Imam Al Bukhari, Sang Penghulu Para Ahli Hadits


Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-ju’fi al-Bukhari atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari adalah seorang ulama dan ahli dalam ilmu hadits. Sebagian kalangan bahkan menyebut beliau dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (pemimpin Kaum Mukminin dalam Ilmu Hadits). 

Ketelitian dan kecermatannya untuk mengumpulkan hadits-hadits shahih telah diakui oleh para Ulama. Bahkan kitab hadits yang disusunnya (Shahih Bukhari) pun menjadi rujukan hampir semua Ulama di dunia. Nama besarnya sejajar dengan para ahli hadits yang pernah ada sepanjang zaman.

Makam Imam Bukhari
makam Imam Bukhari via redkal.com

Kelebihan Imam Al Bukhari telah disaksikan oleh sejumlah saksi adil dari kalangan sahabat dan muridnya yang telah mengenal kelebihan dan kepandaiannya. Muhammad bin Hamdun Ash-Shaffar pernah berkata, "Saya melihat Muslim bin Al Hajjaj, seorang Muhaddits yang menyusun Shahih Muslim, datang kepada Al Bukhari dan kemudian mencium kedua matanya seraya berkata: 

"Izinkanlah aku mencium kedua kakimu, hai gurunya para guru, pemimpin para muhaddits, dan dokter hadits". Kemudian Imam Muslim bertanya kepada beliau tentang hadits kifarat majlis, maka Imam Al Bukhari kemudian menyebutkan illatnya. Setelah itu, Imam Muslim pun berkata, "Tidak akan membencimu kecuali orang yang dengki, dan aku bersaksi bahwa tidak ada di dunia ini orang yang seperti anda". 

Memang, tidak ada di dunia ini orang yang seperti beliau. Allah telah menganugerahkan kepada beliau kekuatan hapalan, ketepatan dalam mentransfer hadits, dan kemampuan dalam memahami illat serta membedakan antara hadits yang shahih dan hadits yang saqim (berpenyakit, dhaif). 

Kitab beliau, Al Jami' As Shahih (Shahih Bukhari), juga merupakan kitab yang disepakati oleh mayoritas Ulama sebagai kitab yang paling shahih setelah Al Qur'an, dan ini merupakan bukti kebenaran karakter beliau. 

Bagaimana tidak, beliau adalah seorang hujjah (dapat dipegang haditsnya), tsabt (orang yang teguh hatinya) dan orang yang terkuat hapalannya terhadap Sunnah Rasulullah SAW, baik hadits qauli (ucapan Rasulullah), fi'li (tindakan Rasulullah) maupun taqriri (ketetapan Rasulullah). Tidak seorang pun yang mampu menyetarai beliau dalam kekuatan hapalan dan ketepatan periwayatan, baik tentang sanad maupun tentang matan hadits. 

Diriwayatkan, suatu ketika beliau memasuki kota Samarkand, maka berkumpullah 400 orang Ulama hadits di sana. Masing-masing dari mereka kemudian menukar sanad pada matan yang lain dan mencampuradukkan sanad, sehingga sanad-sanad orang Syam ditukar dengan sanad-sanad orang Irak. Kemudian mereka membacakan semua hadits tersebut di hadapan Imam Al Bukhari dengan maksud menguji kemampuannya. 

Imam Al Bukhari pun mengembalikan masing-masing matan hadits kepada sanadnya serta meluruskan semua sanad dan matan hadits tersebut. Mereka tidak dapat menggelincirkannya dalam suatu sanad maupun matan. Demikian juga hal tersebut mereka lakukan di Baghdad, sehingga mereka kemudian menyiarkan kelebihan dan kecerdasan beliau. 

Imam Al Bukhari sepanjang hayatnya dikenal sebagai orang yang sangat wara' (sangat menghindari hal-hal yang dilarang agama) dan beliau juga menempati posisi yang sangat tinggi dalam zuhud (tidak mencintai dunia). Beliau juga lebih suka menjauh dari para penguasa. Suatu hal yang ingin beliau peroleh dengan sikapnya menjauhi penguasa dan zuhud dari berinteraksi dengan mereka adalah keselamatan agamanya dan terbebas dari terlukai takwanya. 

Selain itu, beliau juga ingin mendapatkan kesempatan yang leluasa untuk kesibukannya menghimpunkan hadits Rasulullah SAW, dan memperhatikannya dengan perhatian yang layak, karena Sunnah tidak diragukan lagi merupakan sumber ajaran Islam yang kedua.

Oleh karena itu, beliau pun memfokuskan perhatian kepadanya, mengarungi batas berbagai wilayah Islam dengan mengendarai kuda atau unta, dan dalam kesempatan lain, beliau juga berjalan kaki untuk menerima hadits dari periwayatnya yang terpercaya. Beliau rela mencari dan menghimpun hadits dengan cara menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan. Beliau berkata: 

"Saya memasuki Syam, Mesir, dan Jazirah Arabia sebanyak dua kali. Dan saya memasuki Bashrah sebanyak empat kali. Saya menetap di Hijaz selama enam tahun. Saya tidak dapat menghitung berapa kali saya memasuki Kufah dan Baghdad bersama para muhadditsin". 

Tidak diragukan lagi bahwa beliau adalah seorang guru yang tidak hidup untuk dirinya sendiri, melainkan hidup untuk hadits Rasulullah SAW, dan beliau telah menghabiskan seluruh umurnya untuk mencari dan menghimpun hadits. Beliau bahkan telah menyerahkan dirinya untuk menjadi pelayan hadits sejak umur dua puluh tahun. 

Beliau mengatakan, "Saya telah mampu menghapal hadits, sedangkan saya masih dalam kuttab (lembaga pendidikan anak-anak)". Seseorang bertanya, "Saat itu anda berumur berapa tahun?". Beliau menjawab, "Sepuluh tahun atau kurang". 

Motivasi beliau adalah untuk mempermudah pemahaman syariat bagi orang yang datang kemudian agar mereka mengambil dari sumber yang telah terhimpun, sumber yang tidak akan kering. Lalu, mereka dapat meriwayatkannya dari lautan yang segar dan bersih, serta menggembala dari padang rumput Rasulullah SAW di taman yang lebat. 

Demikianlah Al Bukhari, seorang laki-laki yang benar-benar hidup dalam iklim Sunnah Muhammad SAW, yang berusaha untuk menyelidiki hadits-hadits Nabi dengan menanggung segala kesulitan dan kelelahan yang tidak akan diketahui kadarnya, kecuali orang yang mengalaminya. Beliau suguhkan hasil karyanya sebagai hadiah yang diperuntukkan bagi para penuntut hadits dalam pengajarannya di segenap majlis-majlis ilmu di manapun berada.

Labels: Profil Tokoh

Thanks for reading Imam Al Bukhari, Sang Penghulu Para Ahli Hadits. Please share...!

0 Komentar untuk "Imam Al Bukhari, Sang Penghulu Para Ahli Hadits"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.