Varises adalah penyakit yang timbul akibat ketidakseimbangan yang terjadi pada urat-urat betis. Hal itu tergambar dengan munculnya urat yang keras dan berkelok-kelok serta penuh dengan darah yang berubah warna secara terus menerus pada kedua bagian tubuh yang paling bawah tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya varises, diantaranya yaitu faktor keturunan, pola makan dan jenis makanan, terlalu lama berdiri, kegemukan, gangguan proses sirkulasi darah dan gangguan hormon. Penyakit ini memakan korban yang tidak sedikit, mencapai 10-20% dari seluruh penduduk di dunia.
Mengenai kaitan shalat dengan tekanan-tekanan yang terjadi pada urat-urat darah halus betis ini, Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Alexandria, Dr. Taufiq Ulwan mengemukakan bahwa shalat melakukan peranan penting dalam mencegah penyakit varises pada betis. Hal itu dikemukakannya dalam tesis yang diajukannya pada Fakultas Kedokteran Universitas Alexandria pada tahun 1986 M untuk memperoleh gelar master.
Dalam penelitiannya, Dr. Ulwan melakukan pengukuran kadar hydroxiprolyn (zat yang bertanggung jawab atas kekuatan dinding urat) pada dinding saphena dengan melibatkan kelompok sampel yang terdiri dari 20 orang penderita varises. Hasilnya, kadar zat penting pembentuk urat (hydroxiprolyn) pada penderita varises yang rajin menjalankan shalat mencapai 26, 13, sementara pada penderita varises yang tidak melaksanakan shalat kadarnya hanya mencapai 16, 43.
Kendati kedua kelompok sama-sama berada di bawah angka normal kekuatan dinding urat, namun hasil ini tetap menjelaskan kekurangan yang cukup signifikan pada dinding urat darah halus orang-orang yang tidak shalat, jika dibandingkan dengan dinding urat kalangan yang rajin menjalankan shalat.
Akan tetapi kejutan yang paling mengesankan adalah ketika melakukan pengukuran zat hydroxiprolyn pada kelompok orang-orang yang terbebas dari penyakit varises. Kadar hydroxiprolyn pada urat saphena kelompok yang menunaikan shalat mencapai 80.93, sementara pada kelompok sehat yang tidak mengerjakan shalat hanya mencapai 63,40. Ini merupakan selisih penurunan mencengangkan yang memancing pertanyaan besar, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dr. Ulwan, mengenai peran besar shalat dalam menguatkan dinding urat-urat darah halus.
Dr. Ulwan juga melakukan pengukuran tekanan pada dinding urat saphena selama tahapan-tahapan pelaksanaan shalat, dengan melibatkan 15 responden yang tidak terkena varises. Hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Selama berdiri, tekanan pada dinding urat saphena rata-rata setara dengan 93,03 cm/air.
2. Setelah tempo waktu kira-kira setengah menit dalam posisi ruku', tekanan venous pada permukaan tungkai kaki menurun drastis dari tekanan venous saat posisi berdiri, yaitu hanya 49,13 cm/air.
3. Ketika bangkit dari ruku' (i'tidal) dan berdiri sejenak selama 30 detik, tekanan venous langsung kembali naik hingga 86,7 cm/air.
4. Dari posisi berdiri lalu turun untuk bersujud, tekanan langsung menurun sangat drastis hingga nilai rata-rata sekitar 3 cm/air. Jadi selama sujud nyaris tidak ada tekanan pada dinding urat di kedua ujung tungkai bagian bawah.
5. Ketika berubah posisi dari sujud ke duduk tuma'ninah, tekanan venous kembali naik menjadi 16,73 cm/air.
6. Meskipun ada kenaikan relatif dari tekanan venous sewaktu sujud, namun nilainya tetap sangat rendah jika dibandingkan dengan sewaktu berdiri dan ruku'.
7. Ketika sujud yang kedua kalinya, persis sebagaimana yang mereka lakukan saat shalat, tekanan venous turun lagi menjadi hanya 1,33 cm/air. Artinya, tekanan venous pada sujud kedua ini kira-kira hanya separo tekanan venous pada posisi sujud pertama.
Dengan perbandingan statistik yang rumit antara angka-angka tekanan venous yang benar-benar ekspresif dari segi ilmiah, peneliti melihat bahwa hal itu merupakan bukti nyata peranan impresif shalat dalam menurunkan tekanan venous pada dinding urat saphena.
Dari bertambahnya hydroxiprolyn pada urat-urat darah halus pada betis di satu sisi, dan menurunnya angka tekanan venous pada dinding urat-urat permukaan di ujung kaki bagian bawah kaki di sisi lain, dapat kita simpulkan bahwa shalat ikut turut andil dalam mengembalikan darah ke jantung melalui urat-urat darah halus yang kuat, di samping bantuan pada pemompa otot yang ia berikan selama pergerakan shalat.
Proses naiknya darah dari kedua tungkai kaki dan betis ke jantung (yang berkebalikan dengan proses gravitasi) selama posisi berdiri bertumpu secara semi sempurna pada tingkat vitalitas otot kedua belah betis, khususnya kontraksi-kontraksi ekspresif otot-otot bagian belakang betis (yang gemuk dan mengandung lemak) yang dikenal dengan istilah "pompa lemak". Pompa ini memiliki keistimewaan yang tinggi. Hal itu dikarenakan kumpulan otot-otot ini dibungkus secara kuat dengan urat-urat nadi, sehingga ketika otot-otot berkontraksi maka akan terjadilah tekanan kuat pada urat-urat ini.
Dr. Taufiq Ulwan lebih lanjut menegaskan bahwa shalat memiliki peran penting dalam memgembalikan darah ke jantung berkat gerakan-gerakan shalat yang sangat fleksibel dan membantu kinerja pompa tersebut, sehingga ia mampu bekerja dengan sempurna.
Ia juga melihat bahwa penurunan tekanan venous setelah tiap rakaat yang bukan saja hingga angka 30 cm/air, melainkan mendekati angka nol (1,33 cm/air) merupakan rahmat bagi manusia secara umum, terlebih lagi bagi orang-orang yang berjuang dalam tempo yang lama. (dikutip dari buku Keajaiban Ibadah Secara Medis, Yogyakarta)
Labels:
Kesehatan
Thanks for reading Shalat dan Pencegahan Varises. Please share...!
0 Komentar untuk "Shalat dan Pencegahan Varises"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.