Makepung, Tradisi Unik Adu Balap Kerbau dari Bali


Bali merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang teguh dalam memegang erat tradisi dan budayanya. Bahkan karena inilah nama Bali justru kadang lebih dikenal masyarakat dunia ketimbang nama Indonesia, selain tentunya juga karena keindahan alamnya. Ada beragam tradisi unik di Bali yang selalu berhasil menarik jutaan wisatawan dari dalam dan luar negeri untuk datang ke Bali setiap tahunnya. Di antara salah satu tradisi unik masyarakat Bali yang masih dilestarikan sampai saat ini adalah makepung. Makepung adalah tradisi adu balap kerbau yang biasa di temui di Kabupaten Jembrana, Bali. 

Makepung
pict via screenshot youtube

Secara bahasa, istilah makepung berarti kejar- kejaran. Jadi singkatnya, tradisi ini adalah adu balap menggunakan kerbau yang diselenggarakan di area persawahan. Tradisi yang konon sudah ada sejak 1925 ini pada mulanya hanyalah permainan yang dilakukan oleh para petani kala sedang membajak sawah. Namun seiring waktu, kegiatan iseng ini kemudian dikembangkan menjadi sebuah tradisi yang dilestarikan setiap tahunnya. Jika diperhatikan, tradisi ini mirip dengan tradisi karapan sapi yang ada di Madura, hanya saja hewan yang digunakan adalah kerbau. Bagi masyarakat Hindu, sapi memang dianggap sebagai hewan suci, sehingga kerbaulah yang dipakai. Selain itu, lumrahnya memang hewan kerbau lah yang pada zaman dulu biasa dipakai untuk membajak sawah. 

Pada kisaran tahun 1970, pada mulanya hanya satu kerbau saja yang ditandingkan dalam tradisi makepung ini. Namun dalam perkembangannya, kemudian kerbau dijadikan sepasang dengan menggunakan cikar atau gerobak berukuran besar. Karena gerobak susah dikendalikan, maka ukuran gerobak kemudian diganti menjadi lebih kecil. Kerbau juga dihias semenarik mungkin agar mampu memikat para juri. Untuk area pertandingan, biasanya lomba diadakan di lahan persawahan seperti halnya membajak sawah. Ukuran panjang track atau lintasan sendiri berbentuk "U" dengan panjang mencapai 1-2 km.

Pelaksanaan Makepung


Di Kabupaten Jembrana, tradisi Makepung menjadi agenda rutinan berskala besar yang diselenggarakan setiap tahunnya. Bahkan penyelenggaraannya juga dikelola secara professional dengan melibatkan banyak pihak. Seperti misalnya dalam Makepung Gubernur Cup, para peserta yang ikut dalam tradisi ini bisa mencapai lebih dari 300 pasang kerbau dengan joki yang diisi oleh berbagai kalangan. Tidak hanya para petani, siapa pun yang ingin menjajal menjadi joki dalam makepung diperbolehkan, mulai dari pengusaha, pejabat negara, rakyat biasa dan yang lainnya. Untuk memeriahkan suasana, biasanya akan diisi iringan musik gamelan khas Bali, Jegog, untuk menyemarakkan jalannya lomba.

Biasanya, tradisi Makepung diselenggarakan pada setiap hari minggu pada bulan Juni hingga Oktober. Untuk persiapan lomba, biasanya dijumpai pula orang-orang yang sedang berlatih menjadi joki makepung agar bisa sukses saat mengikuti lomba. Perlombaan biasanya akan dimulai pada bulan Agustus untuk tingkat Kabupaten dan bulan Oktober untuk tingkat provinsi. Agenda rutinan ini memang selalu dinanti-nanti, sehingga tradisi berpotensi besar dalam menarik para wisatawan untuk menontonnya. Bukan hanya warga lokal atau wisatawan dalam negeri, wisatawan asing juga banyak yang tertarik untuk mengikuti jalannya lomba, bahkan kadang kala ada juga yang ingin ikut serta menjadi bagian dalam lomba pacuan kerbau tersebut.

Makepung 2
pict via screenshot youtube

Oya, Keunikan lain dari tradisi Makepung ini adalah terkait aturan main pemenang perlombaan. Jika pada umumnya pemenang lomba balap adalah mereka yang berhasil finish di depan berapa pun jarak dengan lawan di belakangnya, maka untuk makepung aturannya tidak seperti itu. Ketentuan pemenang lomba makepung tidak dilihat dari siapa yang berhasil mencapai garis finish terlebih dahulu, melainkan ditentukan oleh jarak yang berhasil dibuat antar peserta yang sedang bertanding. Pemenang makepung adalah mereka yang menjadi terdepan dengan catatan berhasil menjaga jarak dengan lawan dibelakangnya sejauh 10 meter. Artinya, jika peserta berhasil terdepan namun jarak dengan peserta di belakangnya kurang dari 10 meter, maka yang menjadi pemenang adalah peserta yang di belakangnya tersebut. 

Memang aneh dan unik tradisi yang satu ini. Namun dari tradisi sederhana ini terkandung nilai yang bisa diambil, yakni nilai perjuangan, kerukunan dan kebersamaan yang tercermin dari adat istiadat dan kebiasaan masyarakat Bali. Di samping melestarikan tradisi yang ada, tradisi makepung juga telah banyak memberi manfaat bagi daerah Jembrana pada khususnya, hal ini terlihat dari banyaknya antusias warga dan pengunjung yang menyaksikan tradisi ini, sehingga tentunya juga memberi dampak positif bagi pendapatan daerah. Kedepannya, tradisi makepung ini juga patut untuk tetap dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya Nusantara yang tersebar di segenap penjuru bumi pertiwi ini. 

Sumber:

https://adira.co.id/sahabatlokal/tradisi-makepung-lomba-balap-kerbau-khas-pulau-bali

http://infobudayaindonesia.com/mengenal-tradisi-makepung-di-bali/

http://sayanusantara.blogspot.com/2016/04/makepung-di-kabupaten-jembrana-tradisi.html

Labels: Seni Budaya

Thanks for reading Makepung, Tradisi Unik Adu Balap Kerbau dari Bali. Please share...!

0 Komentar untuk "Makepung, Tradisi Unik Adu Balap Kerbau dari Bali"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.