Sejarah Keberadaan Menara Masjid


Selain kubah Masjid, jenis arsitektur lain yang sering kita jumpai sebagai kelengkapan masjid sebagai tempat ibadah bagi kaum Muslim adalah adanya bangunan menara di depan, di samping atau menyatu dengan bangunan masjid. Keberadaan menara bagi bangunan masjid seakan menjadi hal lumrah yang kita biasa jumpai di masjid-masjid masa kini. 

Pada umumnya, bangunan menara berbentuk tinggi menjulang dengan kerucut atau mahkota berbentuk bawang, yang biasanya berdiri sendiri atau lebih tinggi dari struktur bangunan di sekitarnya. Menara memberikan titik fokus visual dan secara tradisional digunakan untuk memperluas jangkauan panggilan shalat lewat adzan bagi kaum Muslim.

Menara mesjid
via pixabay

Secara bahasa, kata menara berasal dari bahasa Arab 'manara' yang berarti rumah api. Ada yang berpendapat bahwa istilah ini berasal dari sebutan tempat menyembah api bagi kaum Majusi. Pada masa Rasulullah SAW, keberadaan menara pada masjid belumlah dikenal. Masjid Quba sebagai masjid yang pertama kali dibangun Nabi di Madinah juga tidak memiliki menara. Pada masa itu, kumandang adzan dilakukan dari atap rumah Nabi, yang juga sebagai tempat untuk berdoa. 

Sepanjang masa Rasulullah hingga masa Khulafaur Rasyidin, adzan juga dilakukan di tempat-tempat umum seperti tempat keluar masuknya orang (pintu atau gerbang). Sementara pada masa sahabat, terdapat semacam ruang kecil di puncak teras masjid yang digunakan sebagai tempat muadzin mengumandangkan adzan.

Memang tidak ada catatan pasti mengenai asal mula keberadaan bangunan menara pada arsitektur masjid. Namun kalangan sejarawan ada yang berpendapat bahwa menara baru muncul dan dikenal pada sekitar 80 tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW. 

Sebelum dikenal dan digunakan dalam arsitektur Muslim, keberadaan menara ternyata sudah digunakan dan dikenal di kawasan Timur Tengah dan Mesopotamia dengan sebutan Ziggurat, kemudian juga di Gereja-Gereja Suriah. Pada umumnya, menara-menara tersebut memiliki bentuk bulat. Namun ada juga yang berbentuk segi empat, spiral atau segi delapan. Tentunya bentuk-bentuk tersebut disesuaikan dengan fungsi infrastruktur masing-masing arsitektur.

Bukti keberadaan menara tertua di dunia Islam adalah menara dari Masjid Agung Kairouan di Tunisia. Menara tertua yang masih berdiri ini merupakan menara tertua yang dikenal dalam dunia Islam dan juga tertua di dunia (wikipedia). 

Masjid Agung Kairouan
via shutterstock

Jika ditelusuri dari sejarahnya, menara tertua ini menjadi bagian tak terpisahkan dari pembangunan Masjid Agung Kairouan yang kemungkinan dimulai pada awal abad ke-8, atau mungkin juga pada pertengahan pertama abad ke-9 (menjelang 836) menurut pendapat kebanyakan para arkeolog. Bangunan didasari oleh tiga tingkat dengan lebar mengecil mencapai ukuran 31,5 meter, yang dapat dibedakan dari aspek ukuran dan megah. Menara pada masjid ini konon dianggap sebagai purwarupa dari menara-menara yang ada di Dunia Islam Barat.

Menurut John Esposito, kekhasan bentuk dan gaya menara yang berbeda juga ditentukan oleh dinasti politik dan rentetan sejarah dari suatu wilayah. Menara yang tinggi dan berbentuk segi empat dengan lengkungan ornamental dan kisi-kisi menunjukkan kehadiran kekuasaan Al Muwahhidun pada abad ke-12 di kawasan Maghrib bagian barat ataupun jazirah Iberia. 

Sementara itu, menara dengan bagian luar yang spiral pada Masjid Ahmad bin Thulun mempertalikan struktur itu dengan menara berspiral yang didirikan para khalifah Abbasiyah di Samarra pada abad ke-19. Bentuk dasar menara yang berbentuk runcing dengan batang lingkaran ini juga ditemui di Turki, Irak, Iran, Afghanistan, India, Pakistan, dan Uzbekistan.

Pada abad ke-14 hingga abad ke-15, Dinasti Utsmaniyah di Turki mengembangkan gaya menara yang berbeda. Menara pada masa itu berbentuk tinggi dan runcing, serta bagian atas berbentuk kerucut. Sedangkan jumlah bangunan menara lazimnya dua dan paling banyak enam. 

Menara masjid menunjukkan patronase Sultan dan konstruksi masjid tersebut. Ketika imperium meluas ke daerah-daerah yang sebagian rakyatnya memeluk agama Kristen, keberadaan menara khas Utsmaniyah ini seakan menunjukkan kehadiran kekuasaan ‘Utsmaniyah’ di tempat tersebut. 

Selain menunjukkan kekuasaan politik Utsmaniyah, bentuk menara juga ada yang mengambil gaya lokal suatu wilayah. Di wilayah Damaskus, Utsmaniyah menambahkan bagian puncak menara yang khas (bagian badan dan puncaknya berbentuk kerucut) di bagian dasar yang persegi terhadap masjid agung periode Umayah. 

Sejarah juga telah mencatat perubahan tujuan menara pada tempat-tempat ibadah di masa itu. Hal ini bisa dilihat ketika sebuah gereja berubah menjadi Masjid, maka menara lonceng pun kemudian berubah menjadi Menara masjid. Demikian pula ketika bekas Katedral, menjadi Masjid Almohad, di Seville, lalu berubah lagi menjadi Katedral Seville. Begitu pula Menara masjid Giralda yang menjadi Menara Lonceng. Ini adalah gaya khas transformasi menara dari tempat-tempat ibadah. 

Memasuki abad 19, abad 20, hingga abad modern seperti sekarang ini, bentuk-bentuk menara masjid pun semakin beragam. Ada yang berbentuk klasik, variasi, segi empat, menara spiral, hingga menara silinder.

Menara MAJT
Menara MAJT via sejarahlengkap.com

Demikianlah sejarah panjang menara pada bangunan Masjid yang ditemukan pada dunia Islam. Sebagian kalangan berpendapat bahwa Menara merupakan gambaran dari "gerbang dari surga dan bumi". Bentuk menara yang tinggi menjulang juga serupa dengan huruf alif pada abjad arab yang berupa berupa garis lurus vertikal. 

Sebagai bagian dari seni arsitektur Islam yang telah ada sejak dulu, keberadaan menara memang perlu dilestarikan. Bahkan seiring zaman yang terus berubah, bukan tidak mungkin akan ada banyak modifikasi-modifikasi baru bentuk menara yang disesuaikan dengan budaya yang semakin berkembang. (Sumber dari: Wikipedia dan Eramuslim.com

Labels: Mozaik

Thanks for reading Sejarah Keberadaan Menara Masjid. Please share...!

0 Komentar untuk "Sejarah Keberadaan Menara Masjid"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.