Asal Muasal Nama dan Sejarah Kabupaten Kendal


Kendal adalah nama sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kota Semarang dan Kabupaten Semarang di timur, Kabupaten Temanggung di selatan, serta Kabupaten Batang di barat. Kondisi geografis wilayah kabupaten Kendal terbagi menjadi dua, yakni dataran rendah dan pegunungan. Daerah pegunungan terletak di bagian paling selatan dengan ketinggian antara 0 sampai dengan 2.579 mdpl. Sedangkan daerah perbukitan berada di sebelah tengah dan dataran rendah serta pantai di sebelah utara dengan ketinggian antara 0 s/d 10 mdpl. 

Pada masa lalu, Kendal merupakan kota yang cukup penting di zaman Kerajaan Mataram Islam, Demak dan Majapahit. Posisinya yang berdekatan dengan pantai juga menjadikannya sebagai kota pelabuhan. Pada masa kini, Kendal juga dikenal dengan kota Santrinya, hal ini karena di beberapa wilayah, terutama di Kecamatan Kaliwungu, banyak berdiri ribuan pondok pesantren. Kabupaten Kendal memiliki semboyan Kendal Beribadat yang merupakan kependekan dari Bersih, Indah, Barokah, Damai, Aman, dan Tertib. 

Kabupaten Kendal

Asal Usul Nama Kendal


Dalam Babad Tanah Jawi disebutkan bahwa Kendal berasal dari nama sebuah pohon, yaitu Pohon Kendal. Menurut kisahnya, Sultan Trenggono (penguasa Demak) pada awal pemerintahannya (tahun 1521) pernah memerintahkan Sunan Katong bersama rombongannya untuk menyebarkan agama Islam di sekitar wilayah Kaliwungu (Kendal). Pada mulanya, penyebaran Islam di sekitar Kaliwungu tidak ada hambatan, namun begitu memasuki wilayah agak ke barat, mereka bertemu dengan seorang tokoh sakti bernama Mpu Pakuwojo. 

Mpu Pakuwojo adalah seorang yang ahli dalam membuat pusaka. Sebelumnya, ia juga merupakan petinggi Kadipaten di bawah Kerajaan Majapahit untuk wilayah Kendal/Kaliwungu. Mpu Pakuwojo adalah seorang Hindu bergaris keras. Dia sangat menentang kehadiran agama Islam di Kendal. Bahkan ketika ia mengetahui ada warga di sekitarnya yang masuk Islam, ia akan segera menghukumnya. Ketika Sunan Katong bermaksud menyebarkan agama Islam di Kendal, Mpu Pakuwojo sudah jelas menentang habis-habisan dan malah menantang Sunan Katong untuk beradu kesaktian. 

Dikisahkan Mpu Pakuwojo mulai mengeluarkan keris saktinya untuk menghajar Sunan Katong. Sunan Katong pun akhirnya terpaksa beradu kesaktian dengan Mpu Pakuwojo. Menghadapi Sunan Katong, ternyata Pakuwojo mengalami kekalahan, sehingga dia pun melarikan diri. Sunan Katong dan rombongannya pun kemudian mengejar Pakuwojo. Karena kelelahan, Mpu Pakuwojo kemudian bersembunyi di sebuah batang pohon yang berlubang. Namun takdir menentukan bahwa Mpu Pakuwojo tertangkap juga oleh Sunan Katong. 

Pada akhirnya, Mpu Pakuwojo pun menyerah dan kemudian masuk agama Islam dengan syarat tidak terjadi kekerasan dan paksaan. Oleh Sunan Katong, pohon yang dijadikan tempat persembunyian Pakuwojo itu kemudian diberi nama Pohon Kendal yang artinya penerang, karena di tempat itulah Pakuwojo terbuka hati dan pikirannya menjadi terang dan masuk Islam. Konon nama Kendal berasal dari kata Qondhali yang berarti penerang. Karena orang Jawa tidak fasih berbahasa Arab maka jadilah Kendal.

Menurut kisah, Sunan Katong juga sempat dibuat terpana ketika memandang keindahan dan kerindangan pohon tempat persembunyian Pakuwojo tersebut. Sambil menikmati pemandangan pohon Kendal yang tampak "sari" itu, dia menyebut bahwa di daerah tersebut kelak juga bakal disebut "Kendalsari". Pohon besar yang oleh warga masyarakat disebut-sebut berada di pinggir Jalan Pemuda Kendal itu juga dikenal dengan nama Kendal Growong karena batangnya berlubang atau growong. Peristiwa ini konon tercatat dalam Prasasti, bahkan hingga sekarang makam kedua tokoh dalam sejarah Kendal yang berada di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu itu masih dikeramatkan masyarakat secara luas.

Selain berasal dari nama sebuah pohon, dalam buku "Babad Tanah Kendal" karya Ahmad Hamam Rochani juga disebutkan bahwa ada banyak hal yang melatar belakangi asal usul nama Kendal. Salah satu di antaranya yaitu pendapat yang menyebutkan bahwa nama Kendal berasal dari istilah Kendalapura. Dilihat dari namanya, Kendalapura ini berkonotasi dengan agama Hindu. Artinya, bahwa Kendal mungkin sudah ada sejak agama Hindu masuk ke wilayah ini. Ada juga keterangan yang menerangkan bahwa Kendal berasal dari kata Kantali atau Kontali. Nama itu pernah disebut-sebut oleh orang-orang Cina sehubungan dengan ditemukannya banyak arca di daerah Kendal. 

Temuan-temuan ini patut dihargai dan bahkan bisa menjadi kekayaan sebuah asal-usul, walaupun kebanyakan masyarakat lebih cenderung pada catatan Babad Tanah Jawi yang menerangkan bahwa nama Kendal berasal dari sebuah pohon yang bernama pohon Kendal. Kisah penyebutan nama itu juga didukung oleh berita-berita perjalanan Orang-orang Portugis yang oleh Tom Peres dikatakan bahwa pada abad ke 15 di Pantai Utara Jawa terdapat Pelabuhan terkenal yaitu Semarang, Tegal dan Kendal. Bahkan oleh Dr. H.J. Graaf dikatakan bahwa pada abad 15 dan 16 sejarah Pesisir Tanah Jawa itu memiliki yang arti sangat penting. Selain itu, terdapat pula catatan-catatan pendukung lainnya yang berada di Universitas Leiden, Belanda, sebuah perguruan tinggi terkenal yang banyak menyimpan catatan sejarah Jawa.

Sejarah Kabupaten Kendal


Sejarah berdirinya Kabupaten Kendal tidak dapat dipisahkan dengan tokoh yang bernama Raden Tumenggung Bahurekso, Sang Adipati Kendal pertama. Raden Bahurekso yang pada masa mudanya bernama Joko Bahu adalah seorang abdi dalem kerajaan Mataram. Joko Bahu dikenal sebagai seorang yang peduli terhadap sesama dan pekerja keras, hingga ia pun berhasil memajukan daerahnya. Atas keberhasilannya itulah Sultan Agung Hanyokrokusumo akhirnya mengangkatnya menjadi Bupati Kendal bergelar Tumenggung Bahurekso. 

Selain itu, Tumenggung Bahurekso juga diangkat sebagai Panglima Perang Mataram pada tanggal 26 Agustus 1628 untuk memimpin puluhan ribu prajurit saat menyerbu VOC di Batavia. Pada pertempuran tanggal 21 Oktober 1628 di Batavia, Tumenggung Bahurekso beserta kedua putranya gugur sebagai Kusuma Bangsa. Dari perjalanan Sang Tumenggung Bahurekso memimpin penyerangan VOC di Batavia pada tanggal 26 Agustus 1628 itulah kemudian dijadikan patokan sejarah lahirnya Kabupaten Kendal.

Dalam perkembangan berikutnya, penggunaan momentum gugurnya Tumenggung Bahurekso sebagai penentuan Hari jadi kabupaten Kendal dinilai beberapa kalangan kurang tepat. Hal ini karena momentum tersebut merupakan sejarah kelam bagi seorang tokoh yang bernama Bahurekso, sehingga bila tanggal tersebut diambil sebagai momentum hari jadi dikhawatirkan akan membawa efek psikologis. Pada tahun 2006, akhirnya dilakukan tinjauan kembali guna menentukan tanggal yang tepat sebagai hari jadi Kabupaten Kendal yang dirasa lebih sesuai. 

Dari Hasil Seminar yang diadakan tanggal 15 Agustus 2006, dengan mengundang para pakar sejarah dan tokoh masyarakat, serta setelah diadakan penelitian dan pengkajian secara komprehensip, akhirnya menghasilkan kesepakatan dan kesimpulan bahwa Hari Jadi Kabupaten Kendal yang biasanya diperingati setiap 26 Agustus akhirnya diubah menjadi 28 Juli setiap tahunnya. Perubahan ini didasarkan pada pengangkatan Tumenggung Bahurekso sebagai Bupati Kendal pada 12 Robiul Awal 1014 H atau 28 Juli 1605 M. Hari atau tanggal tersebut dalam penanggalan Jawa jatuh pada hari Kamis legi malam Jumat pahing 1527 Saka. 

Momentum pengangkatan Tumenggung Bahurekso sebagai Bupati Kendal ini dinilai lebih tepat untuk dijadikan sebagai titik tolak diterapkannya hari jadi kabupaten Kendal. Penentuan Hari Jadi ini kemudian juga ditetapkan melalui Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Kendal Nomor 20 Tahun 2006, tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten Kendal (Lembaran Daerah no 20 Tahun 2006 Seri E nomor 15). Demikianlah Asal Muasal Nama dan Sejarah Kabupaten Kendal. Semoga bermanfaat. Diolah dari berbagai sumber. 

Labels: Sejarah

Thanks for reading Asal Muasal Nama dan Sejarah Kabupaten Kendal. Please share...!

0 Komentar untuk "Asal Muasal Nama dan Sejarah Kabupaten Kendal"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.