Kisah Nabi Yusuf AS Menafsirkan Mimpi

Kisah Nabi Yusuf AS Menafsirkan Mimpi

Yusuf Alaihis Salam adalah salah seorang Nabi dan Rasul, putra dari Nabi Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim AS. Meski bernasab mulia dan dikarunia wajah yang rupawan, kehidupan Nabi yang saleh ini juga banyak dilalui dalam penderitaan. Mulai dari dibuang saudara-saudaranya sewaktu kecil, dijadikan budak, hingga dimasukkan ke penjara. Namun pada akhirnya Allah mengangkat derajatnya ketika ia diangkat menjadi salah satu tokoh penting di Mesir. 

kaligrafi Yusuf As
via islam.nu.or.id

Selain berwajah tampan, Nabi Yusuf AS juga dikarunia kepandaian dalam menafsirkan mimpi. Kemampuannya inilah yang kemudian menjadikannya sebagai salah satu tokoh penting di Mesir setelah ia berhasil menafsirkan mimpi Raja. Sebelum berhasil menafsirkan mimpi Sang Raja, kemampuannya ini juga pernah ia perlihatkan saat menafsirkan mimpi dua pelayan raja sewaktu ia masih di dalam penjara. 

Menafsirkan Mimpi Dua Pelayan Raja


Sebagaimana diketahui, Nabi Yusuf pernah mendapatkan ujian besar akibat perbuatan tercela dari Zulaikha, istri salah seorang pembesar Mesir. Ketika berita mengenai Yusuf dengan istri menteri tersebar luas ke seluruh kota Mesir, maka para pejabat menyarankan agar bisa bersih dari pencemaran nama baik, sebaiknya Yusuf dijebloskan ke dalam penjara, walaupun sebenarnya mereka tahu kalau Yusuf bersih dan tidak bersalah. 

Dalam penjara, Nabi Yusuf berada antara suka dan duka. Suka karena bisa bebas dari fitnah, dan berduka karena teraniaya. Akan tetapi, penjara itu membawa kebaikan baginya. Dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 33 disebutkan: 

"Yusuf berkata, ‘Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh"

Di dalam penjara yang ditempati Nabi Yusuf, ada dua orang pemuda yang sebelumnya merupakan pelayan raja. Keduanya dipenjara karena diduga terlibat persekongkolan untuk memberontak. Pemuda pertama adalah yang mengurusi minuman raja, sedangkan pemuda kedua adalah yang mengurusi makanan raja. 

Pada satu malam, kedua pemuda tersebut bermimpi. Masing-masing dari mereka kemudian menceritakan mimpi tersebut kepada Yusuf untuk menafsirkannya. Pemuda pertama bercerita, “Aku bermimpi memeras anggur.” Sedangkan pemuda kedua berkata, “Aku bermimpi memikul roti di atas kepalaku dan dimakan oleh burung”. Kisah dua pemuda ini juga termaktub dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 36 sebagai berikut: 

“Dan bersama dengan dia (Yusuf) masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. Berkatalah salah seorang diantara keduanya, ‘Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku memeras anggur’. Dan yang lainnya berkata, ‘Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebahagiannya dimakan burung’. Berikanlah kepada kami ta’birnya; sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang-orang yang pandai (menafsirkan mimpi).” 

Sebelum menafsirkan mimpi keduanya, Nabi Yusuf menasehati keduanya terlebih dahulu. Ia berkata bahwa sesungguhnya anugerah menafsirkan mimpi itu dikhususkan Allah kepadanya. Bahkan ia mampu menebak makanan apa yang akan di bawa ke dalam penjara untuk keduanya. Semua itu karena dirinya beriman dan mengikuti agama Ibrahim, Ishak, dan Ya’qub, tidak berbuat syirik, menjauhi agama kepercayaan orang kafir dan yang ingkar hari kemudian. 


Kemudian Yusuf juga menasehati mereka dan mengajak orang-orang dalam tahanan agar beriman kepada Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa, dan meninggalkan agama nenek moyang yang sesat. Kisah ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 37 - 40. 

Setelah itu, barulah Nabi Yusuf AS menafsirkan mimpi keduanya. Yusuf AS mulai dengan menafsirkan mimpi pemuda yang pertama:

“Berbahagialah engkau tukang pembuat minuman raja, sebab engkau akan dibebaskan lantaran engkau tidak terlibat persekongkolan untuk memberontak."

Setelah itu, Nabi Yusuf juga menafsirkan mimpi pemuda yang kedua:

“Adapun kau tukang pembuat roti, kau akan dihukum mati dengan cara disalib, lalu burung-burung akan memakan bagian kepalamu sebab kau terlibat persekongkolan. Penafsiran ini berdasarkan ilham dari Tuhanku dan pasti akan terjadi, “ lanjut Yusuf as. 

Terkait hal ini, dalam Al Qur'an surat Yusuf ayat 41 disebutkan: 

“Hai kedua temanku dalam penjara! Adapun salah seorang di antara kamu berdua akan memberi minum tuannya dengan khamar, adapun seorang lagi maka akan disalib, lalu burung memakan sebagian dari kepalanya. Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakan (kepadaku).” 

Benar saja, apa yang telah dijelaskan Nabi Yusuf tersebut pun menjadi kenyataan. Pemuda pertama dinyatakan bebas tidak bersalah sedangkan pemuda kedua mendapatkan hukuman mati. 

Menafsirkan Mimpi Sang Raja


Pada satu malam, raja dalam tidurnya bermimpi hingga membuatnya gelisah dan ketakutan. Keesokan harinya, dikumpulkanlah para dukun dan orang-orang pintar serta orang-orang terkemuka di negerinya untuk menafsirkan mimpinya. Mengenai mimpinya ini dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 43 disebutkan: 

“Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya), ‘Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus-kurus, dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh butir lainnya yang kering.’ Hai orang-orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat mena’birkan mimpiku.” 

Orang-orang yang mendengarnya pun terkejut dan bingung untuk menafsirkan mimpi rajanya. Mereka pun berunding untuk mencari tahu tafsir dari mimpi raja, namun tak ada satu pun jawaban yang memuaskan raja. Akhirnya mereka berkesimpulan bahwa mimpi raja itu hanyalah mimpi-mimpi kosong tak bermakna. Jawaban mereka ini diabadikan pula dalam Al Qur’an surat Yusuf ayat 44 sebagai berikut: 

“Mereka menjawab, ‘(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu mena’birkan mimpi itu’.” 

Salah seorang pelayan raja yang bertugas mengurusi minuman raja kemudian teringat dengan Nabi Yusuf yang ahli menafsirkan mimpi dan terbukti kebenarannya. Sebelumnya ia lupa dengan pesan Yusuf saat akan keluar dari penjara sehingga Nabi Yusuf pun berada dalam penjara selama beberapa tahun. Ia baru ingat kembali saat raja minta ditafsirkan mimpinya. 

“Dan Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, ‘Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.’ Namun setan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu, tetaplah dia ‘(Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya.” (QS. Yusuf: 42)

Pelayan itupun kemudian maju di hadapan yang hadir seraya berkata, “Saya tahu orang yang bisa menafsirkan mimpi raja, Ia ada di dalam penjara yang sama dengan saya tempo dulu, namanya Yusuf. Ia pandai menafsirkan mimpiku dan mimpi temanku yang terbukti kebenarannya. Utuslah aku kepadanya.” Kejadian ini juga termaktub dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 45. 

Pelayan raja itupun diutus untuk menemui Yusuf AS. Setelah berjumpa dengan Nabi Yusuf, ia menjelaskan mengapa sampai terlupa dengan pesannya. Lalu ia pun menceritakan kepada Yusuf mengenai mimpi raja (QS. Yusuf ayat 46).

Akhirnya, Nabi Yusuf AS pun menafsirkan mimpi raja dan memberi solusi atas problem kemasyarakatan yang akan dihadapi oleh rakyat Mesir. Nabi Yusuf menjelaskan:

“Mesir akan mengalami tujuh tahun masa-masa yang subur dan makmur. Oleh karena itu, bertanamlah gandum, lalu hasil panennya kau simpan dalam lumbung dan jangan memakannya kecuali hanya sekedarnya. Setelah itu, akan muncul masa-masa paceklik selama tujuh tahun pula. Untuk itu, makanlah gandum yang disimpan itu, namun jangan dihabiskan sebab perlu persiapan untuk bibit bagi tanam selanjutnya.” 

“Setelah lewat masa paceklik akan datang satu tahun yang subur, akan turun hujan dan tanaman tumbuh subur menghasilkan buah-buahan seperti anggur”, lanjut tafsir Nabi Yusuf AS. Kisah ini bisa dilihat lebih lanjut dalam Al Qur'an surat Yusuf ayat 47, 48, dan 49.

Al-Qur'an juga menyebutkan bahwa setelah nama baiknya dipulihkan, Yusuf dihadapkan pada Raja. Setelah mereka bercakap-cakap, Raja menyatakan bahwa Yusuf akan diberi kedudukan yang tinggi dan kepercayaan. Nabi Yusuf pun kemudian diangkat menjadi bendaharawan negeri Mesir.

Selengkapnya
Kisah Hidup Ummu Hani', Figur Wanita Mulia Yang Dihormati Rasulullah SAW

Kisah Hidup Ummu Hani', Figur Wanita Mulia Yang Dihormati Rasulullah SAW

Selain Gusti panutan Kanjeng Rasul Muhammad SAW, ada banyak figur sahabat Nabi yang juga dapat kita jadikan teladan dalam mengarungi kehidupan ini. Selain kisah para sahabat Nabi dari kalangan laki-laki, ternyata ada juga para sahabat Nabi dari kalangan wanita yang kisahnya tercatat dalam lembaran sejarah kejayaan Islam pada masa Rasulullah SAW. Salah satu di antaranya yaitu kisah dari sahabat Nabi bernama Fakhitah binti Abi Thalib, atau lebih dikenal dengan sebutan Ummu Hani'. 

wanita muslimah
ilustrasi via istock

Ummu Hani' merupakan seorang perempuan dari keturunan Bani Hasyim. Nama lengkapnya yaitu Fakhitah binti Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Beliau adalah saudari perempuan dari sahabat Ali bin Abi Thalib, Ja'far bin Abi Thalib dan Aqil bin Abi Thalib. Artinya, Ummu Hani' adalah sepupu Rasulullah SAW karena beliau adalah putri dari Abu Thalib, paman Nabi. Sedangkan ibunya adalah Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf.

Cinta Pertama Nabi


Ummu Hani' merupakan salah seorang wanita yang mendapatkan tempat istimewa di hati Rasulullah SAW. Melewati masa-masa kecil bersama, Ummu Hani juga merupakan cinta pertama Nabi sebelum akhirnya beliau menikahi sayyidah Khadijah RA. Diceritakan bahwa sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, beliau pernah memberanikan diri mengungkapkan rasa cintanya kepada Ummu Hani dan coba melamarnya. Namun sayangnya, lamaran beliau ditolak oleh Abu Thalib, ayah Ummu Hani'. 

Tentunya ada alasan mengapa Abu Thalib menolak lamaran Nabi untuk putrinya, Ummu Hani'. Hal ini dikarenakan Ummu Hani' keduluan sudah dilamar oleh orang lain. Abu Thalib menjelaskan bahwa Ummu Hani' telah dilamar oleh seorang laki-laki bernama Hubayrah, salah seorang putra saudara ibu Abu Thalib dari Bani Makhzum. Meski begitu, Rasulullah tetap coba membujuk pamannya agar menikahkan putrinya dengan beliau, karena saking cintanya kepada Ummu Hani. 

Sayangnya, Abu Thalib tetap menolak dengan halus permintaan dan lamaran Nabi tersebut. Abu Thalib juga menjelaskan bahwa ia menerima pinangan Hubayrah karena Bani Makhzum sebelumnya pernah menikahkan putri mereka dengan salah seorang dari kabilah Abu Thalib, sehingga ia mesti membalas perlakuan itu demi menjaga hubungan baik antar kabilah. Inilah tradisi yang berlaku di kalangan masyarakat Arab kala itu.

Setelah menikah dengan Hubayrah, Ummu Hani' dan suaminya tersebut tinggal di Makkah dan dikaruniai empat orang anak. Salah seorang anaknya bernama Hani', karena itulah Fakhitah kemudian lebih dikenal dengan sebutan Ummu Hani' (artinya: ibunya Hani'). Sedangkan Rasulullah SAW akhirnya menemukan cinta sejatinya pada diri Khadijah, istri pertama yang setia dalam membela dan mendampingi dakwah Rasulullah SAW.

Kemuliaan Ummu Hani'


Menjelang peristiwa Isra Mi'raj, Nabi Muhammad SAW pernah datang berkunjung ke rumah Ummu Hani. Beliau melakukan shalat malam lalu tidur di sana. Malam itu, rumah Ummu Hani' dikunjungi oleh malaikat Jibril AS yang hendak menjemput Rasulullah SAW. Di bawah atap rumahnyalah konon peristiwa Isra Mi'raj bermula. Saat fajar tiba, Nabi pun kembali ke tempat yang sama dan kemudian mengabarkan kepada Ummu Hani' tentang perjalanannya dalam satu malam itu. Ummu Hani' pun mengimani penuturan Rasulullah SAW.

Pada saat terjadi peristiwa Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah) oleh pasukan kaum Muslimin, penduduk Makkah berbondong-bondong untuk masuk Islam. Begitu pula dengan Ummu Hani' yang kemudian menjadi seorang Muslimah. Namun sayangnya, sang suami, Hubayrah, enggan memeluk Islam dan memilih lari keluar Makkah. Ia pergi meninggalkan istri dan anak-anaknya dengan pergi menuju Najran. Sepeninggal sang suami, Ummu Hani' pun dengan sabar mendidik dan membesarkan anak-anaknya seorang diri. 
Diriwayatkan bahwa sewaktu terjadi fathu Makkah, Ummu Hani' pergi menemui Rasulullah SAW. Ummu Hani' mengisahkan, "Aku pergi menemui Rasulullah SAW pada tahun penaklukkan Kota Mekah. Saat itu beliau sedang mandi, dan putrinya (Fathimah) menutupinya dengan tabir. Kuucapkan salam kepada beliau. Dari balik tabir, beliau bertanya, 'Siapa itu?'. Aku pun menjawab, 'Aku, Ummu Hani' binti Abi Thalib'. 'Marhaban Ummu Hani', sambut beliau.

Usai mandi, Rasulullah kemudian menunaikan shalat 8 rakaat dengan berbalut satu pakaian. Setelah shalat, aku berkata, 'Wahai Rasulullah, saudaraku -Ali bin Abi Thalib- ingin membunuh seseorang yang aku lindungi, yakni Fulan bin Hubayra'. Rasulullah bersabda, 'Sungguh kami melindungi orang yang engkau lindungi wahai Ummu Hani'. 'Jika demikian, jelas sudah masalahnya', jawab Ummu Hani' dengan lega. (HR. Bukhari). 

Masih di hari-hari penaklukan kota Makkah tersebut, Rasulullah SAW pernah menyempatkan diri untuk berkunjung menemui Ummu Hani dan menanyakan persediaan makanan di rumahnya. Ummu Hani kemudian menjawab, "Aku tidak memiliki apa-apa kecuali cuka, wahai Rasulullah". Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Dekatkan padaku makanan itu, betapa miskin sebuah rumah yang di dalamnya tidak terdapat lauk dan cuka".

Rasulullah Coba Melamar Ummu Hani' Untuk Kedua Kalinya


Suatu ketika, timbul keinginan dari Rasulullah SAW untuk kembali meminang Ummu Hani' sebagai istri dan agar anak-anaknya memiliki seorang ayah. Hal itu juga beliau maksudkan untuk menghibur Ummu Hani yang telah ditinggal pergi oleh suaminya. Namun ternyata ia menolak dengan halus pinangan dari Rasulullah tersebut. Ummu Hani' berkata, "Wahai Rasulullah, aku ini perempuan yang sudah lanjut usia dan memiliki banyak anak. Aku takut mereka akan menyakitimu". Selain itu, penolakan Ummu Hani' ini juga dikarenakan ia khawatir hal itu dapat mengganggu dakwah Rasulullah SAW di masa yang akan datang. 

Rasulullah pun mengerti dan akhirnya mengurungkan niatnya tersebut. Meski begitu, beliau SAW menyanjung Ummu Hani dengan menyebutkan, "Sebaik-baik perempuan yang menanggung unta adalah yang paling sayang kepada anak-anaknya yang masih kecil dan yang paling bisa menjaga harta suaminya". 

Rasulullah SAW memang sangat menghormati Ummu Hani'. Beliau sering mengunjungi Ummu Hani di rumahnya dan beristirahat di sana. Rasulullah juga sering menerima pendapat dan pertimbangan dari Ummu Hani', bahkan tak pernah satu kali pun beliau menentang pendapatnya.

Ummu Hani' hidup menjanda hingga akhir hayatnya. Meski tergolong terlambat masuk Islam, namun perannya dalam perjuangan Islam tidak bisa dianggap remeh. Ummu Hani' termasuk sosok penting dalam sejarah Islam. Selain ikut membela dan memperjuangkan kejayaan Islam, beliau juga termasuk salah seorang sahabat Nabi yang turut andil dalam meriwayatkan hadis-hadits Nabi SAW. Sekitar 46 hadis telah beliau riwayatkan kepada murid-muridnya. Ummu Hani' Radhiyallaahu 'Anha wafat pada tahun 40 H atau 661 M. 

Demikianlah kisah Ummu Hani', sahabat Nabi dari kalangan wanita yang begitu mulia dan dihormati Rasulullah SAW. Umur, jodoh, dan rezeki memang menjadi rahasia Allah SWT. Meskipun begitu, sebagai seorang mukmin kita harus tetap berusaha dan bermohon doa kepada-Nya. Semoga Allah menunjukkan jalanNya yang terbaik untuk kita semua. Aamiin.

Selengkapnya
Berdoa Agar Tak Menangis Saat Kalah, Agar Tegar dalam Setiap Ujian

Berdoa Agar Tak Menangis Saat Kalah, Agar Tegar dalam Setiap Ujian

Suatu ketika, diselenggarakanlah sebuah lomba mobil balap mainan untuk anak-anak. Suasana sungguh meriah siang itu sebab ini adalah babak final. Setelah melewati beberapa babak, kini hanya tersisa empat orang anak dan mereka sedang memamerkan setiap mobil mainan yang mereka miliki. Semuanya buatan sendiri sebab memang begitulah peraturannya. 

Dari keempat anak tersebut, ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, tetapi ia termasuk dalam empat anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Marklah yang paling tak sempurna. Beberapa anak bahkan menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua. Sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri. 

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan digelar. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap empat mobil, dengan empat "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan empat jalur terpisah di antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar kepada panitia sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. 

anak berdoa
via mim.or.id

Matanya terpejam, dengan tangan menengadah ia memanjatkan doa. Selesai berdoa, semenit kemudian ia berkata, "Ya, aku siap." Dor!!.. Tanda perlombaan telah dimulai. Dengan satu entakan kuat, Mark dan para peserta lainnya mulai mendorong mobilnya dengan kuat-kuat. Semua mobil Itu pun meluncur dengan cepat. Setiap penonton bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. 

"Ayo... ayo..., Cepat... cepat, maju... maju", begitu teriak mereka. Ahha... sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan ternyata... Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. la berucap dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih, Tuhan." 

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Namun sebelum piala Itu diserahkan, ketua panitia bertanya kepada Mark:

"Hai Jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?" 

Mark terdiam. "Ya, benar, tapi bukan doa meminta kemenangan yang aku panjatkan", kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tidak adil jika meminta kepada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. Aku hanya bermohon kepada Tuhan, supaya aku tak menangis jika aku kalah". 

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan penonton yang memenuhi ruangan. 

Mark tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark tidaklah bermohon kepada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark tidak memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan untuk mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark bermohon pada Tuhan agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. la berdoa agar diberikan kemuliaan dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. 

Mungkin telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa kepada Tuhan agar mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta kepada Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa kepada Tuhan untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. 

Sesungguhnya, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunanNya, dan panduan-Nya?. Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tidak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui?. Kita harus yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng, dan mudah menyerah.

Mungkin doa kita yang memang harus diperbaiki. Bukan lagi meminta bahagia setiap waktu, tetapi meminta hati yang luas untuk menerima segala sesuatu. Jadi, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi ujian tersebut. Wallaahul Musta'aan

Selengkapnya
Abdullah bin Mas'ud RA, Sosok Sahabat Nabi Yang Cerdas dan Ahli Qur'an

Abdullah bin Mas'ud RA, Sosok Sahabat Nabi Yang Cerdas dan Ahli Qur'an

Abdullah bin Mas'ud (Ibnu Mas'ud) bin Ghafil bin Habib al-Hudzali adalah salah seorang sahabat Nabi yang tergolong generasi pertama pemeluk Islam (assabiqunal awwalun). Ia adalah orang keenam yang masuk Islam setelah Nabi Muhammad SAW mengawali dakwahnya di Makkah. Beberapa sumber menyebutkan Abdullah bin Mas'ud memiliki ciri fisik ukuran badan paling kecil di antara para sahabat Nabi lainnya. 

Saat remaja, Abdullah bin Mas'ud merupakan seorang penggembala kambing. Ia menggembalakan kambing milik Uqbah bin Abi Mu'aith, salah seorang pemimpin Quraisy dan musuh utama Islam. Abdullah bin Mas'ud masuk Islam karena melihat keagungan Rasulullah SAW ketika mengusap susu hewan yang belum pernah keluar airnya. Namun dengan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi, tiba-tiba keluarlah air susu tersebut yang lezat untuk diminum.

Setelah masuk Islam, Abdullah bin Mas'ud datang menemui Nabi untuk menawarkan diri sebagai pembantu pribadi Rasulullah SAW. Ia juga meminta diajarkan doa yang dibaca oleh Nabi saat mengusap susu hewan tersebut. Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Engkau akan menjadi seorang anak yang terpelajar".

Benar saja, Abdullah bin Mas'ud dianugerahi Allah berupa kemauan baja yang mampu menundukkan para adikara dan ikut andil dalam merubah sejarah. Ia telah diberi anugerah ilmu oleh TuhanNya sehingga menjadi faqih atau ahli hukum Islam dan tulang punggung ahli Al Qur'an pada masa itu. Terhadap kealimannya ini, Rasulullah SAW pernah menyerukan kepada para sahabatnya untuk belajar Al-Qur’an salah satunya kepada Abdullah bin Mas'ud. Nabi bersabda:

خُذُوا الْقُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَسَالِمٍ وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ

"Ambillah Al-Qur’an itu dari empat orang, yaitu dari Abdullah bin Mas'ud, Salim, Mu'adz bin Jabal dan Ubay bin Ka'ab

membaca Al Quran
via freepik.com

Pada masa awal-awal Islam, Abdullah bin Mas'ud pernah membuat geger kaum Musyrikin Makkah ketika ia dengan berani membacakan Al-Qur'an secara terang-terangan di hadapan mereka. Dengan suaranya yang merdu namun lantang, ia langsung membacakan Surat Ar-Rahman di depan kerumunan kaum kuffar Makkah. Akibatnya, ia pun babak belur dihajar dan dianiaya oleh mereka. Meskipun begitu, ia tidak kapok bahkan bersedia untuk melakukannya lagi jika Rasulullah SAW mengizinkannya. 
 
Sebagai pelayan Nabi, Abdullah bin Mas'ud selalu mendampingi Nabi kemana pun beliau pergi. Ia juga selalu menyediakan segala kebutuhan Nabi mulai dari menyediakan air mandi hingga membawakan sandal dan siwak. Bahkan, ia juga kerap kali masuk ke kamar Nabi untuk sekadar mengurus tempat tidur beliau. Karena kedekatannya dengan Nabi, Abdullah bin Mas’ud menjadi salah satu dari sedikit sahabat yang langsung mengumpulkan dan belajar Al-Qur’an langsung dari Rasulullah SAW.

Abdullah bin Mas'ud memang dikenal memiliki kepandaian dan pengetahuan mendalam tentang Islam dan Al Qur'an. Dengan ingatannya yang kuat, ia tahu betul kapan, di mana, dan kepada siapa (asbabun nuzul) sebuah ayat diturunkan. Selain itu, Abdullah bin Mas'ud juga dikenal memiliki suara yang merdu dalam melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an. Tidak jarang ia diminta untuk membacanya di depan Rasul, karena beliau merasa rindu akan suaranya. Lebih dari itu, ia juga adalah tempat Rasulullah menumpahkan keluhan dan mempercayakan rahasia-rahasia untuk dijawabnya. Oleh karenanya, Rasulullah memberikan gelar kepadanya "Peti Rahasia" (sirr al sunduuq).

Menurut sejarah, Abdullah bin Mas'ud juga turut berpartisipasi dalam banyak peperangan bersama Rasulullah SAW. Ia berpartisipasi dalam pertempuran Badar dan berhasil membunuh Abu Jahal. Rasulullah yang gembira atas terbunuhnya Abu Jahal kemudian menghadiahkan pedangnya kepada Ibnu Mas'ud. Dedikasinya dalam melindungi Nabi memang tidak diragukan lagi. Bahkan saat terjadi pertempuran Uhud, Ibnu Abbas menyebutnya sebagai sejumlah sahabat setia Rasulullah SAW yang tidak meninggalkan Nabi. 

Abdullah bin Mas'ud juga banyak meriwayatkan hadits. Menurut Imam Nawawi, ada sekitar 848 hadits yang diriwayatkannya dari Rasulullah SAW. Abdullah bin Mas’ud wafat di Madinah pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan (32 H/653 M) ketika usianya 65 tahun. Jasadnya dikebumikan di Pemakaman Baqi', Madinah. (diolah dari berbagai sumber)

Selengkapnya
Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq RA Menafsirkan Mimpi

Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq RA Menafsirkan Mimpi

Abu Bakar As-Shiddiq adalah salah seorang sahabat utama Nabi yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan Nabi. Abu Bakar dilahirkan pada 572 M, selisih 1 - 2 tahun lebih muda dari usia Rasulullah SAW. Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy. Pemilik gelar Ash-Shiddiq ini juga merupakan khalifah pertama dalam Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat. 

ilustrasi orang arab berjalan di padang pasir
ilustrasi

Pada artikel yang terdahulu, kami pernah mengisahkan tentang mimpi Abu Bakar yang ditafsirkan oleh seorang Rahib saat sebelum beliau masuk Islam, dimana peristiwa tersebut menjadi salah satu dari sebab-sebab islamnya beliau atas kerasulan Nabi Muhammad SAW. (Baca: Kisah Islamnya Abu Bakar Ash-Shiddiq RA

Nah, pada postingan kali ini kami juga akan mengetengahkan kepada pembaca sekalian kisah tentang keahlian Abu Bakar yang ternyata juga pandai dalam menafsirkan mimpi. Kemampuan Abu Bakar ini bahkan telah dibuktikan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW dan Rasulullah kemudian membenarkannya. 

Pernah suatu ketika Rasulullah SAW mencoba menguji Abu Bakar terkait keahliannya dalam menafsirkan mimpi tersebut. Nabi berkata, "Wahai Abu Bakar, aku pernah bermimpi diiringi kambing-kambing hitam, kemudian kambing-kambing hitam tadi diiringi pula oleh kambing-kambing putih sehingga seolah-olah tidak tampak kambing-kambing hitam tadi". Nabi pun meminta Abu Bakar untuk menafsirkan mimpi beliau tersebut dan menjelaskan maksudnya.

Abu Bakar kemudian menjawab, "Ya Rasulullah, adapun kambing-kambing yang engkau sebutkan itu maksudnya adalah orang-orang Arab. Mereka masuk Islam dan semakin banyak jumlahnya. Sedangkan kambing-kambing putih itu maksudnya adalah orang 'Ajam (selain orang Arab). Mereka itu nantinya masuk Islam sebegitu banyaknya hingga orang orang-orang Arab menjadi seakan tidak kelihatan".

Mendengar jawaban dan penjelasan Abu Bakar tersebut, Rasulullah pun langsung membenarkan, "Dan persis seperti itu pula yang dikatakan Malaikat Jibril pada waktu sahur tadi".

Di lain waktu, pada suatu pagi Rasulullah SAW kembali menguji Abu Bakar untuk menafsirkan mimpinya yang beliau alami semalam. Nabi berkata, "Aku bermimpi seolah-olah aku dan engkau sedang berlomba menaiki tangga. Dalam mimpi itu, aku berhasil mendahuluimu sejauh dua setengah anak tangga. Bagaimana ta'bir dan arti dari mimpi tersebut?".

Abu Bakar pun menjawab, "(Pada saatnya nanti), Allah SWT akan memanggil engkau untuk pulang kepada maghfirah dan rahmatNya, sedangkan saya akan hidup dua setengah tahun lagi". Benar saja, Rasulullah SAW wafat lebih dulu dan Abu Bakar RA menyusulnya dua setengah tahun kemudian.

Selain Rasulullah SAW, keahlian Abu Bakar dalam menafsirkan mimpi ini juga pernah dibuktikan sendiri oleh putri beliau yaitu Aisyah RA. Suatu ketika, Aisyah memberitahukan mimpinya kepada Abu Bakar untuk dita'birkan olehnya. Aisyah berkata, "Wahai ayahku, aku pernah bermimpi melihat seolah-olah tiga bulan purnama jatuh ke dalam rumahku ini. Apa artinya mimpi tersebut wahai ayah?.

Abu Bakar kemudian menerangkan, "Sekiranya mimpimu itu benar, sesungguhnya kelak akan dimakamkan dalam rumahmu ini tiga orang terbaik di atas muka bumi ini". Itulah jawaban dari Abu Bakar. Sejarah membuktikan akan hal itu. Ketika Nabi Muhammad SAW wafat dan dikebumikan di dalam rumah Aisyah, maka Abu Bakar pun berkata kepada Aisyah, "Inilah satu di antara tiga buah bulan purnama yang jatuh ke dalam rumahmu itu". Adapun dua lainnya yaitu makam Abu Bakar sendiri dan makam dari Umar bin Khattab RA. Ketiganya merupakan tiga orang terbaik di atas muka bumi ini.

Selengkapnya