Kisah Ibnul Mubarak dan Seorang Penunggang Kuda


Abdullah bin Al Mubarak adalah Seorang Imam besar, penghafal hadits, Seorang Alim yang Faqih, pejuang, penulis sejumlah kitab, dan penempuh sejumlah perlawatan. Ia menguasai berbagai bidang ilmu hadits, bahasa Arab dan sejarah Arab. Ia juga seorang pemberani serta dermawan. Dengan semangatnya yang menggelora, ia senantiasa mengajak umat Islam untuk berjihad melawan kebathilan.

Ibnul Mubarak melaksanakan ibadah haji selama satu tahun dan berjihad pada tahun yang lain, sampai ia wafat saat dalam perjalanan menuju (riwayat lain dari) medan jihad, yaitu di Hit pada bulan Ramadhan 181 H. 

Ibnul Mubarak jihad penunggang kuda
ilustrasi

Al Hasan bin Ar Rabi' pernah bercerita: Seorang penunggang kuda dari pihak Muslim berangkat jihad dengan mengenakan cadar, kemudian ia berhasil membunuh seorang penunggang kuda dari pihak musuh yang telah melakukan hal serupa terhadap seseorang dari pihak Muslim. Kaum Muslim pun menyambutnya dengan teriakan takbir.

Penunggang kuda Muslim bercadar tersebut kemudian kembali ke kerumunan pihak Muslim dan tidak seorang pun mengenalnya, sampai akhirnya saya (Al Hasan bin Al Rabi') memintanya untuk membuka cadar yang dipakainya. Ternyata (setelah cadar dibuka), saya pun mengenalnya. Dia adalah Ibnul Mubarak. 

Saya kemudian berkata kepadanya, "Anda menyamarkan diri anda dalam kemenangan yang Allah memudahkannya dengan anda?". Ia (Ibnul Mubarak) menjawab, "Apa yang saya lakukan tadi tidak samar bagi Allah".

Alangkah indah dan mulianya ungkapan itu sehingga sangat patut untuk ditulis dan diberi catatan khusus supaya orang yang begitu mendambakan kemunculan dirinya mengetahui bahwa sikap itu merupakan bencana baginya. 

Suatu ketika, seorang penunggang kuda dari pihak musyrik tampil sebagai juru bicara. Orang tersebut menantang berduel dengan Ibnul Mubarak. Tiba-tiba waktu shalat tiba, Ibnul Mubarak pun memintanya untuk berhenti dan ia melaksanakan shalat dua rakaat.

Karena jihad merupakan bagian dari bepergian, shalat fardhu yang semula empat rakaat ia qashar menjadi dua rakaat. Selesai shalat Ibnul Mubarak mendatangi lawannya tersebut. Penunggang kuda yang musyrik (lawannya) tersebut berkata, "sebentar, hingga saya juga hendak beribadah dahulu". Ibnul Mubarak pun mempersilahkannya.

Kemudian si penunggang kuda yang musyrik itu beribadah dengan menyembah matahari. Ketika dia sedang sujud, Ibnul Mubarak berkata, "Saya sempat bermaksud hendak bersikap curang kepadanya, namun tiba-tiba terdengar suara oleh saya, 'Dan penuhilah janjimu, sesungguhnya janji itu akan dimintai pertanggungjawaban', maka saya (Ibnul Mubarak) pun tidak jadi mencuranginya. 

Setelah penunggang kuda yang musyrik selesai beribadah, ia berkata kepada saya, "Mengapa kamu bergerak?". Saya pun menjawab, "Semula saya ingin bertindak curang kepadamu". Orang itu bertanya, "Mengapa kamu tidak jadi mencurangiku?".

Saya menjawab, "Karena saya diperintah untuk tidak melakukan kecurangan". Orang itu kemudian berkata, "Dzat yang melarangmu bertindak curang itu telah memerintahku untuk beriman". Demikianlah, akhirnya penunggang kuda itu pun masuk Islam dan kemudian bergabung dengan barisan kaum Muslimin. 

Untaian Kata-Kata Mutiara Abdullah bin Al Mubarak

"Abdullah (yakni ibnul Mubarak) pernah ditanya, "Wara' manakah yang terberat itu?" Dia (Abdullah) menjawab, "(Bersikap wara' dalam) lisan".

"Awal dari sebuah ilmu adalah niat, kemudian memperhatikan, kemudian memahami, kemudian mengamalkan, kemudian menjaga, dan kemudian menyebarluaskan". 

"Orang yang cerdas tidak akan merasa aman dari 4 hal: pertama, terkait dosa yang pernah dilakukan, dia tidak tahu apakah yang akan Allah perbuat atasnya; kedua, umur yang tersisa, dia tidak tahu mengenai hal yang akan membuatnya celaka; ketiga, keutamaan yang Allah berikan kepada seorang hamba, dia tidak tahu bahwa sebenarya ia adalah sebuah tipuan dan istidraj; keempat, kesesatan yang tampak sebagai petunjuk termasuk ketergelinciran hati sehingga agama seseorang menjadi rusak tanpa sadar". 

"Kita mencari ilmu untuk mendapatkan dunia; sedangkan ilmu menuntun kita untuk meninggalkannya (dunia)".

"Orang yang bakhil terhadap ilmu, akan diuji dengan tiga perkara: pertama, kematian sehingga menyebabkan ilmunya hilang; kedua, menjadi lupa; ketiga, dekat dengan penguasa, sehingga ilmunya menjadi lenyap".

Labels: Kisah Hikmah

Thanks for reading Kisah Ibnul Mubarak dan Seorang Penunggang Kuda. Please share...!

0 Komentar untuk "Kisah Ibnul Mubarak dan Seorang Penunggang Kuda"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.