Setiap musim panen, masyarakat adat sunda memiliki tradisi unik yang selalu diselenggarakan setiap tahunnya. Tradisi upacara adat ini disebut Seren Taun. Seren Taun adalah tradisi adat sebagai bentuk ungkapan syukur atas hasil panen pertanian selama satu tahun penuh yang dilakukan masyarakat Sunda. Di beberapa desa adat yang melestarikan tradisi Seren Taun, upacara ini berlangsung khidmat dan semarak, bahkan menjadi atraksi yang mampu menarik wisatawan, baik wistawan lokal maupun mancanegara. Seren memiliki arti serah, seserahan, atau menyerahkan, dan taun yang berarti tahun. Jadi Seren Taun bermakna serah terima tahun yang lalu ke tahun yang akan datang sebagai penggantinya.
via kompas.com |
Sejarah Tradisi Seren Taun
Menurut catatan sejarah dan tradisi lokal, perayaan Seren taun telah diselenggarakan secara turun temurun sejak zaman Kerajaan Sunda purba seperti kerajaan Pajajaran. Upacara ini berawal dari pemuliaan terhadap Nyi Pohaci Sanghyang Asri, dewi padi dan kesuburan dalam kepercayaan Sunda kuno. Masyarakat Sunda kuno memuliakan kekuatan alam yang memberikan kesuburan tanaman dan ternak. Kekuatan alam ini diwujudkan sebagai Nyi Pohaci Sanghyang Asri, sedangkan pasangannya adalah Kuwera, dewa kemakmuran. Keduanya diwujudkan dalam Pare Abah (Padi Ayah) dan Pare Ambu (Padi Ibu) yang melambangkan persatuan laki-laki dan perempuan sebagai simbol kesuburan dan kebahagiaan keluarga.
Sistem kepercayaan masyarakat Sunda kuno memang dipengaruhi warisan kebudayaan masyarakat asli Nusantara, yaitu animisme-dinamisme, seperti pemulian arwah karuhun (nenek moyang) dan kekuatan alam, serta dipengaruhi ajaran bercorak Hindu. Pada masa lalu, Upacara-upacara di Kerajaan Pajajaran ada yang bersifat tahunan dan delapan tahunan. Upacara yang bersifat tahunan disebut Seren taun Guru Bumi yang dilaksanakan di Pakuan Pajajaran dan di tiap wilayah. Sedangkan Upacara besar yang bersifat delapan tahunan sekali atau sewindu disebut upacara Seren taun Tutug Galur atau lazim disebut upacara Kuwera Bakti yang dilaksanakan khusus di Pakuan.
Tradisi yang telah berlangsung sejak masa Pajajaran ini sempat berhenti ketika Pajajaran runtuh. Namun empat windu kemudian upacara itu hidup lagi di Sindang Barang, Kuta Batu, dan Cipakancilan. Sayangnya tradisi ini akhirnya benar-benar berhenti pada 1970-an. Setelah berhenti selama 36 tahun, tradisi Seren taun dihidupkan kembali sejak tahun 2006 di Desa Adat Sindang Barang, Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Upacara ini disebut upacara Seren taun Guru Bumi, sebagai upaya membangkitkan jati diri budaya masyarakat Sunda. Masyarakat pemeluk kepercayaan Sunda Wiwitan tetap menjalankan upacara ini, seperti masyarakat Kanekes, Kasepuhan Banten Kidul, dan Cigugur. Meski kini masyarakat Sunda mayoritas telah memeluk agama Islam, tradisi Seren Taun di beberapa desa adat Sunda seperti Sindang Barang tetap digelar dengan diisi doa-doa Islam.
Pelaksanaan Seren Taun
Pelaksanaan tradisi Seren Taun biasanya digelar pada tanggal 22 Bulan Rayagung, bulan terakhir dalam perhitungan kalender Sunda. Di Cigugur, Kuningan, penyelenggaraan upacara seren taun dipusatkan di pendopo Paseban Tri Panca Tunggal, kediaman Pangeran Djatikusumah, yang didirikan tahun 1840. Sebagaimana layaknya sesembahan musim panen, ornamen gabah serta hasil bumi mendominasi rangkaian acara tersebut. Selain desa adat Cigugur, beberapa desa adat lain yang biasa menyelenggarakan tradisi seren taun yaitu:
- Kasepuhan Banten Kidul, Desa Ciptagelar, Cisolok Kabupaten Sukabumi.
- Desa adat Sindang Barang, Desa Pasir Eurih Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor.
- Desa Kanekes Kabupaten Lebak Banten.
- Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya.
Rangkaian ritual upacara Seren taun berbeda-beda dan beraneka ragam dari satu desa ke desa lainnya, akan tetapi intinya adalah prosesi penyerahan padi hasil panen dari masyarakat kepada ketua adat. Padi ini kemudian akan dimasukkan ke dalam leuit (lumbung) utama dan lumbung-lumbung pendamping. Pemimpin adat kemudian memberikan indung pare (induk padi/ bibit padi) yang sudah diberkati dan dianggap bertuah kepada para pemimpin desa untuk ditanam pada musim tanam berikutnya.
via infobudaya.net |
Ketika tradisi upacara Seren Taun berlangsung, jalanan desa akan dipenuhi oleh arak-arakan hasil pertanian, terutama padi dan sayur mayur. Di Desa Cigugur misalnya, biasanya ditampilkan rangkaian tarian adat bernama Tari Buyung. Dalam tariannya, gadis-gadis cantik akan menari sambil membawa kendi di atas kepala. Tarian tersebut menggambarkan tentang rasa syukur masyarakat Sunda terhadap limpahan air yang telah diberikan oleh Tuhan. Aneka makanan seperti camilan dan kue juga dibagikan kepada siapa saja yang menyaksikan upacara Seren Taun, termasuk para wisatawan. Pada tradisi Seren taun di desa-desa yang ada di wilayah Banten, biasanya juga diadakan atraksi debus.
Tradisi Seren taun selalu diselenggarakan dengan berbagai keramaian dan pertunjukan kesenian adat. Selain yang disebutkan di atas, berbagai pertunjukan yang ditampilkan pada acara Seren Taun di antaranya seperti atraksi pencak silat, nyiblung (musik air), kesenian dari Dayak Krimun, Indramayu, suling rando, tarawelet, karinding, dan suling kumbang dari Baduy. Pada malam hari, acara Seren Taun juga dimeriahkan dengan pertunjukan musik tradisional dan pementasan wayang golek.
Filosofi Seren Taun
Pada beberapa daerah, masyarakat Sunda biasa menanam padi hanya sekali dalam setahun. Setelah musim panen, maka lahan akan diistirahatkan. Mereka percaya bahwa alam perlu keseimbangan, dengan diistirahatkan maka akan memulihkan lahan agar kembali subur. Sebagai penghormatan terhadap padi yang menjadi sumber utama kehidupan mereka, masyarakat melakukan berbagai ritual dari padi ditanam hingga siap dipanen. Dalam konteks kehidupan tradisi masyarakat peladang Sunda, Seren Taun merupakan wahana untuk bersyukur kepada Tuhan atas segala hasil pertanian yang diraih pada tahun ini, seraya berdoa agar hasil pertanian mereka akan meningkat pada tahun yang akan datang. (diolah dari berbagai sumber)
Labels:
Seni Budaya
Thanks for reading Mengenal Tradisi Seren Taun Masyarakat Adat Sunda. Please share...!
0 Komentar untuk "Mengenal Tradisi Seren Taun Masyarakat Adat Sunda"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.