Sejarah Karpet dan Kegunaannya


Jamak kita jumpai hamparan karpet yang digelar di setiap masjid-masjid sebagai alas bagi umat Islam kala menunaikan ibadah shalat berjamaah. Selain itu, karpet atau permadani juga bisa kita temui di tempat-tempat lain seperti di ruang pertunjukan, ruangan resmi seperti istana raja atau ruangan tempat berkumpul bagi keluarga di rumah. 

Menurut pengertiannya, karpet adalah tekstil untuk penutup lantai, yang terdiri dari lapisan atas berbulu yang melekat pada alasnya. Pada umumnya, karpet terbuat dari wol atau serat buatan manusia seperti polypropylene, dan biasanya terdiri dari lilitan-lilitan jumbai yang acapkali dipanaskan untuk mempertahankan struktur karpet. 

Karpet
via pixabay.com

Dilihat dari penyebutannya, istilah karpet berasal dari bahasa Italia kuno carpita, "carpie" yang berarti membului. Selain untuk penutup lantai, karpet juga dipakai sebagai penutup meja atau pun juga dinding, sebagaimana yang lazim ditemui di tradisi masyarakat Eropa sebelum abad ke 18. 

Dalam sejarahnya, keberadaan karpet merupakan salah satu bentuk tradisi manusia yang cukup tua. Bukti sejarah karpet bermula di Asia Tengah antara tiga sampai dua millennium sebelum masehi (SM). Karpet tertua ditemukan dalam kuburan di lembah Pazyrik yang diperkirakan berasal dari lima sampai empat abad SM. 

Penemuan karpet tertua ini merupakan hasil dari penggalian arkeologi pada 1949 di kuburan pangeran Scythian di Pazyryk, gunung Altai, selatan Siberia, Rusia. Karpet yang ditemukan di kuburan tua ini dikenal sebagai karpet bersimpul tertua yang masih ada. Dari penelitian mengenai teknik simpul dan dekorasinya, karpet yang dinamai karpet Pazyryk ini memiliki ciri khas sebagai karpet dari Persia. Saat ini, karpet tersebut disimpan di Heritage Museum, Saint Petersburg. 

Sedangkan untuk karpet bersimpul tepi tertua yang pernah ditemukan adalah berasal dari semenanjung Anatolia Turki, yang diperkirakan berasal dari masa dinasti Seljuk pada pertengahan pertama abad 13. Tumpukan karpet berjumlah delapan belas karpet lebar ini diperkirakan berasal dari Konya, dengan motif pengulangan bentuk-bentuk geometri serta kaligrafi kufic dan semi-kufic di tepiannya. 

Kehalusan serta keindahan karpet dari Konya ini juga menggambarkan keagungan imperium-imperium besar Islam pada masa lalu. Ketika kerajaan-kerajaan tersebut masih eksis, mereka berinteraksi dan saling berdagang dengan kerajaan-kerajaan lain jauh menembus gurun dan lautan. Namun sayangnya, dalam periode sejarah yang panjang kerajaan-kerajaan tersebut saling bersaing hingga akhirnya takluk dibawah imperium besar seperti Abbasiyah, Andalusia, Seljuk, Otoman, Safawid, Mughal, atau Fatimiyah. 

Bukti lain dari sejarah karpet adalah ditemukannya potongan kecil karpet dari Turfan (selatan Turkistan). Potongan karpet yang diperkirakan berasal dari sekitar abad keenam setelah Masehi ini ditemukan di Jalur Sutra antara tahun 1904 sampai 1913. Penemuan ini membuktikan bahwa karpet dibuat oleh daerah yang memegang peranan penting bagi perkembangan Islam di seluruh dunia. 

Selain potongan karpet dari Turfan, potongan karpet lain juga pernah ditemukan di al-Fustat, Kairo. Karpet ini diduga berasal dari abad kesembilan (821 M). Dari penemuan-penemuan ini juga dapat disimpulkan bahwa pada abad ke-12, 14, 15 M, karpet telah mulai menggunakan motif binatang sebagai salah satu hiasannya. 

Hasil temuan-temuan ini juga membuat sejarawan menduga bahwa dilihat dari kesamaannya, karpet Spanyol dan Anatolia ada kemungkinan juga diimpor dari Dinasti Fatimiyah di Mesir pada masa lalu. Ketenaran karpet Mesir sendiri memang telah dikenal selama abad ke-17, hal ini merujuk pada kehalusannya yang hanya bisa didapat dari tradisi karpet Fustat. Meski demikian, sebagian sejarawan juga berpikir bahwa kehalusan karpet buatan Mesir ini merupakan hasil kompetisi para penenun pada masa itu dalam memilih serat kain yang digunakan. Seni pembuatan karpet dari Mesir ini kemudian tersebar ke Persia dan Baghdad pada abad ke-11. 

Bagi masyarakat Barat, keberadaan karpet di Eropa turut diperkenalkan oleh imperium Turki pada masa kekuasaan Ottoman. Hal ini bisa dilihat dari gambaran karpet Turki yang muncul dalam beberapa lukisan Barat. Masyarakat Barat memandang karpet sebagai simbol status sosial yang tinggi bagi pemiliknya. 

Sampai abad 17, dunia Barat lebih mengenal karpet hanya sebagai tutup meja atau hiasan dinding. Baru pada abad 18, karpet akhirnya menjadi bagian dari interior masyarakat Barat sebagai penutup lantai. Pada masa kini, karpet modern berbahan polyester atau nilon juga merupakan perlengkapan standar yang banyak dijumpai di negara-negara Barat, selain tentu saja kita juga mengenal "karpet merah" yang eksis di dunia selebritis Hollywood.

Sedangkan bagi masyarakat suku tradisional Arab, Persia, dan Anatolia, karpet adalah pusat kehidupan. Karpet biasa digunakan sebagai tenda untuk melindungi diri dari sergapan badai pasir, menutupi lantai untuk kenyamanan, atau sekadar sebagai gorden untuk privasi. Karpet juga digunakan untuk berbagai kegunaan, seperti selimut, tas, dan pelana kuda. 

Dengan munculnya peradaban Islam, nilai penting karpet pun bertambah. Dalam dunia Islam, keberadaan karpet juga erat kaitannya sebagai lambang kesucian. Oleh karenanya tidak heran jika karpet digunakan sebagai alas sujud (disebut juga sajadah), dimana seorang muslim menyentuhkan kepala di tempat yang sama levelnya dengan telapak kaki sebagai wujud ketundukan kepada Yang Maha Kuasa. Sumber: wikipedia, Hidayatullah.com dan Republika.co.id

Labels: Mozaik

Thanks for reading Sejarah Karpet dan Kegunaannya. Please share...!

0 Komentar untuk "Sejarah Karpet dan Kegunaannya"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.