Sejarah K. R. T Kolopaking, Penguasa Panjer (Kebumen)


Trah keluarga Kolopaking merupakan salah satu keluarga terpandang di Jawa, terutama masyarakat Jawa bagian selatan. Bahkan anggota dari keluarga ini pernah ada yang menjadi menteri, bupati, bahkan kalangan artis seperti artis senior Novia Kolopaking. Namun yang jelas, cikal bakal keluarga besar Kolopaking ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah Kabupaten Kebumen. 

Tumenggung Kolopaking I (Ki Gedhe Panjer III) yang sebelumnya dikenal Ki Kertowongso adalah penguasa Kebumen yang pada masa itu masih bernama Panjer. Wilayahnya meliputi Rowo Ambal, Bocor, Petanahan, Puring, Gombong, Karanganyar, Panjer, Kutowinangun, dan Prembun dengan ibukota Panjer. Tumenggung Kolopaking juga merupakan salah satu buyut (cicit) dari penguasa Panjer pertama, Ki Bodronolo (baca: Riwayat Hidup Ki Bodronolo). Silsilahnya yaitu Ki Bagus Bodronolo berputra Ki Bagus Kertasuta berputra Ki Bagus Curigo berputra Ki Bagus Kertowongso. 

Makam Kolopaking
Kompleks makam Kolopaking di Desa Kalijirek Kebumen, via aroengbinang.com

Asal Mula Gelar Kolopaking


Sejarah asal mula gelar atau sebutan Kolopaking berawal dari huru-hara yang terjadi di keraton Mataram, yang kala itu kekuasaan dipegang oleh Sunan Amangkurat I. Kebijakannya yang lebih dekat kepada VOC, banyak menimbulkan ketidakpuasan para bangsawan keraton. Bahkan diantara mereka ada yang dibunuh dan diusir dari keraton. Selain itu, pemberontakan juga terjadi di beberapa daerah. 

Salah satunya yang terkenal adalah pemberontakan Trunojoyo. Bahkan pemberontakan Pangeran Trunojoyo dari Madura ini berhasil menduduki istana Mataram pada tanggal 2 Juli 1677. Namun Sebelum keraton dikuasai Trunojoyo, Sunan Amangkurat I dan putranya yang bernama Raden Mas Rahmat berhasil melarikan diri ke arah Barat. Ia bersama rombongannya bergerak menuju Kasunanan Cirebon (versi lain menuju Batavia). 

Dalam pelarian tersebut, Sunan Amangkurat I jatuh sakit. Pada tanggal 26 Juni 1677, rombongan kerajaan ini kemudian singgah di wilayah Panjer yang pada saat itu dikuasai oleh Ki Kertowongso (Ki Gedhe panjer III). Keputusan Ki Kertowongso menerima Sunan Amangkurat I, di satu sisi merupakan bentuk kesetiaan atau loyalitasnya yang tinggi terhadap raja Mataram yang sedang dalam pelarian itu. Di sisi lain juga menunjukkan keberaniannya dalam menentukan pilihan yang mengandung resiko besar, sebab jika hal itu diketahui oleh Pangeran Trunojoyo, maka ia dianggap oleh penguasa baru itu membantu pelarian dan hukumannya tidak ringan.

Konon rombongan Sunan Amangkurat I singgah di Panjer saat malam hari. Kebetulan malam itu hujan turun dengan lebatnya. Sunan Amangkurat I meminta diberi minum air degan (air kelapa muda) kepada Ki Kertowongso. Karena kondisi tidak memungkinkan, Ki Kertowongso tidak dapat memetik Kelapa Muda, sehingga yang diberikan justru air kelapa tua kering (kelapa aking). Namun dengan minum air kelapa itulah Sunan Amangkurat I merasa segar dan sembuh sakitnya serta pulih kekuatannya. 

Atas jasanya dalam memberi minum kelapa aking kepada Sunan Amangkurat I itulah maka Ki Gedhe Panjer III kemudian diangkat sebagai seorang Tumenggung dengan gelar Tumenggung Kalapa Aking I (Kolopaking I, sebagai departemen Adipati panjer I, 1677 - 1710). Selain itu, ia juga dinikahkan dengan putri Sunan Amangkurat I yang bernama Dewi Mulat (Klenting Abang). 

Masa Kekuasaan Dinasti Kolopaking


Setelah usai memegang pemerintahan di Kadipaten Panjer, tumenggung Kolopaking I digantikan oleh putranya yang bergelar Tumenggung Kalapaking II (1710 - 1751), dilanjutkan oleh Tumenggung Kalapaking III (1751 - 1790) dan Tumenggung kalapaking IV (1790 - 1833). 

Pada saat pemerintahan di bawah Tumenggung Kolopaking IV, perang Diponegoro meletus. Raden Tumenggung Kolopaking IV yang menyatakan diri dibelakang perjuangan Pangeran Diponegoro akhirnya harus menerima akibatnya. Keluarga Kolopaking pun disingkirkan oleh Belanda. Apapun yang berbau Kolopaking baik nama, cerita atau adat harus dihilangkan. 

Akibat dari sikapnya itu, Belanda juga menerapkan siasat adu domba. Tumenggung Kolopaking harus berhadapan dengan Adipati Arungbinang IV. Meski begitu, keluarga Kolopaking tetap berjuang dengan gigih melawan Belanda dan akhirnya Belanda merasa kewalahan.
Dikisahkan suatu ketika terjadi pertempuran antara prajurit Kolopaking melawan Belanda. Peristiwa itu terjadi disebelah utara kota Kebumen sekarang. Di sana terdapat Gunung Pogog. Gunung yang pada mulanya tinggi ini oleh Kolopaking dipotong dengan kerisnya untuk menutup celah perlindungan sehingga gunung yang dipotong tersebut menjadi pogog. 

Potongan gunung pogog itu kemudian oleh Arungbinang IV dicongkel memakai tongkat pusakanya dan dilempar ke arah timur jatuh di persawahan menjadi Gunung Gendek (gundukan) yang sekarang menjadi perumahan RSS Jatimulyo dan di sebut pula dengan nama Gunung Malang Kencana. 

Pertempuran antara Kolopaking IV dan Arungbinang IV mempunyai kekuatan yang berimbang. Setelah pertempuran berjalan cukup lama, lengan Kolopaking IV tergores oleh tombak Arungbinang IV dan mengeluarkan darah. Sepengetahuan Arungbinang IV siapa yang terkena tombaknya sampai luka pasti langsung mati, namun Kolopaking IV tidak, dan darah yang jatuh menjelma menjadi ular-ular berbisa dan memburu Arungbinang IV melarikan diri menghindari kejaran ular-ular berbisa tersebut. Karena pertempurannya sangat kuat (kenceng) maka tempat tersebut dinamakan Si Kenceng (dekat Stadion Candradimuka sekarang). 

Perselisihan ini akhirnya berakhir dengan pembagian wilayah, dimana dua anak Kolopaking kemudian diangkat menjadi Bupati, yang pertama di Kabupaten Karanganyar dengan nama Ki Sukadis (Raden Tumenggung Kertinegoro), dan yang kedua di Banjarnegara dengan nama Atmodipuro (Raden Tumenggung Joyonegoro). 

Keduanya tidak lagi menggunakan gelar Kolopaking. Sedangkan Arungbinang IV tetap berkuasa di Panjer. Sejak pemerintahan Arungbinang IV inilah panjer Roma dan panjer Gunung akhirnya digabung menjadi satu dengan nama Kebumen. (diolah dari berbagai sumber

Labels: Kebumen, Profil Tokoh, Sejarah

Thanks for reading Sejarah K. R. T Kolopaking, Penguasa Panjer (Kebumen). Please share...!

9 comments on Sejarah K. R. T Kolopaking, Penguasa Panjer (Kebumen)

  1. Terimakasih informasi tentang asal mula gelar Kolopaking. Apakah ada data atau sejarah / silsilah tentang keturunan dari Kolopaking baik yang menjadi bupati di Karanganyar maupun yang menjadi bupati di Banjarnegara. Jika ada saya akan sangat senang sekali untuk mengetahuinya. Terimakasih

    BalasHapus
  2. Matur nuwun Mas Santos saya saiful anwar, sy merupakan turunan Tumenggung Kolopaking IV, dan silsilah kami sudah tersusun..juga..rencanaa saya akan mewujudkan dalam bentuk visual mungkin 2 hingga 3 tahun kedepan. Dan benar banyak keluarga dari Mbah Buyut Kakung sy tinggal di wilayah Kebumen...sehat selalu Mas Santos.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Matur nuwun mas Saiful Anwar. Semoga sukses dan harapannya lekas terwujud.

      Hapus
    2. Maaf mas saiful anwar mau bertanya untuk silsilah dan keturunannya apakah masih ada sampai sekarang? Jika ada mohon informasinya ... terimakasih

      Hapus
    3. Salam kenal pak/mas saya juga masih tidak turun eyang kolopaking III ingkang kagungan putra Krat kartanegara

      Hapus
    4. Pangapunten kang mas saiful anwar, kalo boleh tau apakah Tumenggung Kolopaking iv punya putra atau cucu yang bernama Condromenggolo ?

      Hapus

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.