimbang sehingga tampak indah, cantik dan memudahkan untuk melakukan kegiatan. Sedangkan hewan hanya memiliki jasmani dan nafsu saja. Dengan kesempurnaannya dibanding makhluk yang lain, manusia harus mampu menjaga keseimbangan yang dimilikinya itu supaya menjadi mulia. Apabila manusia mengutamakan nafsunya, maka ia akan turun derajatnya seperti hewan. Selain itu, manusia juga dibekali dengan akal pikiran supaya dapat membedakan yang baik (haq) dan yang buruk (bathil). 

Ayat Kelima


ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سَافِلِيْنَ 

"kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,"


Pada ayat kelima, Allah mengingatkan manusia bahwa sekalipun mereka sempurna, tetapi mereka dapat turun derajatnya menjadi makhluk yang hina karena pengetahuan, sikap dan perilakunya yang telah keluar dari aturan yang tetap ditetapkan oleh Allah melalui Rasulnya. Sementara Imam Jalaluddin dalam menafsirkan ayat ini menjelaskan bahwa ayat ini berarti ungkapan kiasan bagi masa tua manusia, di mana saat usia telah lanjut, maka kekuatan pun sudah mulai melemah dan pikun. Dengan demikian ia akan berkurang dalam beramal, berbeda dengan sewaktu masih muda. Sekalipun demikian dalam hal mendapat pahala ia akan mendapat imbalan yang sama sebagaimana sewaktu ia beramal di kala masih muda. Oleh karenanya jika sewaktu muda seseorang tidak pernah atau jarang beramal, ibadah tidak terurus, maka pada masa tuanya ia akan benar-benar merugi dan menjadi hina, baik di dunia dan akhiratnya.

Ayat Keenam


اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ 

"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya."


Dalam ayat keenam ini Allah menyebutkan orang-orang yang beruntung. Pengecualian dari ayat sebelumnya maka orang-orang yang tidak pernah hina adalah mereka yang beriman dan melaksanakan amal shalih. Orang yang demikian itu akan selamat dari kehinaan dunia dan akhirat. Dan bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya, atau pahala yang tak pernah terputus. Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa apabila orang mukmin mencapai usia tua hingga ia tidak mampu lagi untuk mengerjakan amal kebaikan, maka dituliskan baginya pahala amal kebaikan yang biasa ia kerjakan di masa mudanya dahulu.

Ayat Ketujuh


فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّيْنِ

"Maka apa yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu (tentang) hari Pembalasan setelah (adanya keterangan-keterangan) itu?"


Pada ayat ketujuh ini Allah mempertanyakan kepada orang-orang yang ingkar mengenai apa yang menyebabkan mereka tetap berpaling (ingkar) setelah mengetahui hal-hal yang telah disebutkan di atas (ayat-ayat sebelumnya), yaitu mengenai penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian dijadikan-Nya tua/ pikun atau menjadi hina karena perbuatannya, dan balasan bagi mereka yang beriman dan beramal shalih. Kesemuanya ini menunjukkan kepada kekuasaan-Nya untuk membangkitkan makhluk hidup kembali pada hari pembalasan kelak, yang mana terlebih dahulu diawali dengan hari kebangkitan lalu perhitungan amal perbuatan. 

Pada hari kiamat nanti ada hari pembalasan terhadap perbuatan manusia yang baik dan buruk. Manusia seharusnya tidak meragukan akan adanya hari pembalasan, karena Allah sudah menunjukkan bukti-buktinya. Allah memberikan akal kepada manusia untuk berpikir tentang ciptaanNya, dan hati untuk merasakan iman. Pertanyaan Allah ini juga untuk mengingatkan kepada kita akan adanya hari pembalasan agar kita tidak lupa dan lalai sehingga terjerumus dalam dosa dan kehinaan. 

Ayat Kedelapan


اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ

"Bukankah Allah hakim yang paling adil?"


Dalam ayat kedelapan atau terakhir Allah kembali bertanya, "Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?". Artinya Dia adalah hakim yang paling adil di antara hakim-hakim yang adil lainnya, dan keputusan-Nya adalah berdasarkan sifat tersebut. Di dalam sebuah hadis disebutkan, Barang siapa membaca surah At-Tiin hingga akhir surah, maka hendaknya sesudah itu ia menjawab, 'Balaa Wa Anaa 'Alaa Dzaalika Minasy Syaahidiin' (tentu saja kami termasuk orang-orang yang menyaksikan akan hal tersebut).

Allah SWT adalah Yang Maha Mengetahui, sebagus-bagus pencipta dan pengatur segala urusan. Allah yang memberi keputusan atas segala persoalan. Tiada perbuatan walau sekecil atom pun yang dapat terlepas dari pengadilanNya. Pengadilan Allah adalah sebaik-baik pembuat keputusan. Allah SWT Maha Pengasih kepada hamba-hambaNya. Ia senantiasa mengingatkan agar manusia tidak lupa diri. Jika ternyata manusia masih melakukan dosa, maka karena keadilanNya, manusia akan menanggung akibat dan pembalasan atas dosanya itu. Begitu pula Allah SWT juga telah menyiapkan kenikmatan bagi hamba-hambaNya yang taat dalam menjalankan syariatNya. 
Wallahu A'lam

Labels: Horizon, Mozaik

Thanks for reading Informasi Menarik dan Penting dalam Kandungan Surat At Tiin. Please share...!

0 Komentar untuk "Informasi Menarik dan Penting dalam Kandungan Surat At Tiin"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.