Kemuliaan Hari Asyura: Kisah Si Qadhi, Si Faqir dan Si Nashrani


Jika berbicara tentang bulan Muharram (terutama hari Asyura), ada banyak kisah dan hikayat yang berkaitan dengan kemuliaan bulan pertama pada kalender penanggalan Umat Muslim ini. Salah satunya adalah hikayat berikut ini. 

Keutamaan sedekah di hari Asyura

Dikisahkan di kota Ray, Iran, ada seorang Qadhi (hakim) yang sangat kaya raya. Suatu ketika saat hari 'Asyura (10 Muharram), datanglah seorang faqir kepada sang qadhi sembari memohon padanya, "Semoga Allah selalu memuliakan tuan qadhi. Saya orang miskin yang mempunyai banyak anak. Sekarang ini saya membutuhkan sekali bantuan tuan berupa 10 bungkus roti dan 5 tusuk sate sehubungan dengan kemuliaan hari Asyura ini"

Mendengar permohonan si faqir, dengan entengnya sang qadhi menjawab, "Tunggu sebentar, nanti saja setelah dzuhur atau sepulang saya dari kantor". Mendengar jawaban itu, si faqir pun pulang. 

Setelah matahari condong ke barat, si faqir memperkirakan kalau tuan qadhi sudah pulang. Maka ia pun berangkat kedua kalinya menuju rumah sang qadhi untuk menagih janjinya. Namun ketika telah bertemu, qadhi itu masih beralasan lagi sambil berkata, "Nanti sore saja kira-kira menjelang maghrib, sekarang ini saya belum menyiapkan apa yang kau butuhkan itu".

Dengan memendam rasa kecewa, si faqir pun pulang. Namun hatinya masih berharap sore nanti sang qadhi akan memenuhi janjinya. Pikirnya, tidak mungkin qadhi itu akan begitu teganya menipu atau mempermainkan seseorang. Begitu gumamnya dalam batin.

Ketika menjelang waktu maghrib, si faqir itu berangkat lagi menemui qadhi untuk menagih janjinya. Ternyata, si qadhi itu begitu teganya tidak menepati janji seraya mencari berbagai alasan. Si faqir pun kecewa, perut tak tertahankan dan betapa bingungnya dia. Sebab, selain dirinya, keluarganya juga menahan rasa lapar, dan waktu pun sudah hampir malam.

Ketika si faqir sedang dalam kebingungan, melintaslah di depannya seorang Nashrani. Karena terpaksa, si faqir itu pun nekad meminta bantuan padanya, "Demi kemuliaan hari Asyura ini, berilah saya apapun yang dapat kumakan agar malam ini kami sekeluarga tidak kelaparan".

Si Nashrani kemudian bertanya, "Apa maksudmu dengan kemuliaan hari Asyura itu?"

Si faqir itu pun menceritakan tentang kemuliaan-kemuliaan yang ada di hari Asyura dan amalan apa saja yang sebaiknya dilakukan.

Setelah mendengar penjelasan tentang hari Asyura dari si faqir, si Nashrani kemudian bertanya, "Apa makanan yang kau butuhkan saat ini?"

"Hanya beberapa bungkus roti dan daging secukupnya ditambah uang 2 dirham, itu sudah cukup bagi kami", jawab si faqir penuh harapan.

Tidak diduga, ternyata si nashrani itu memberinya tidak tanggung-tanggung. Dia memberikan padanya 100 tusuk sate, sepuluh bungkus roti serta uang sejumlah 20 dirham, bahkan si nashrani juga mengatakan, "anda setiap bulan akan saya beri sedekah sebesar ini demi menghormati dan memuliakan hari Asyura yang anda sebutkan keutamaannya tadi. Namun untuk sementara ini cepatlah anda pulang dan segera berikan makanan ini pada keluargamu agar mereka tidak lagi kelaparan".

Maka, si faqir itu pun bergegas pulang dengan hati berbunga-bunga membawa apa yang telah diberikan si nashrani itu. Ia sangat bahagia sekali karena tanpa diduga ia malah memperoleh apa yang semula diharapkan, bahkan mendapatkan jaminan setiap bulannya.

Malam pun tiba, dan si qadhi yang telah menolak memberikan sedekah kepadanya pun bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya itu seolah-olah ada yang berseru kepadanya, "Angkat kepalamu!"

Tiba-tiba saja ia melihat sebuah istana yang begitu mewah dan bercahaya kemilauan, dindingnya terbuat dari emas dan perak. Di sebelahnya lagi juga ada istana bertahtakan permata merah yang cahayanya memancar ke segala arah.

Tak lama kemudian, si qadhi bertanya, "Ya Ilahi!, milik siapakah semua ini?"

"Awalnya itu untukmu seandainya kamu mau memenuhi kebutuhan si faqir itu. Namun ketika kamu menolaknya, sekarang itu semua berpindah menjadi milik si nashrani itu".

Setelah bangun dari tidurnya, si qadhi terkejut dan bangkit seraya berteriak menyesali perbuatannya. Pagi harinya juga, sang qadhi segera menemui si nashrani seraya bertanya, Amalan apakah yang anda kerjakan kemarin. Sebab, saya telah bermimpi bahwa kau memiliki dua istana yang megah di surga? "

Si nashrani menjawab, "Saya hanya memberi seorang faqir apa yang menjadi keperluannya, itu saja!".

Begini saja, bagaimana kalau apa yang telah tuan lakukan itu saya ganti sepuluh kali lipat", tawar si qadhi.

"Mungkin tuan akan keberatan. Sebab selain pemberian itu, dalam setiap bulannya aku juga telah berjanji akan memberinya keperluan serupa kemarin sepanjang hayatku", sergah si nashrani.

"Sudahlah, itu pun saya tanggung dan tuan tak perlu khawatir", desak qadhi.

"Tidak, sebab, setiap amalan yang diterima di sisi Allah akan menjadi sangat mahal", tolak si nashrani.

"Bagaimana amalanmu itu bisa diterima sedangkan kau ini seorang nashrani?", tanya si qadhi.

Tiba-tiba, si nashrani itu melepaskan kalung salibnya. Tidak lama kemudian ia pun berikrar syahadat, "Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaah wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasuulullaah. Kemudian si Nashrani yang telah menjadi seorang Muslim itu pun pergi berlalu meninggalkan si qadhi.

Si qadhi hanya berdiri termenung seraya menggigit bibir dan menajamkan mata begitu lama, menyesali kecerobohannya sendiri. Apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur. (dikutip dari The Dream)

Labels: Kisah Hikmah

Thanks for reading Kemuliaan Hari Asyura: Kisah Si Qadhi, Si Faqir dan Si Nashrani. Please share...!

0 Komentar untuk "Kemuliaan Hari Asyura: Kisah Si Qadhi, Si Faqir dan Si Nashrani"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.