Sejarah mencatat bahwa seni bersyair telah mendarah daging pada masyarakat Arab bahkan sebelum Islam tersebar di tanah Arab. Pada masa Nabi juga tercatat beberapa sastrawan atau pujangga Muslim yang berada di barisan para sahabat Nabi dan ikut berjuang bersama Nabi dalam memperjuangkan Islam. Salah satu di antara penyair tersebut adalah Hassan bin Tsabit RA. Sosok sahabat ini lahir di Yatsrib (Madinah) pada 563 M dan berasal dari suku Khazraj (Bani khazraj). Nama lengkapnya adalah Abu al-Walid Hassan bin Tsabit bin al-Mundzir al-Khazraji al-Anshari.
Hassan bin Tsabit merupakan salah seorang sahabat Rasul yang dikarunia umur panjang, yakni 120 tahun. Ia bahkan masuk Islam saat berusia lanjut (60 tahun). Artinya, setengah umurnya telah dia habiskan pada masa jahiliyah dan setengahnya lagi dia jalani bersama Islam.
Hassan bin Tsabit adalah seorang penyair Arab yang cukup dikenal pada masa itu. Setelah masuk Islam, ia juga menggunakan syairnya untuk kepentingan Islam dan membela Rasulullah saw dari celaan musuh-musuh beliau. Orang-orang pun kemudian menggelarinya dengan sebutan "Syair Rasulullah" (Penyairnya Rasulullah SAW).
Hassan bin Tsabit adalah seorang penyair Arab yang cukup dikenal pada masa itu. Setelah masuk Islam, ia juga menggunakan syairnya untuk kepentingan Islam dan membela Rasulullah saw dari celaan musuh-musuh beliau. Orang-orang pun kemudian menggelarinya dengan sebutan "Syair Rasulullah" (Penyairnya Rasulullah SAW).
Pada masa mudanya, Hassan bin Tsabit adalah orang yang suka berpetualang. Dia pernah mengembara hingga ke al-Hirah dan Damaskus. Namun pada akhirnya ia memutuskan untuk menetap di Yatsrib (Madinah).
Ketika Rasulullah SAW tiba di Yatsrib dalam rangka hijrah, Hassan bin Tsabit pun meninggalkan agamanya dan menyatakan diri masuk Islam. Setelah menjadi Muslim, ia aktif berperan dalam perjuangan Islam dengan mencipta dan membacakan syair-syair perjuangan.
Ketika Rasulullah SAW tiba di Yatsrib dalam rangka hijrah, Hassan bin Tsabit pun meninggalkan agamanya dan menyatakan diri masuk Islam. Setelah menjadi Muslim, ia aktif berperan dalam perjuangan Islam dengan mencipta dan membacakan syair-syair perjuangan.
Dikisahkan suatu ketika dia diminta datang ke Masjid Nabawi untuk menemui Nabi SAW. Hassan pun sangat gembira dan segera beranjak menuju masjid tempat Rasulullah berada.
Sesampainya di Masjid, Hassan kemudian mengucap salam kepada Rasulullah dan para sahabat yang ada di sana. Rasulullah SAW kemudian berkata kepadanya, "Wahai Hassan, engkau tentu mengetahui apa yang telah dilakukan oleh kaum musyrikin di Makkah. Oleh karena itu, padamkanlah semangat mereka dengan sajak-sajakmu. Dan sebaliknya, bangkitkanlah semangat kaum Muslimin dengan sajak-sajakmu."
Sesampainya di Masjid, Hassan kemudian mengucap salam kepada Rasulullah dan para sahabat yang ada di sana. Rasulullah SAW kemudian berkata kepadanya, "Wahai Hassan, engkau tentu mengetahui apa yang telah dilakukan oleh kaum musyrikin di Makkah. Oleh karena itu, padamkanlah semangat mereka dengan sajak-sajakmu. Dan sebaliknya, bangkitkanlah semangat kaum Muslimin dengan sajak-sajakmu."
"Demi Allah yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, sungguh aku akan menyakiti orang-orang kafir Makkah dengan syair saya, bagaikan sayatan di kulit mereka", jawab Hassan bin Tsabit spontan.
"Hendaknya engkau tidak terburu-buru wahai Hassan," ujar Rasulullah SAW. "Abu Bakar lebih mengetahui tentang garis nasab orang-orang Quraisy. Sebaliknya, garis silsilahku juga mereka mengetahui. Maka sebaiknya engkau terlebih dahulu mengetahui garis keturunanku. Tanyakanlah hal itu kepada Abu Bakar".
Hassan ibn Tsabit pun kemudian pergi menemui Abu Bakar ash-Shiddiq untuk menanyakan tentang garis nasab Nabi SAW kepada Abu Bakar. Setelahnya, ia pun kembali lagi ke Masjid Nabawi untuk menemui Rasul.
"Ya Rasulullah, aku kini telah mengetahui garis keturunan engkau. Maka demi Allah yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, aku akan mencabut engkau dari kelompok mereka, bagaikan tercerabutnya gandum dari adonan", tutur Hassan.
“Wahai Hassan, sungguh Jibril akan senantiasa mendukung engkau selama engkau meruntuhkan semangat kaum musyrikin itu dengan puisi-puisimu dalam membela Allah dan Rasul-Nya," jelas Rasulullah SAW.
Pada kesempatan lain, 'Aisyah RA juga pernah mengisahkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW pernah mengumpulkan para sahabatnya untuk mendengarkan lantunan syair-syair sebagai pembakar semangat bagi kaum Muslimin. Nabi SAW bersabda, "Kritiklah orang-orang Quraisy (dengan syair) karena ia lebih berat bagi mereka daripada lemparan anak panah!".
Pada mulanya Rasulullah SAW mempersilahkan Abdullah bin Rawahah yang juga pandai bersyair dan bersabda, "Kritiklah mereka (kafir Quraisy)!"
Pada mulanya Rasulullah SAW mempersilahkan Abdullah bin Rawahah yang juga pandai bersyair dan bersabda, "Kritiklah mereka (kafir Quraisy)!"
Ibnu Rawahah pun kemudian bersyair. Karena beliau merasa belum cukup puas, beliau pun kemudian mempersilahkan Ka’ab bin Malik RA (juga seorang penyair) untuk membawakan untaian syair miliknya.
Masih belum cukup puas, Rasulullah pun kemudian memanggil Hassan bin Tsabit yang baru datang untuk membawakan syairnya. Rasulullah pun bersabda, "Saatnya bagi kalian mengutus kepada singa yang memukul dengan ekornya ini!". Sanjungan dari Rasul ini juga menggambarkan betapa mengenanya syair-syair karya Hassan bin Tsabit RA.
Masih belum cukup puas, Rasulullah pun kemudian memanggil Hassan bin Tsabit yang baru datang untuk membawakan syairnya. Rasulullah pun bersabda, "Saatnya bagi kalian mengutus kepada singa yang memukul dengan ekornya ini!". Sanjungan dari Rasul ini juga menggambarkan betapa mengenanya syair-syair karya Hassan bin Tsabit RA.
Salah satu di antara syair karya Hassan bin Tsabit yang cukup terkenal adalah syair berikut ini:
Kamu menghina Muhammad maka aku membelanya
Dan di sisi Allah-lah balasan dari semua itu
Kamu menghina Muhammad yang baik lagi bertakwa
Seorang utusan Allah yang selalu menepati janji
Sesungguhnya bapakku, ibuku dan kehormatanku
Adalah pelindung bagi kehormatan Muhammad dari kalian
Aku kehilangan anak perempuanku jika kalian tidak melihat
Kuda-kuda kami mengepulkan debu di dataran Kada`
Kuda-kuda itu terbang berlomba dengan tali kekangnya
Dengan tombak haus darah yang terhunus di balik lehernya
Kuda-kuda kami terus berpacu dengan kencang
Membuat para wanita mengibaskan debu dari kerudung mereka
Jika mereka membiarkan maka kami berumrah
Dan itulah kemenangan serta tersingkapnya tabir
Jika tidak maka hadapilah peperangan suatu hari
Di mana Allah akan memuliakan siapa yang Dia kehendaki
Allah berfirman, Aku telah mengutus seorang hamba
Yang berkata benar tanpa ada kesamaran
Allah berfirman, Aku telah mengirim pasukan
Orang-orang Anshar yang terbiasa berperang
Apakah orang yang menghina Rasulullah dari kalian
Dengan orang yang memuji dan menolongnya adalah sama
Jibril Utusan Allah ada di pihak kami
Ruhul Qudus yang tidak memilki tandingan.
Rasulullah SAW seringkali memberi pujian kepada karya-karya Hassan bin Tsabit. Dengan syair-syairnya, Hassan membela Rasulullah SAW dan Islam, serta menangkis hinaan dan celaan dari orang-orang Quraisy. Bagi orang-orang Quraisy, syair-syair Hassan ibarat tombak yang merobek tabir aib dan cacat mereka sehingga mereka pun terdiam membisu tidak mampu menjawabnya. Syair-syairnya juga ibarat anak panah yang meluncur menikam dada para penista kebenaran penghina Sang Utusan. Nabi bahkan pernah bersabda bahwa Jibril AS pun turut memberi apresiasi atas syair-syair dari Hassan bin Tsabit, "Berikan pujian kepada mereka, kelak malaikat Jibril bersamamu (Hassan bin Tsabit)". (HR. Bukhari).
Dalam hadits yang diriwayatkan Aisyah RA Rasulullah SAW juga pernah bersabda kepada Hassan bin Tsabit RA, "Ruhul Qudus (Jibril) akan tetap mendukung dan melindungimu selama engkau memuji Allah dan RasulNya".
Selain berjuang lewat syair-syairnya, Hassan bin Tsabit juga hampir tidak pernah absen dalam ikut berjuang langsung di medan peperangan. Setiap terjun ke medan laga, dia selalu tampil gagah di hadapan pasukan kaum musyrikin sembari lantang mengumandangkan sajak-sajak syair yang menciutkan nyali musuh-musuh Islam.
Dalam riwayat hidupnya, Hassan bin Tsabit diketahui memiliki seorang istri bernama Sirin yang merupakan saudara dari Maria al-Qibthiyyah, istri Rasulullah SAW yang keturunan Mesir.
Dikisahkan bahwa saat Raja Muqaukis menghadiahi Rasulullah SAW dua bersaudara Sirrin dan Mariyah al-Qibthiyyah, Rasulullah kemudian menikahi Mariyah dan menghadiahkan Sirrin kepada Hassan bin Tsabit. Setelah Hassan bin Tsabit menikahi Sirin, lahirlah anak lelaki yang kemudian diberi nama Abdurrahman.
Setelah menyumbang peran besar untuk Islam, Hassan bin Tsabit wafat pada 54 H (674 M) di Madinah. Sumber: Republika.co.id dan faktabanten.co.id
Dikisahkan bahwa saat Raja Muqaukis menghadiahi Rasulullah SAW dua bersaudara Sirrin dan Mariyah al-Qibthiyyah, Rasulullah kemudian menikahi Mariyah dan menghadiahkan Sirrin kepada Hassan bin Tsabit. Setelah Hassan bin Tsabit menikahi Sirin, lahirlah anak lelaki yang kemudian diberi nama Abdurrahman.
Setelah menyumbang peran besar untuk Islam, Hassan bin Tsabit wafat pada 54 H (674 M) di Madinah. Sumber: Republika.co.id dan faktabanten.co.id
Labels:
Kisah Hikmah
Thanks for reading Kisah Hassan bin Tsabit, Sang Penyair Pembela Rasulullah SAW. Please share...!
0 Komentar untuk "Kisah Hassan bin Tsabit, Sang Penyair Pembela Rasulullah SAW"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.