Pada zaman Kerajaan-kerajaan Islam berdiri di bumi Nusantara, bidang kesusastraan berkembang terutama di daerah-daerah sekitar Selat Malaka (daerah Melayu) dan di Jawa. Kebanyakan kitab-kitab sastra pada masa ini merupakan gubahan baru sehingga naskah yang ada kebanyakan juga merupakan naskah yang tidak sezaman sehingga hasil kesusastraan pada zaman ini tidak dapat diurutkan secara kronologis menurut tahun pembuatannya.
via islamindonesia.id |
Sesuai dengan zamannya, maka hasil-hasil kesusastraan pada masa ini banyak mendapat pengaruh dari Persia. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya hikayat-hikayat yang mendapat pengaruh dari Persia, seperti cerita Bayan Budiman dan cerita 1001 malam.
Hikayat merupakan karya sastra yang isinya beraneka ragam. Bisa dikatakan bahwa apa saja bisa digubah menjadi hikayat, karena pada hakikatnya hikayat itu merupakan cerita dongeng belaka. Banyak hal bersifat supranatural ditemui dalam hikayat. Meskipun begitu, sering kali pula tokoh utama dalam hikayat tersebut merupakan tokoh sejarah.
Ada pula hikayat yang memang dimaksudkan sebagai sejarah tradisional. Di masyarakat Melayu, kisah semacam ini dikenal sebagai sejarah, silasilah (silsilah) dan tambo, seperti misalnya Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Silisilah Perak, dan lain sebagainya.
1. Hikayat Raja-Raja Pasai
Melihat kandungan isinya, kitab hikayat ini dapat digolongkan sebagai babad karena kitab ini dimaksudkan sebagai kitab sejarah tradisional. Isi pokok kitab ini berisikan tentang riwayat Kerajaan Pasai sejak didirikan oleh Malik Ash Shaleh hingga ditaklukannya oleh Kerajaan Majapahit. Tidak terdapat angka tahun di dalamnya. Keseluruhan kisahnya diuraikan layaknya cerita dongeng sehingga antara fakta dan imajinasi pengarangnya sulit dibedakan.
Kisahnya diawali dengan anak perempuan yang dilahirkan dari sebatang bambu. Setelah dewasa, anak ini menikah dengan seorang putra bangsawan yang waktu kecil diasuh oleh seekor gajah. Bagian yang mengisahkan raja-raja Pasai pun lebih berupa cerita roman daripada sejarah.
Tentang penyebab penyerangan oleh Majapahit, dikisahkan bahwa seorang putri Majapahit, Raden Galuh Gumarancang jatuh cinta kepada Tun Abdul Jalil putra Raja Pasai. Ia datang sendiri ke Pasai untuk menjemput kekasihnya. Raja Pasai tidak menyetujui perkawinan itu. Raja kemudian memerintahkan untuk membunuh putranya dan membuang mayatnya ke laut. Ketika sang Putri mengetahui hal itu, ia pun menenggelamkan diri bersama perahunya untuk bersatu dengan sang Pangeran. Hal ini membuat kemarahan Raja Majapahit sehingga ia mengirimkan armadanya ke Pasai untuk menghukum Raja Pasai.
2. Sejarah Melayu (Sulalat us Salatin)
Kitab ini ditulis oleh bendahara Tun Muhamad, Patih Kerajaan Johor, atas perintah dari Raja Abdullah, adik dari Sultan Alaudin Riayat Syah III. Kitab ini benar-benar dimaksudkan sebagai sejarah. Meskipun di dalamnya banyak ditemukan kisah-kisah supranatural, tetapi secara garis besar merupakan uraian peristiwa yang benar-benar terjadi. Penulisannya dimulai sejak tahun 1612 hingga tahun 1615.
Cerita diawali dari riwayat Iskandar Dzulkarnain, ketika seorang keturunannya tiba di bukit Seguntang dekat Palembang dan menjadi Raja. Kerajaan ini kemudian pindah ke Singapura terus pindah ke Malaka. Selanjutnya diceritakan Kerajaan Malaka sejak berdirinya sampai ketika jatuh ke tangan Portugis. Di dalamnya juga diutarakan tentang raja-raja Kerajaan Malaka, keadaan negara dan rakyatnya, serta adat istiadatnya. Pada bagian terakhir kitab ini dibentangkan nasib dan usaha raja-raja Malaka untuk menegakkan kembali kerajaan yang lama di Johor.
3. Bustan us-Salatin
Kitab ini dikarang oleh Nurudin ar-Raniri atas perintah dari Sultan Iskandar II pada tahun 1638 Masehi. Selain berisi tentang ajaran-ajaran keagamaan dan kesusilaan, kitab ini juga berisi tentang sejarah yang dalam banyak hal dapat dipercaya.
via eramuslim.com |
Bagian pertama kitab ini menguraikan tentang penciptaan bumi dan langit, tentang Nur Muhammad, Lauh al-Mahfudz, Qalam, Malaikat, dan Sidrat ul-Muntaha. Kemudian dilanjutkan dengan kisah para Nabi dimulai dari Nabi Adam sampai dengan Nabi Muhammad, cerita tentang raja-raja Mesir pada zaman Iskandar Agung, riwayat Nabi Muhammad SAW dan Khulafa ur-Rasyidin, sejarah Islam pada zaman bani Umayyah, dan bani Abbasiyyah, sejarah raja-raja Islam di Delhi, sejarah raja-raja Malaka dan Pahang, serta sejarah raja-raja Aceh.
Bagian terakhir dalam kitab ini menguraikan tentang raja-raja yang adil, pegawai yang cakap, raja-raja yang tawakkal, orang-orang yang shaleh, orang-orang yang beramal mulia, dan para pahlawan.
4. Babad Tanah Jawa
Kitab ini menguraikan sejarah Pulau Jawa yang dimulai dari Nabi Adam sampai dengan tahun 1647 kalender Jawa (sama dengan 1722 Masehi). Dikisahkan bahwa Nabi Adam mempunyai anak yaitu Nabi Sis, Sis mempunyai anak Nurcahya, Nurcahya mempunyai anak Nurasa, Nurasa mempunyai anak Sang Hyang Wenang, Sang Hyang Wenang mempunyai anak Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Tunggal mempunyai anak Batara Guru. Batara Guru adalah raja yang bertahta di Suralaya dan mempunyai 5 anak, di antaranya yaitu Batara Wisnu yang menjadi raja pertama di pulau Jawa dengan gelar Prabu Set.
Kisah permulaan ini tentunya sangat sulit untuk diterima sebagai kisah sejarah. Begitu pula kisah-kisah selanjutnya yang menguraikan raja-raja dan kerajaannya, seperti Pajajaran dan Majapahit. Mulai dari Kerajaan Demak sampai mendekati abad ke 18 semakin banyak kisah sejarahnya. Akan tetapi, secara keseluruhan lebih berupa cerita dongeng daripada kisah sejarah yang sebenarnya. Walaupun demikian, kitab ini banyak menyebutkan tentang angka-angka tahun yang memungkinkan untuk dicocokkan dengan sumber-sumber lain.
5. Hikayat Hasanuddin
Hikayat Hasanuddin juga disebut dengan Daftar Sejarah Cirebon dan Kitab Silsilah Segala Maulana di Tanah Jawa. Kitab ini merupakan saduran dari kitab sejarah Banten Rante-rente. Isinya mengisahkan tentang para Wali di Jawa serta para keturunan mereka. Di antara para wali tersebut yang paling terkenal adalah Pangeran Ampel Denta (Sunan Ampel) dan Sunan Gunung Jati. Di dalam kitab ini juga diceritakan tentang raja-raja Banten sejak Hasanuddin sampai dengan Sultan Abdul Mufakhir. Juga dimuat kisah dan silsilah Sunan Gunung Jati di Cirebon.
6. Babad Giyanti
Kitab ini dikarang oleh Yasadipura. Babad Giyanti mengisahkan pecahnya perang kerajaan Mataram yang berlangsung pada tahun 1755 dan tahun 1757. Konflik ini diakhiri dengan pecahnya kerajaan Mataram menjadi Surakarta di bawah pemerintahan Paku Buwono III, Yogyakarta dipimpin oleh Hamengku Buwono I, dan Mangkunegaraan yang diperintah oleh Mangkunegoro I. Secara keseluruhan uraian kitab ini merupakan kisah sejarah, walaupun perlu dikritisi adanya tambahan-tambahan oleh pengarangnya sendiri. (disadur dari buku Sejarah, oleh Prof. Dr. M. Habib Mustopo dkk.)
Labels:
Mozaik,
Seni Budaya
Thanks for reading Kitab-Kitab Sastra Sejarah Pada Masa Kerajaan Islam Nusantara. Please share...!