Mengenal HIV AIDS, Penularan dan Pencegahan


Sejak kali pertama ditemukan (1981), AIDS masih menjadi misteri. Istilah AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom) seringkali rancu dengan HIV. Padahal antara keduanya berbeda meskipun memiliki keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh seseorang, sedang AIDS adalah ketika kekebalan tubuh seseorang tidak dapat menghalau kuman ataupun infeksi. 

Pita merah AIDS

Pada fase awal, seseorang yang terserang HIV memang tidak berpengaruh signifikan. Bahkan mereka yang baru terserang begitu nampak sehat. Sebab virus HIV yang masuk ke dalam tubuh akan bersembunyi untuk beberapa lama di dalam sel-T, dan perlahan-lahan virus akan menyerang sel-T. Sel-T sendiri merupakan sel yang dapat memerangi kuman dari infeksi. Dan pada fase ini memungkinkan terjadinya penularan, yang ditandai dengan penyakit ringan, seperti flu yang berkepanjangan.

Dalam jangka waktu yang tidak bisa diprediksikan, virus HIV akan memperbanyak diri serta mulai merusak sel-T. Dan dalam jangka 5 tahun, HIV bisa dimasukkan ke dalam fase kritis. Dampak yang terlihat pada fase ini adalah penyakit bawaan yang gampang sekali menyerang tubuh. Pada stadium inilah orang bisa dikatakan positif terserang AIDS, karena kekebalan tubuh semakin tak bisa menghalau penyakit yang mulai menyerang tubuh. Penyakit yang umumnya timbul pada si penderita adalah diare, sariawan, dan penurunan berat badan yang sangat drastis. Namun penyakit ringan yang diderita penderita AIDS bisa sangat berbahaya.

Penularan dan Pencegahan


AIDS dan HIV merupakan jenis penyakit menular, sistem penularannya menggunakan beberapa media, antara lain: pertama, melalui jarum suntik. Jarum yang sudah digunakan untuk menyuntik penderita AIDS akan sangat berbahaya sekali jika dipakai menyuntik orang lain, karena akan terjadi kontak sisa darah dari penderita kepada orang lain. Kedua, tranfusi darah. Jika kontak sisa darah saja sangat berpotensi menularkan HIV apalagi tranfusi darah dengan salah satu pihaknya menderita AIDS. Ketiga, kandungan seorang ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS akan menularkan penyakitnya kepada bayi yang dikandungnya. Keempat, sekaligus menjadi faktor terbesar dalam penularan HIV/AIDS adalah bergonta-ganti pasangan seks baik dengan atau tanpa pelindung.

Dari cara penularannya, dapat diambil kesimpulan bahwa virus HIV mudah sekali berpindah dari tubuh satu ke tubuh yang lain. Namun bukan berarti dengan adanya penularan yang sangat sulit dideteksi oleh mata, kita harus cemas ataupun kuatir. Sebab ada beberapa langkah antisipasi untuk minimalisir penularan penyakit tersebut, di antaranya: Pertama, menggunakan jarum suntik yang telah disterilkan. Kedua, memastikan bahwa darah yang akan ditranfusikan ke tubuh telah melalui tes HIV. Adapun jika kita ingin memastikan darah kita benar-benar bebas dari virus tersebut ada baiknya setiap 6 bulan sekali memeriksakan darah ke rumah sakit. Sebab semakin dini kita melakukan penanganan, resiko tertular AIDS/HIV semakin kecil. Ketiga, memastikan bahwa saat melakukan hubungan seks memakai kondom secara benar, sehingga tidak terjadi kebocoran pada alat pengaman.

Sampai detik ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa AIDS/HIV hanya bisa ditularkan melalui hubungan seks, padahal bukan hanya dari hubungan tersebut virus ini ditularkan. Mungkin pandangan yang demikian karena minimnya informasi yang diperoleh dalam lingkungan. Untuk mengubah pandangan tersebut ada baiknya penerapan informasi dilakukan di berbagai lingkungan, dengan harapan dapat meminimalisir angka penderita yang makin bertambah tiap tahunnya. Rata-rata usia yang mudah terserang virus AIDS/HIV berkisar antara 20-29 tahun, sebab pada masa-masa itulah dorongan seseorang melakukan hubungan seksual lebih tinggi. Jadi penanganan berupa informasi yang diperoleh dari sekitar juga memiliki peranan yang sangat penting. Pemberian informasi tersebut dilakukan beberapa lingkungan yang dirasa memiliki dampak yang sangat berpengaruh, di antaranya:

Pertama, pemberian informasi yang diperoleh dari keluarga atau orang tua. Dari sinilah mereka akan menerapkan informasi yang telah diperoleh sebelum berbaur dengan lingkungan baru, karena dalam pergaulan informasi yang didapat bisa menjadi pijakan. Sebab semakin dewasa usia seseorang, semakin rentan terjangkit virus mematikan ini, sehingga perlu diadakan pencegahan yang sangat efektif.

Kedua, pemberian informasi lewat sekolah. Dari sini pula mereka akan menerapkan ilmu yang didapat ke masyarakat. Namun sayang hal tersebut jarang sekali ditemui di sekolah-sekolah. Sebab hal yang berbau pengenalan kesehatan reproduksi belum dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah. Sehingga rata-rata mereka yang baru mengetahui tentang bahaya AIDS/HIV ketika mereka mengecap perguruan tinggi.

Terakhir, melalui informasi yang didapat dari media massa atau petugas kesehatan. Biasanya mereka yang memakai media ini adalah mereka yang positif terifeksi, karena dari media ini mereka akan mengetahui lebih dalam akan AIDS/HIV. Padahal jika penanganan dilakukan lebih awal hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan.

Namun bukan berarti tidak ada harapan untuk bertahan melawan virus mematikan tersebut, sebab ada beberapa cara yang bisa dilakukan, meskipun cara demikian tidak bisa menghilangkan atau menyembuhkan virus yang bersemayam di dalam tubuh. Dengan pemberian obat-obatan antiretroviral yang intensif dapat bekerja melawan infeksi dengan cara menghambat replikasi HIV/AIDS dalam tubuh, serta diimbangi dengan pola hidup sehat dan mengkonsumsi makanan-makanan bergizi yang cukup. Sebab salah satu tanda seseorang terkena HIV/AIDS adalah gampang lelah. Dan diharap dengan pengkonsumsian makanan-makanan yang bergizi dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Simbol Pita Merah


Simbol yang dipakai sejak tahun 1991 ini adalah simbol solidaritas dunia dengan orang yang positif terinfeksi HIV dan orang yang hidup dengan AIDS. Sebab mereka yang telah terjangkit HIV memerlukan dorongan dari orang terdekat dan orang sekitar. Karena dari dorongan itulah motivasi untuk melawan rasa takut akan virus AIDS/HIV yang diderita dapat berkurang, serta mampu bertahan dari kucilan masyarakat. Sebab masih banyak ditemui sampai saat ini, orang yang terserang HIV/AIDS diasingkan dengan "embel-embel" mereka tidak ingin tertular penyakit pada si penderita AIDS/HIV. Padahal yang demikian seharusnya tidak perlu ditakuti, sebab kalau hanya sekedar berjabat tangan, berciuman pipi, berkomunikasi tidak akan memungkinkan terjadi penularan.

Bukan hanya orang normal yang menginginkan bersosialisasi dengan masyarakat, namun orang-orang yang telah terinfeksi HIV/AIDS juga menginginkan hal yang sama. Dari simbol pita merah tersebut, mari kita rangkul bersama mereka yang benar-benar terinfeksi HIV/AIDS untuk tetap optimis mejalani hidup. Sebab masih ada harapan untuk tetap bertahan melawan penyakit mematikan tersebut. (justisia, 2009)


Labels: Kesehatan

Thanks for reading Mengenal HIV AIDS, Penularan dan Pencegahan. Please share...!

0 Komentar untuk "Mengenal HIV AIDS, Penularan dan Pencegahan"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.