Tradisi Kebangkitan Jepang


Jepang adalah negara tempat kemajuan teknologi dan kuatnya tradisi yang terangkum menjadi satu. Jepang adalah negara di Asia yang diakui kehebatannya di dunia, terutama oleh dunia barat. Berbagai julukan pun telah disandangnya, seperti Matahari Terbit, Macan Asia hingga Negeri Sakura. Kehebatan itu bukan serta merta lahir dan tanpa rintangan, tetapi ada rahasia dan kunci-kunci mengapa mereka bisa sukses dan bangkit dari keterpurukan pasca pengeboman kota Nagasaki dan Hirosima. Secara geografis, Jepang adalah negara yang sangat minim sumber daya alam, namun negeri ini banyak mempunyai keunggulan. Jepang juga memiliki budaya yang unik beserta tradisinya yang sungguh mempesona.

Kemajuan Bangsa Jepang dan gunung fuji
via artforia.com

Orang-orang Jepang rata-rata bertubuh kecil dan pendek alias cebol. Perempuan Jepang seperti gadis pingitan yang sangat pemalu dan segan. Sedangkan laki-laki Jepang adalah orang-orang yang tegas dan garang seperti samurai yang siap bertarung. Sebelum Restorasi Meiji, Jepang adalah bangsa yang hancur karena konflik sosial dan bentrokan antar kelompok. Akibatnya, kehidupan ekonomi pun tidak tertata dengan baik. Restorasi Meiji 1868 adalah sejarah penting bagi Jepang karena menjadi pemantik bagi pembaharuan. Restorasi Meiji merupakan usaha besar-besaran Kaisar Meiji untuk menciptakan Jepang baru, yaitu transformasi dari negara yang terisolasi dan miskin menjadi negara yang modern, dan hal ini membawa perubahan besar dalam kehidupan bangsa Jepang, terutama dalam bidang pendidikan.

Kuat dengan Kelemahan


Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tidak pernah menyerah akan segala kekurangan dan kelemahan pada diri sendiri mereka. Meskipun sumber alamnya minim, sering terjadi gempa dan topan, namun mereka berupaya agar dapat menjadi negara yang maju. Bekerja adalah untuk kesenangan bukan sekedar untuk mendapat gaji, dan bisnis adalah perang. Supaya menang perang, maka mereka harus melakukan persiapan lengkap untuk bertempur sekuat tenaga. Semua orang Jepang mengerti peribahasa "Hara ga hette ha ikusa ha dekinu" yang artinya "kalau lapar tidak bisa bertempur". Oleh karena itu, orang Jepang tidak akan pernah menerima kebiasaan puasa. Bagi mereka untuk bekerja harus makan dan mempersiapkan kondisi lengkap.

Etika orang Jepang adalah etika demi komunitas. Tujuan utamanya adalah membentuk hubungan baik di dalam komunitas, sedangkan kebesaran komunitas bergantung pada situasi dan zaman. Tindakan pribadi dinilai mendorong atau merusak rukun komunitas. Maka, misalnya minum-minuman keras juga tidak dimasalahkan bahkan minum bersama diwajibkan untuk mendorong rukun komunitas. Ajaran mereka juga digunakan untuk memperkuat etika komunitas ini. Sedangkan Smitic Monoteism (agama Yahudi, Kristen, dan Islam) yang mengutamakan Allah (Tuhan, God) daripada komunitas dan memisahkan seorang sebagai diri sendiri dari komunitas dianggap dapat merusak sebuah hubungan jadi boleh ditinggalkan. Ajaran Konfusianisme lebih cocok dengan etika demi komunitas ini.

Strategi Kebudayaan


Jepang maju dalam beberapa bidang, termasuk dalam bidang kebudayaan. Hasil dari kebudayaan itu kini bisa tampak dan dikenal seperti dalam bidang perfilman, bahkan tak ada seorang pun yang tak mengenal film Sinchan, Kamen Rider, Doraemon, dan Pokemon yang ditayangkan di 65 negara dan diterjemahkan ke dalam 30 bahasa, bahkan mulai dari anak-anak sampai orang tua, atau dalam beberapa dunia hiburan segmen dewasa, Jepang mampu memproduksi film porno sebanyak lima ribu setiap tahun, dan wajib disunting oleh badan sensor. Keunggulan lain misalnya dalam permainan video gamenya, anime, mode dan musik.

Produk-produk elektronik Jepang juga banyak digunakan dan dikenal dunia. Beberapa merk seperti Sony, Sanyo, Aiwa, Hitachi, Toshiba, Casio, Sharp, ataupun Panasonic, mereka selalu bisa ditemui di mana kita berada, di rumah, di jalan, di kantor di arena olahraga, dan sebagainya. Kadang kala kita tidak sadar bahwa barang-barang tersebut adalah buatan Jepang yang telah akrab dengan dunia kita. Sementara dalam ekonomi dan kesejahteraan rakyat, Jepang mampu menciptakan robot dan beberapa alat elektronik lainnya yang dikenal di seluruh dunia. Sementara dalam sektor makanan juga dikenal makanan sosis, sukiyaki, onigiri, tempura dan jenis makanan lainnya.

Tradisi Para Kesatria


Faktor utama kesuksesan bangsa Jepang terletak pada budaya kerja, sistem etika, pengelolaan yang bagus, kreatifitas dan semangat juang tinggi tanpa mengenal arti kelelahan. Salah satu sikap mental bangsa Jepang yang menonjol adalah kebenaran khas samurai. Sekitar abad ke 9 di Jepang terdapat sekelompok pendekar yang disebut samurai atau bushi, mereka menjadi sebuah kelas elite di masyarakat hingga abad ke 12. Istilah samurai sudah muncul sejak sebelum era Heian di Jepang. Pada zaman Nara (710-784 M) istilah ini diucapkan saburau dan kemudian menjadi saburai 'suruhan', 'pengikut', atau seseorang yang mengabdi kepada bangsawan.

Kaum samurai atau bushi mempunyai filosofi bushido, yaitu "jalan kaum petarung" atau "jalan kesatria". Di sisi lain pendekar yang tidak mempunyai majikan dan hanya berkelana seorang diri dinamakan ronin. Ronin 'orang ombak' juga merupakan samurai yang telah mengorbankan wibawa mereka atau yang telah gagal melaksanakan seppuku (menghukum diri sendiri dengan mengeluarkan salah satu organ tubuh), agar dapat mengembalikan nama baik klannya.

Hidup adalah Bekerja


Keberhasilan Jepang mempertahankan statusnya sebagai "Macan Asia" banyak dibantu oleh budaya kerja yang melekat pada masyarakatnya. Bagi orang-orang Jepang, hidup adalah bekerja. Tiada hari tanpa belajar dan bekerja. Mereka sangat disiplin dan menaruh penghargaan yang sangat tinggi terhadap waktu. Dan salah satu rahasia sukses terbesar bangsa Jepang adalah kaizen dan hansei. Kaizen adalah penyempurnaan tiada henti, sedangkan hansei perbaikan tiada henti. Kedua kunci penting ini merupakan filosofi hidup bangsa Jepang yang telah mengakar dan menjadi sokoguru bangkitnya perekonomian Jepang.

Harakiri


Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menggunakan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dari pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena "mengundurkan diri" bagi para pejabat yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugas.

Bagi mereka, mati lebih baik daripada menjadi bangsa yang dihina. Pada zaman dahulu seorang samurai akan melakukan harakiri jika kalah dalam pertarungan. Hal ini memperlihatkan usaha mereka menebus kembali harga diri yang hilang akibat kalah dalam pertarungan. Orang-orang Jepang menyatakan setiap laki-laki Jepang wajib bekerja. Namun, tidak demikian halnya bagi perempuan. Jika perempuan telah melahirkan, maka kewajiban yang utama adalah mengurus rumah tangga. Banyak perempuan Jepang menganggap anak sebagai ikigai (tujuan hidup) mereka, setelah menempuh sekolah menengah, kebanyakan perempuan Jepang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Di Jepang orang percaya, seorang ibu seharusnya berpendidikan baik dan berpengetahuan cukup untuk bisa memenuhi tugasnya sebagai pendidik anak-anaknya. Kalau pun ada ibu yang mencari nafkah, biasanya bekerja paruh waktu agar bisa berada di rumah saat anak-anak pulang sekolah. 

Prinsip sederhana juga nampak dalam kebiasaan sehari-hari bangsa Jepang. Soichiro Honda (pendiri Honda Motor), ia mengenakan seragam karyawan biasa di perusahaan, kemeja dan topi putih. Begitu juga Kaku (pemilik dan pendiri pabrik Canon) lebih suka bekerja di bengkel meskipun tersedia ruangan di setiap perusahaannya. Dia tidak memberi warisan kepada anak-anaknya, "Warisan paling berharga yang dapat saya berikan adalah membiarkan mereka sanggup berusaha sendiri", katanya. (Justisia, 2009)

Labels: Horizon, Seni Budaya

Thanks for reading Tradisi Kebangkitan Jepang. Please share...!

0 Komentar untuk "Tradisi Kebangkitan Jepang"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.