Grobogan adalah nama salah satu Kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, wilayah Grobogan berada di lembah yang diapit oleh dua pegunungan kapur, yaitu Pegunungan Kendeng di bagian selatan dan Pegunungan Kapur Utara di bagian utara. Kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah ini memiliki motto "Kombuling Cipto Hangroso Jati" yang artinya Bersatunya kehendak dengan Nyang Agung menumbuhkan rasa sejati hidup dalam kesucian). Adapun semboyan dari kabupaten ini yaitu Grobogan Bersemi (Bersih, Sehat, Mantap, dan Indah).
Asal Usul Nama Grobogan
Setidaknya ada dua versi sejarah yang saya temukan berkaitan dengan asal usul nama Grobogan. Meski demikian, kedua versi berikut ternyata memiliki alur sejarah dan kesimpulan yang sama, hanya saja tokoh-tokoh di dalamnya yang berbeda. Versi pertama mengatakan bahwa asal usul nama Grobogan berawal dari suatu peristiwa yang terjadi saat pasukan kesultanan Demak di bawah pimpinan Sunan Ngundung dan Sunan Kudus menyerbu pusat kerajaan Majapahit. Serangan tersebut berakhir dengan kemenangan dipihak pasukan Demak, sehingga kerajaan Majapahit pun akhirnya runtuh.
Ketika Sunan Ngundung masuk ke dalam istana Majapahit, dia menemukan banyak benda-benda pusaka yang ditinggalkan. Benda-benda itu pun kemudian dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam sebuah grobog. Grobog adalah sebuah wadah atau tempat untuk menyimpan berbagai benda seperti senjata/barang pusaka, wayang, perhiasan dan sebagainya. Benda-benda pusaka yang dimasukkan ke dalam grobog ini kemudian dibawa sebagai barang boyongan menuju ke Demak. Namun dalam perjalanan kembali ke Demak, grobog tersebut tertinggal di suatu tempat karena sesuatu sebab. Karena peristiwa tersebut sangat mengesankan hati Sunan Ngundung, maka sebagai kenangan, tempat tersebut kemudian diberi nama Grobogan, yaitu tempat grobog tertinggal.
Sedangkan versi kedua mengenai asal usul nama Grobogan dapat ditelusuri dari peristiwa saat Sunan Kalijaga membawa benda-benda pusaka warisan dari Prabu Brawijaya VII, Raja Majapahit yang kekuasaannya diruntuhkan oleh Raden Patah, Sultan Demak Bintoro. Benda-benda pusaka tersebut diangkut dalam beberapa wadah grobog. Saat dalam perjalanan kembali ke Demak, rombongan Sunan Kalijaga dihadang oleh gerombolan perampok Bango Mampang, penguasa Pegunungan Kendeng bagian barat. Grobog-grobog yang berisi benda-benda pusaka itu pun hendak diminta secara paksa oleh gerombolan perampok itu.
Dengan sifat arifnya, Sunan Kalijaga mempersilahkan mereka untuk memilih satu dari beberapa grobog itu. Setelah memilih satu grobog yang terbesar dan terberat menurut ukuran mereka, Bango Mampang pun memperbolehkan Sunan Kalijaga dan para punggawanya untuk melanjutkan perjalanan. Begitu grobog hasil rampasan itu dibuka, ternyata grobog terberat yang mereka pilih itu kosong belaka. Bango Mampang pun menjadi marah besar. Ia tinggalkan grobog kosong itu dan ia meminta kembali grobog lain yang lebih berat. Setelah diberikan, kali ini, ia dan anak buahnya tak kuasa mengangkatnya. Merasa dipermainkan, Bango Mampang kalap dan tidak terkendali lagi. Dibabatnya Sunan Kalijaga dengan pedang dan seluruh rasa marah bencinya. Namun berkali-kali ia mencoba melukai Sunan Kalijaga, ia tetap tidak bisa dan justru semakin terpuruk.
Pada akhirnya terjadilah kesepakatan perdamaian antara Sunan Kalijaga dan kelompok Bango Mampang. Mereka pun akhirnya melanjutkan perjalanan masing-masing. Tatkala rombongan Sunan Kalijaga telah sampai di Demak Bintoro, teringatlah oleh anak buah Sunan Kalijaga akan grobog kosong yang tertinggal di daerah Kendeng itu. Sunan Kalijaga pun mengatakan agar grobog kosong itu dibiarkan saja sebagai peringatan bagi anak cucu. Dari grobog yang tertinggal inilah maka lahir nama Grobogan.
Sejarah Kabupaten Grobogan
Sejarah wilayah Grobogan telah dikenal sejak masa kerajaan Mataram Kuno. Daerah ini pernah menjadi pusat Kerajaan Mataram dengan ibukotanya di Medhang Kamulan atau Sumedang Purwocarito atau Purwodadi. Salah satu kisah terkenal berkaitan dengan tempat ini adalah cerita tentang Ajisaka. Pusat kerajaan ini kemudian berpindah ke sekitar kota Prambanan dengan sebutan Medang i Bhumi Mataram atau Medang Mat i Watu atau Medang i Poh Pitu atau Medang ri Mamratipura. Pada masa kerajaan Medang dan Kahuripan, daerah Grobogan merupakan daerah yang penting bagi kerajaan tersebut.
Sementara pada masa kerajaan Majapahit, Demak, dan Pajang, daerah Grobogan selalu dikaitkan dengan cerita rakyat Ki Ageng Sela, Ki Ageng Tarub, dan Bondan Kejawan. Pada masa kerajaan Mataram Islam, daerah Grobogan termasuk Daerah Monconegoro dan pernah menjadi wilayah koordinatif Bupati Nayoko Ponorogo: Adipati Surodiningrat. Dalam masa Perang Prangwadanan dan Perang Mangkubumen, daerah Grobogan merupakan daerah basis kekuatan Pangeran Prangwedana (RM Said) dan Pangeran mangkubumi.
Sedangkan berdasarkan sejarah hari jadinya, keberadaan Kabupaten Grobogan berawal pada hari Senin Kliwon 21 Jumadilakhir 1650 atau 4 Maret 1726. Sejarah ini diambil dari cerita saat Susuhunan Amangkurat IV mengangkat seorang abdi yang telah berjasa kepadanya. Ng. Wongsodipo, nama abdi itu, kemudian diangkat menjadi bupati Tanah Monconagari yang menjadi taklukan raja yakni Grobogan dengan gelar R. T. Martopuro. Wilayah kekuasaannya meliputi Sela, Teras Karas, Wirosari, Santenan, Grobogan serta beberapa daerah di Sukowati bagian utara Bengawan Solo (babad Kartasura atau Babad Pacina 172-174).
Karena pada saat itu Kartasura masih dalam keadaan kacau, maka pengawasan terhadap daerah Grobogan diserahkan kepada kemenakan sekaligus menantunya yang bernama R. T. Suryonagoro (Suwandi), sementara R. T. Martopuro sendiri masih tetap di Kartasura. R.T. Suryonagoro diserahi tugas untuk menciptakan struktur pemerintahan kabupaten pangreh praja, seperti adanya bupati, patih, kaliwon, pamewu, mantri, dan seterusnya sampai jabatan bekel di desa-desa. Pada saat itu, Ibukota kabupaten berada di Grobogan, namun pada tahun 1864, ibukota dipindah ke Purwodadi.
Saat Indonesia dijajah Belanda, pemerintah kolonial membagi beberapa wilayah dalam beberapa Gewesten yang bersifat administratif yang kemudian dibagi-bagi lagi dalam Regentschap. Regentschap Grobogan saat itu berada dalam lingkungan Semarang Gewest. Setelah diberlakukannya Decentralisatie Besluit pada tahun 1905, regentschap diberi hak-hak otonomi dan untuk itu dibentuk Dewan Daerah. Regentschap Grobogan memperoleh otonomi penuh mulai tahun 1908. Pada tahun 1928, berdasarkan Staatbad 1928 No. 117, Kabupaten Grobogan mendapat tambahan dua distrik dari Kabupaten Demak yaitu Distrik Manggar dengan ibukota di Godong dan Distrik Singenkidul dengan ibukota di Gubug.
Pada tahun 1933, kabupaten Grobogan juga memperoleh tambahan Asistenan Klambu dari Distrik Undaan Kudus. Pada masa pendudukan Jepang, terjadi perubahan tata pemerintahan daerah, yaitu dengan Undang-undang No. 27 tahun 1942. Menurut UU ini, seluruh Jawa kecuali daerah Vorstenlanden dibagi atas : Syuu (Karesidenen), Si (Kotapraja), Ken (Kabupaten), Gun (Distrik), Son (Onder Distrik), dan Ku (Kelurahan/Desa).
Setelah Indonesia merdeka dan diberlakukannya Undang-undang No. 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah, maka Daerah Negara Republik Indonesia tersusun dalam tiga tingkatan, yaitu : Propinsi, Kabupaten, dan Desa (Kota Kecil). Selanjutnya berdasarkan UU No. 13 Tahun 1950 dibentuklah Daerah-daerah Tingkat II di lingkungan Propinsi Jawa Tengah. Dengan demikian UU inilah yang mendasari pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Grobogan. Dengan Perda Kabupaten Dati II Grobogan No. 11 Tahun 1991, maka ditetapkan pula bahwa Hari Jadi Kabupaten Grobogan adalah : Hari Senin Kliwon, 21 Jumadil Akhir 1650 atau 4 Maret 1726 atau 1 Rajab 1138 H. Ketentuan ini berdasar pada peristiwa saat diangkatnya R.T. Martopuro sebagai Bupati Monconagari di Grobogan.
Sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Grobogan
https://grobogan.go.id/profil/sejarah/grobogan-di-awal-sejarah
http://www.balaibudaya.org/2014/09/17/grobogan-revealed-kisah-asal-usul-kabupaten-grobogan/
https://aguuzpriono.wordpress.com/about/
Labels:
Sejarah
Thanks for reading Asal Usul Nama dan Sejarah Kabupaten Grobogan. Please share...!
0 Komentar untuk "Asal Usul Nama dan Sejarah Kabupaten Grobogan"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.