Mungkin banyak yang belum tahu bahwa salah satu penyebab bangsa Eropa kuat dan maju seperti sekarang ini sebenarnya adalah pengaruh dari dunia Islam. Pada awalnya bangsa Eropa mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan dari umat Islam yakni saat masa kejayaan dan keemasan Umat Islam, terutama saat berkuasanya Dinasti Abbasiyyah di Irak, dan Dinasti Umayyah di Andalusia (sekarang Spanyol).
Banyak ilmu pengetahuan yang mereka serap dari umat Islam seperti ilmu kedokteran, ilmu sejarah, ilmu pertambangan, dan ilmu kimia. Ilmu-ilmu tersebut kemudian mereka dalami dan kembangkan sendiri, sehingga setahap demi setahap mereka berhasil memperoleh kemajuan dan kekuatan serta berhasil melaksanakan revolusi di bidang industri.
Sayangnya di saat Eropa menjadi semakin maju dan kuat, di sisi lain keberadaan pemerintahan Islam justru melemah bahkan akhirnya runtuh sehingga kemudian tersingkir dari gegap gempitannya kemajuan. Meski demikian, sebagai buktinya sejarah telah mencatat beberapa nama tokoh-tokoh ilmuwan Muslim yang telah berjasa besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Bahkan kalangan ilmuwan Barat juga banyak mengakui kehebatan mereka dan menjadikan hasil karya mereka sebagai referensi dalam penelitiannya.
Tercatat ada banyak ilmuwan Muslim beserta sumbangsihnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Pada artikel kali ini, akan kami ulas biografinya secara ringkas beberapa di antaranya yaitu Al Farabi, Al Khawarizmi, Al Biruni, Al Hazen, dan Ibnu Rusyd. Mungkin di lain waktu akan kami ulas yang lainnya.
Al Farabi
Al Farabi atau bernama lengkap Abu Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi' (870-950) adalah seorang ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan. Ayahnya seorang opsir tentara Turki keturunan Persia sedangkan ibunya berdarah Turki asli.
Sejak kecil, Al Farabi memang memiliki kecerdasan istimewa dan bakat besar untuk menguasai hampir setiap subyek yang dipelajari. Selain mempelajari Al-Qur’an, tata bahasa, kesusasteraan, dan ilmu-ilmu agama lainnya seperti fiqh, tafsir dan ilmu hadits, beliau juga mempelajari tentang musik, aritmetika dasar dan filsafat.
Dalam dunia filsafat, beliau dikenal sebagai seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di dunia Islam. Bahkan Al-Farabi juga dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena kemampuannya dalam memahami Aristoteles sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat.
Al Farabi adalah filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu.
Kontribusinya bagi ilmu pengetahuan mencakup berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi juga telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Bahkan beliau juga dapat memainkan dan telah menciptakan berbagai alat musik.
Secara umum, karya-karya Al- Farabi dalam ilmu pengetahuan dikelompokkan menjadi 6 bagian, yaitu bidang Logika, Ilmu-ilmu Matematika, Ilmu Alam, Teologi, Ilmu Politik dan kenegaraan, serta Bunga rampai (Kutub Munawwa'ah). Karya lainnya yang juga cukup terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (tentang Kota dan pemerintahan).
Secara umum, karya-karya Al- Farabi dalam ilmu pengetahuan dikelompokkan menjadi 6 bagian, yaitu bidang Logika, Ilmu-ilmu Matematika, Ilmu Alam, Teologi, Ilmu Politik dan kenegaraan, serta Bunga rampai (Kutub Munawwa'ah). Karya lainnya yang juga cukup terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (tentang Kota dan pemerintahan).
Al Khawarizmi
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi adalah seorang ilmuwan Muslim asal Persia yang mahir dalam bidang matematika, astronomi, astrologi, kartografi, dan geografi. Beliau lahir sekitar tahun 780 di Khwarizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad.
Hampir sepanjang hidupnya, beliau bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma'mun, tempat beliau belajar ilmu alam dan matematik, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani.
Karya monumentalnya adalah al-Kitab al-Mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala, membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Buku yang juga dikenal dengan nama Al Jabar ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada abad ke-12. Kitab ini sangat populer dan banyak menjadi rujukan bagi para ahli matematika.
Berkat karyanya inilah, dunia matematika modern mengenal istilah Al Jabar. Seperti tercantum dalam bukunya, kata "aljabar" sendiri berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat.
Selain itu, Al-Khwarizmi juga berperan penting dalam memperkenalkan angka Arab melalui karyanya, Kitāb al-Jam'a wal tafrīq bi-ḥisāb al-Hind yang kelak diadopsi sebagai angka standar yang dipakai di berbagai bahasa serta kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke-12.
Sumbangsih beliau memang tidak terbantahkan lagi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang matematika. Nama algorisme dan algoritma juga diambil dari kata algorismi, latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol, guarismo. Dalam bahasa Portugis, algarismo bermakna digit.
Al Biruni
Al Biruni (Abu Raihan Al-Biruni) lahir di Khawarizmi, Turkmenistan atau Khiva, di kawasan Danau Aral di Asia Tengah pada bulan September 973 M. Beliau wafat di Ghazna pada bulan Desember 1048 M dalam usia 75 tahun.
Abu Raihan Al Biruni merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf, pengembara, sejarawan, ahli geografi, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan. Beliau juga sering disebut sebagai Ilmuwan Muslim terbesar. Mengapa demikian?
Al Biruni mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan baik ilmu keagamaan (tentang Islam) maupun ilmu pengetahuan umum seperti matematika, fisika, ilmu falak, kedokteran, ilmu-ilmu bahasa, geologi, geografi, dan filsafat. Khusus ilmu bahasa, beliau menguasai bahasa Khawarizmi, bahasa Arab, Persia, Sansekerta, Yunani, Ibrani, dan Suryani.
Beliau juga merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina/Ibnu Sina, sejarawan, filsuf, dan pakar etik Ibnu Miskawaih, di universitas dan pusat sains yang didirikan oleh putera Abu Al Abbas Ma'mun Khawarazmshah.
Al Biruni mempunyai kegemaran membaca dan menulis. Tidak mengherankan bila Al Biruni terkenal sebagai ilmuwan Muslim produktif dalam berkarya. Karya tulisnya tidak kurang dari 180 judul, di antaranya adalah Maqalid Ilm al Hayah (kunci ilmu perbintangan), Kitab Al Jamhir fi Ma'rifah al Jawahir (kumpulan pengetahuan tentang batu-batu permata), dan Kitab As Syahdalah (buku tentang ramuan-ramuan).
Sumbangsih Al Biruni terhadap ilmu pengetahuan antara lain:
- Membuat tabel-tabel sinus dan tangen yang pertama dalam sejarah matematika.
- Menemukan tujuh cara untuk menemukan arah utara dan selatan dan menemukan titik matematis untuk menentukan awal musim.
- Aritmetika teoretis and praktis.
- teori perbandingan.
- dll.
Ibnu Haitsam (Al Hazen)
Abu Ali Muhammad al-Hasan bin al-Haitsam atau Ibnu Haitsam adalah seorang ilmuwan Muslim dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ibnu Haitsam, atau di dunia barat dikenal dengan nama Al Hazen lahir di Bashrah pada tahun 965 dan meninggal di Qahirah pada tahun 1039.
Ibnu Haitsam banyak mengkaji segala hal mengenai ilmu Optik, sehingga di kemudian hari banyak teori terkait ilmu optik yang dicetuskannya. Dunia banyak mengenal namanya sebagai penemu ilmu Optik, sehingga banyak kalangan menyebutnya sebagai Bapak Ilmu Optik.
Tulisannya mengenai cara kerja mata manusia telah menjadi salah satu Referensi yang penting dalam bidang kajian sains di Barat. Bahkan teorinya mengenai pengobatan mata juga masih digunakan hingga saat ini di berbagai Universitas di seluruh dunia.
Selain itu, penelitiannya mengenai cahaya juga telah memberikan banyak inspirasi pada ahli sains barat, seperti Roger Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.
Beberapa karyanya mengenai cahaya juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris antara lain Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.
Meski lebih dikenal dalam bidang sains dan pengobatan, Ibnu Haitsam juga ahli dalam bidang falsafah, logika, metafisika dan astronomi. Selain itu, beliau juga ikut peduli tentang persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Beliau turut menulis ulasan dan ringkasan terhadap karya-karya sarjana terdahulu.
Jika dikelompokkan, beberapa karya beliau mencakup dalam berbagai bidang seperti bidang Optik, Astronomi, Matematika, Sains, filsafat, dan lainnya. Beliau memang dikenal sebagai ilmuwan yang gemar melakukan penelitian, sehingga tidak heran jika banyak sumbangsih beliau bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bahkan masih digunakan hingga saat ini.
Ibnu Rusyd (Averroes)
Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Abu Al Walid Muhammad Ibnu Rusyd. Beliau lahir di Kordova (Spanyol) pada tahun 1126 dari keluarga hakim dan wafat di Marakesy (Maroko) pada tahun 1198.
Di dunia Barat, nama Ibnu Rusyd sering dilatinkan sebagai Averroes, seorang filsuf dan pemikir dari Al-Andalus yang menulis dalam bidang disiplin ilmu, termasuk filsafat, teologi Islam, kedokteran, astronomi, fisika, hukum Islam, dan linguistik.
Ibnu Rusyd mempelajari dan mendalami berbagai macam ilmu pengetahuan agama maupun umum, sehingga beliau dapat menguasai dengan baik kajian ilmu fiqih, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika, astronomi, kedokteran, dan filsafat.
Dalam bidang kedokteran, beliau menghasilkan gagasan baru mengenai fungsi retina dalam penglihatan, penyebab strok, dan gejala-gejala penyakit Parkinson, serta menulis buku yang kelak diterjemahkan menjadi sebuah buku teks standar di Eropa.
Sedang dalam bidang filsafat, Ibnu Rusyd adalah pendukung ajaran filsafat Aristoteles (Aristotelianisme). Beliau berusaha mengembalikan filsafat dunia Islam ke ajaran Aristoteles yang asli. Dunia Barat menjulukinya sebagai "Sang Penafsir" (Bahasa Inggris: The Commentator). Pengaruh Ibnu Rusyd ke dunia Barat jauh lebih besar dibanding dunia Islam. Ibnu Rusyd menulis banyak tafsir terhadap karya-karya Aristoteles, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani dan bahasa Latin dan beredar di Eropa.
Semasa hidupnya, Ibnu Rusyd pernah menjabat sebagai hakim di Seville, hakim kepala di Kordova, dan menjadi dokter di istana Sultan Abu Ya'qub dan penggantinya. Karya-karya tulis beliau antara lain sebagai berikut:
- Kitab Bidayat Al Mujtahid, yakni kitab yang membahas tentang fiqih.
- Kulliyat fi at Thibb, sebuah buku kedokteran. Buku ini pernah dijadikan sebagai buku pegangan selama berabad-abad bagi mahasiswa kedokteran di Eropa.
- Fasl al Maqal fi Ma Bain al Hikmat Wa asy Syari'at, membahas tentang kaitan antara filsafat dan syariat. Menurut Ibnu Rusyd, antara filsafat dan agama tidaklah bertentangan. Bahkan Islam menganjurkan para pemeluknya untuk mempelajari ilmu filsafat.
Itulah di antara beberapa tokoh ilmuwan Muslim yang telah berjasa besar bagi perkembangan keilmuan di dunia ini. Semoga kita dapat mengambil semangat dan inspirasi dari tokoh-tokoh tersebut di atas. Demikian. Semoga bermanfaat.
Labels:
Mozaik,
Profil Tokoh
Thanks for reading Mengenal Tokoh-Tokoh Ilmuwan Muslim Dunia dan Pengaruhnya. Please share...!
0 Komentar untuk "Mengenal Tokoh-Tokoh Ilmuwan Muslim Dunia dan Pengaruhnya"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.