Kisah Ashabul Kahfi dan Bukti Nyata Keberadaan Mereka

Kisah Ashabul Kahfi dan Bukti Nyata Keberadaan Mereka

Anda pernah mendengar kisah Ashabul Kahfi (para penghuni gua)?. Ashabul Kahfi ( اصحاب الکهف )‎ merupakan kisah tentang para pemuda shaleh yang tertidur lelap di dalam gua selama ratusan tahun. Kisah yang termaktub dalam agama Abrahamik (Samawi) ini diperkirakan terjadi jauh sebelum masa Nabi Muhammad SAW. Dalam versi Kristen, kisah ini dikenal dengan nama The Seven Sleepers dan digolongkan ke dalam legenda mitologi Kristen.

pemuda Ashabul Kahfi

Dalam Al Qur'an Surah Al-Kahfi ayat 9 hingga ayat ke 26 disebutkan:

"Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) Ar-Raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?" (QS. Al-Kahf: 9)

"(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, Ya Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami." (QS. Al-Kahf: 10)

"Maka Kami tutup telinga mereka di dalam gua itu selama beberapa tahun," (QS. Al-Kahf: 11)

"kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu)." (QS. Al-Kahf: 12)

"Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka," (QS. Al-Kahf: 13)

"dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru Tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran." (QS. Al-Kahf: 14)

"Mereka itu kaum kami yang telah menjadikan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka)? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?" (QS. Al-Kahf: 15)

"Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu." (QS. Al-Kahf: 16)

"Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas di dalam (gua) itu. Itulah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya." (QS. Al-Kahf: 17)

"Dan engkau mengira mereka itu tidak tidur, padahal mereka tidur; dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka membentangkan kedua lengannya di depan pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka, tentu kamu akan berpaling melarikan (diri) dari mereka dan pasti kamu akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka." (QS. Al-Kahf: 18)

"Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, Sudah berapa lama kamu berada (di sini)? Mereka menjawab, Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari. Berkata (yang lain lagi), Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun." (QS. Al-Kahf: 19)

"Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempari kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya." (QS. Al-Kahf: 20)

"Dan demikian (pula) Kami perlihatkan (manusia) dengan mereka, agar mereka tahu, bahwa janji Allah benar, dan bahwa (kedatangan) hari Kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika mereka berselisih tentang urusan mereka maka mereka berkata, Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka. Orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, Kami pasti akan mendirikan sebuah rumah ibadah di atasnya." (QS. Al-Kahf: 21)

"Nanti (ada orang yang akan) mengatakan, (Jumlah mereka) tiga (orang), yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan, (Jumlah mereka) lima (orang), yang keenam adalah anjingnya, sebagai terkaan terhadap yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, (Jumlah mereka) tujuh (orang), yang kedelapan adalah anjingnya. Katakanlah (Muhammad), Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit. Karena itu janganlah engkau (Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja dan jangan engkau menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada siapa pun." (QS. Al-Kahf: 22)

"Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, Aku pasti melakukan itu besok pagi," (QS. Al-Kahf: 23)

"kecuali (dengan mengatakan), Insya Allah. Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini." (QS. Al-Kahf: 24)

"Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun." (QS. Al-Kahf: 25)

"Katakanlah, Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); milik-Nya semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain Dia, dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan." (QS. Al-Kahf: 26)

Siapa Para Pemuda "Ashabul Kahfi" Ini? 


Sebagaimana tersirat dalam ayat Al Qur'an di atas, para tokoh dalam kisah Ashbabul Kahfi ini adalah para pemuda shaleh yang berusaha melarikan diri dari kekejaman Raja Dikyanus, seorang penguasa di wilayah Efesus. Raja Dikyanus memerintahkan bala tentaranya untuk membunuh orang-orang yang menolak untuk menyembah berhala, karena ia ingin mengembalikan ajaran agama Romawi kuno. Demi menyelamatkan agama dan iman mereka, para pemuda tersebut kemudian bersembunyi di dalam sebuah goa.

nama nama ashabul kahfi
via stringfixer.com

Menurut beberapa sejarawan Islam, nama-nama para pemuda tersebut yaitu Maxalmena, Martinus, Kastunus, Bairunus, Danimus, Yathbunus dan Thamlika, serta seekor anjing bernama Qithmir yang dipercaya sebagai satu-satunya anjing yang kelak masuk surga. Dalam Surah Al Kahfi Ayat 18 di atas juga disebutkan bahwa saat bersembunyi di dalam goa, para pemuda tersebut ditidurkan oleh Allah SWT hingga ratusan tahun berlalu, yakni selama kurang lebih 309 tahun lamanya. 

Bukti Nyata Peninggalan Ashabul Kahfi


Setelah berabad-abad lamanya, kisah yang telah diuraikan dalam Al Qur'an mengenai para pemuda "Ashabul Kahfi" ini belakangan terungkap persis melalui rangkaian temuan dan sejumlah penelitian. Pada tahun 1963, seorang arkeolog Yordania, Rafiq Wafa Ad-Dujaniy menemukan bahwa gua tempat persembunyian para pemuda tersebut terletak di daerah Ar-Raheib, sebelah selatan Amman, Yordania.

gua ashabul kahfi
via republika.co.id

Memang terkait lokasi goa Ashabul Kahfi ini masih diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa gua tersebut terletak di Asia, ada pula yang berpendapat goa itu berada di Skotlandia. Namun berdasarkan bukti-bukti historis, arkeologis, dan astronomis, besar kemungkinan bahwa gua tersebut memang terletak di sekitar delapan kilometer sebelah selatan Kota Amman, Yordania. Hal ini berdasarkan bukti-bukti sebagai berikut:

1. Bukti Historis


Beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa gua yang terdapat dalam Surah Al Kahfi itu berada di Gunung Raqim di Yordania. Di antara para sahabat Nabi itu adalah Ubadah ibn As-Shamit, Mu’awiyah ibn Abu Sufyan, dan Ibnu Abbas. Mereka mengaku pernah berkunjung ke sana dan melihat sisa tulang-belulang para penghuni gua tersebut. 

2. Bukti Arkeologis


Ditemukan adanya sebuah bangunan bersejarah di atas gua tersebut dan ternyata bangunan itu dahulu merupakan gereja dan beralih fungsi menjadi masjid pada masa kekuasaan Islam. Ditemukan pula tujuh pilar batu yang sudah tidak sama lagi tingginya dan dalam posisi membentuk lingkaran. Rupanya, itulah bangunan yang disebut dalam Surah Al Kahfi ayat 21:

"Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: 'Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka.' Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: 'Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya'."

Selain bangunan masjid, ditemukan pula sejumlah kuburan di dalam goa tersebut, persis sebagaimana telah dijelaskan dalam Al Qur'an. Kuburan-kuburan di atas batu tersebut empat di antaranya berada di lorong sebelah kanan pintu masuk gua dan empat lainnya ada di lorong sebelah kiri gua. Sedangkan tepat di persimpangan antara dua lorong tadi ditemukan kerangka anjing, beberapa keping uang, gelang, cincin, dan bejana berharga.

Kisah Ashabul Kahfi dan Bukti Nyata Keberadaan Mereka
via okezone.com

Seorang pakar geologi, Nazim Al Kailani, dalam penelitiannya mengatakan bahwa tanah gua dan lokasi dimana Gunung Raqim berada sangat berperan penting dalam menjaga keutuhan kondisi tubuh para penghuni gua. Sebab, tanah di lokasi tersebut diketahui mengandung karbohidrat, kalsium, dan magnesium serta tumbuhan dan hewan yang jenuh. 

Penelitian juga menemukan kesesuaian lubang gua sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur'an. Diketahui bahwa celah gua di sebelah selatan mengarah ke barat daya, sehingga ketika seseorang berdiri di dalam gua di waktu petang, maka posisi sinar matahari bergerak ke arah kanan dan menyorot orang yang berdiri serta memberi ruang untuk melihat ke arah pemandangan luar gua. Sinar matahari tidak memasuki gua pada tengah hari, sedangkan ketika matahari terbenam, sinar matahari sedikit dan sesaat memasuki gua.

Hal ini sama persis dengan apa yang dijelaskan dalam Al Qur'an Surah Al Kahfi Ayat 17:

"Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya."

Bukan hanya itu saja. Di dalam dinding gua juga pernah ditemukan adanya tulisan dalam berbagai bahasa kuno yang mengisyaratkan akan keesaan Allah SWT. Demikianlah pembahasan mengenai kisah para pemuda mukmin penghuni goa "Ashabul Kahfi" dan bukti nyata keberadaan mereka. Wallaahu A'lam

Sumber: wikipedia, republika.co.id, okezone.com

Selengkapnya
Kisah Syam'un As (Samson) dan Asal Muasal Malam Lailatul Qadar

Kisah Syam'un As (Samson) dan Asal Muasal Malam Lailatul Qadar

ilustrasi malam terang benderang

Pada setiap bulan Ramadhan, ada satu malam istimewa yang memiliki keutamaan tersendiri. Bahkan kabarnya hanya orang-orang tertentu yang dapat merasakan kedatangan malam yang agung ini. Malam yang istimewa ini adalah malam lailatul qadar. Pada malam lailatul Qadar inilah Allah menurunkan kitab suci Al Qur'an. Allah juga menjelaskan dalam surat Al Qadr bahwa malam lailatul Qadar ini lebih baik daripada 1000 bulan. 

Setiap umat Islam pasti berharap agar dapat dipertemukan dengan malam lailatul Qadar ini, sehingga dapat diisi dengan khusyu beribadah kepada Allah SWT. Dengan begitu maka kita akan mendapatkan keutamaan dari malam yang mulia ini. Terkait dengan malam lailatul Qadar yang dikatakan lebih baik daripada seribu bulan ini, ada satu riwayat yang menceritakan sebab turunnya surat Al Qadr, yakni surat dalam Al Qur'an yang menjelaskan mengenai malam lailatul Qadar beserta keutamaannya tersebut. 

Dikisahkan pada suatu hari saat berada di bulan Ramadhan, Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Tiba-tiba Rasulullah terlihat tersenyum-senyum sendiri. Para sahabat pun penasaran dan kemudian bertanya :

"Apa yang membuat engkau tersenyum, Wahai Rasulullah!". Maka Rasulullah menjawab: 

"Telah diperlihatkan kepadaku pada hari akhir (kiamat), yakni ketika semua manusia dikumpulkan di padang mahsyar. Tiba-tiba datang seorang Nabi yang tidak punya pengikut satupun dengan membawa pedang dan ia masuk ke dalam surga. Dialah Syam'un Al Ghazi."

Rasulullah pun kemudian bercerita kepada para sahabat mengenai kisah dari Nabi Syam'un ini.

Syam'un Al Ghazi (Samson) adalah seorang Nabi dari Bani Israil yang diutus di tanah Romawi. Sepanjang hidupnya, Syam'un telah memerangi kaum kafir yang menentang ketuhanan Allah SWT. Syam'un yang berambut panjang memiliki kemampuan dapat melunakan besi dan merobohkan istana. Dia juga memiliki senjata seperti pedang yang terbuat dari tulang rahang unta bernama Liha Jamal. Konon, dengan senjatanya ini ia dapat membunuh ribuan orang kafir. Dikisahkan setiap kali dia mengayunkan senjatanya kepada orang kafir, maka orang kafir tersebut akan mati seketika. Senjata ini memang ajaib, bahkan ketika Syam'un merasa haus dan lapar, maka dengan perantara senjatanya ini Allah memberikan makanan dan minuman kepadanya. 

Dengan kekuatannya yang luar biasa ini, kaum kafir merasa tidak sanggup lagi untuk menandingi kekuatan Syam'un, maka mereka pun membuat strategi baru. Mereka membujuk istri Syam'un yang kafir agar mau diajak bekerja sama untuk membunuh Syam'un. Salah seorang dari mereka berkata kepada istri Syam'un:

"Kami akan memberimu uang dan harta yang sangat banyak jika engkau bersedia membunuh suamimu". Istri Syam'un menjawab:

"aku tidak mampu membunuhnya". Orang kafir itu berkata lagi kepada istri Syam'un:

"jika begitu, kami akan memberimu tali yang sangat kuat. Saat Syam'un tidur, ikatlah kedua tangan dan kakinya dengan tali itu, selanjutnya biarlah kami nanti yang akan membunuhnya". 

Istri Syam'un yang kafir itu pun menyanggupi permintaan kaum kafir. Saat Syam'un sedang tidur, istrinya mengikat kedua tangan dan kaki Syam'un dengan tali pemberian dari kaum kafir. Saat Syam'un bangun, ia terkejut mendapati kedua tangan dan kakinya sudah dalam keadaan terikat tali yang sangat kuat. Syam'un pun bertanya kepada istrinya:

"Siapakah gerangan yang telah mengikatku?". Istrinya kemudian menjawab:

"akulah yang telah mengikatmu, sekadar untuk mencoba kekuatanmu saja", Rupanya istri Syam'un yang kafir itu sengaja menjawab demikian dengan pertimbangan bila ternyata suaminya nanti mampu melepaskan diri dari ikatan itu, maka hal itu tidak akan membahayakan dirinya. Benar saja, dengan satu ucapan doa, Syam'un dengan mudah dapat melepaskan tali yang mengikatnya itu. 

Mengetahui rencananya gagal, kaum kafir menyusun siasat baru. Mereka memberi istri Syam'un rantai untuk mengikat kedua tangan dan kaki Syam'un. Mereka berharap dengan diikat dengan rantai maka Syam'un tidak akan berdaya. Istri Syam'un yang kafir kembali menyanggupi permintaan kaum kafir. Saat Syam'un tidur, kedua tangan dan kakinya kembali diikat oleh istri Syam'un yang kali ini menggunakan rantai. Saat Syam'un bangun, ia kembali bertanya kepada istrinya:

"Siapakah gerangan yang telah mengikatku?". Istri Syam'un menjawab:

"aku yang melakukan itu,  sekadar untuk menguji kekuatanmu". Maka Syam'un pun lalu menarik tangannya, dan seketika dengan sekali hentakan rantai yang membelenggu tangan serta kakinya langsung terputus.

Karena penasaran, istri Syam'un kemudian bertanya kepada Syam'un:

"Kamu kan manusia, pasti suatu saat akan mati juga. Tapi apa dan bagaimana kelemahanmu?". Konon setelah berkali-kali dibujuk, akhirnya Syam'un membuka rahasia kekuatannya, ia berkata:

"Hai istriku, aku adalah Wali Allah. Tidak ada seorang pun yang sanggup menghancurkan kekuatanku. Kelemahanku yang sebenarnya adalah rambutku sendiri".

Syam'un memang memiliki rambut yang panjang, digambarkan bahwa ujung rambutnya akan menyentuh tanah saat ia berdiri. Setelah mengetahui kelemahan Syam'un, pada malam berikutnya saat Syam'un sedang tidur, istrinya memotong rambut Syam'un yang panjang dan kemudian diikatkan pada kedua tangan dan kaki Syam'un masing-masing empat helai rambut. Saat Syam'un bangun, ia bertanya lagi kepada istrinya:

"Siapakah gerangan yang mengikatku ini!". Istrinya lagi-lagi menjawab:

"Aku yang mengikatmu, untuk menguji kekuatanmu". 

Syam'un pun berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan ikatan itu, namun kali ini ia tidak berhasil. Dia tidak berdaya untuk memotongnya. 

Melihat usahanya kali ini berhasil, istri Syam'un yang kafir segera memberi tahukan hal ini kepada kaum kafir. Syam’un yang sudah tidak berdaya kemudian dibawa ke gedung istana untuk dieksekusi. Tubuhnya diikat pada tiang utama istana dan dipertontonkan kepada khalayak ramai. Kaum kafir kemudian memotong kedua telinga, bibir serta kedua tangan dan kakinya. Tidak hanya itu saja, Syam'un juga disiksa dengan dibutakan kedua matanya. Mereka berharap Syam'un akan mati perlahan-lahan dengan menahan siksaan-siksaan itu. 

Pada saat keadaan seperti itu, Allah menurunkan Malaikat Jibril untuk memberi bantuan kepada Syam’un. Malaikat Jibril berkata: 

"Apa permintaanmu pada Allah?". Syam'un menjawab: 

"Ya Allah, Aku mohon agar Engkau memberi kekuatan kepadaku, sehingga aku mampu meruntuhkan tiang bangunan ini dan aku akan hancurkan mereka semua dengan kekuatan Allah, Bismillaah, Laa haula walaa quwwata illaa billaah.."

Allah SWT pun mengabulkan doanya. Allah memberikan kekuatan yang luar biasa kepada Syam'un. Kemudian Syam'un menggerakkan tubuhnya, sehingga menyebabkan tiang bangunan menjadi roboh berhamburan, disusul ambruknya seluruh bangunan istana yang menimpa semua orang-orang kafir tanpa tersisa. Semuanya pun mati, termasuk istri Syam'un juga ikut mati. 

Syam'un sendiri diselamatkan oleh Allah SWT. Semua anggota tubuhnya dikembalikan seperti sedia kala. Setelah itu Syam'un mengabdikan hidupnya untuk kembali berjuang membela agama Allah, menumpas kekufuran dan kebathilan selama 1000 bulan tanpa henti. Selain itu, ia juga menyibukan diri dengan beribadah kepada Allah. Malam hari ia menjalankan shalat malam, sedang siang harinya ia berpuasa. Semuanya itu ia lakukan dalam waktu 1000 bulan lamanya. 

Setelah Rasulullah selesai menceritakan kisah Syam'un Al Ghazi ini, para sahabat menangis terharu. Salah seorang diantara mereka kemudian bertanya: 

"Wahai Rasulullah, tahukah engkau akan pahalanya (ibadah Syam'un)?". Rasulullah menjawab: 

"aku tidak mengetahuinya". 

Sesaat kemudian Allah menurunkan surat Al Qadr melalui Malaikat Jibril. Malaikat Jibril kemudian berkata:

"Wahai Muhammad, Allah memberi lailatul Qadar kepadamu dan umatmu, yang mana ibadah pada malam itu lebih utama daripada ibadah 1000 bulan."

Demikianlah kisah Syam'un Al Ghazi dan asal muasal malam lailatul Qadar. Sungguh beruntung seorang muslim yang bisa mendapatkan malam yang mulia ini dengan beribadah sepenuhnya kepada Allah, yang mana keutamaannya melebihi ibadah 1000 bulan (khairun min alfi syahr) sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Syam'un Al Ghazi As. Wallahu A'lam. 


Selengkapnya
Kisah Nabi Yusuf AS Menafsirkan Mimpi

Kisah Nabi Yusuf AS Menafsirkan Mimpi

Yusuf Alaihis Salam adalah salah seorang Nabi dan Rasul, putra dari Nabi Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim AS. Meski bernasab mulia dan dikarunia wajah yang rupawan, kehidupan Nabi yang saleh ini juga banyak dilalui dalam penderitaan. Mulai dari dibuang saudara-saudaranya sewaktu kecil, dijadikan budak, hingga dimasukkan ke penjara. Namun pada akhirnya Allah mengangkat derajatnya ketika ia diangkat menjadi salah satu tokoh penting di Mesir. 

kaligrafi Yusuf As
via islam.nu.or.id

Selain berwajah tampan, Nabi Yusuf AS juga dikarunia kepandaian dalam menafsirkan mimpi. Kemampuannya inilah yang kemudian menjadikannya sebagai salah satu tokoh penting di Mesir setelah ia berhasil menafsirkan mimpi Raja. Sebelum berhasil menafsirkan mimpi Sang Raja, kemampuannya ini juga pernah ia perlihatkan saat menafsirkan mimpi dua pelayan raja sewaktu ia masih di dalam penjara. 

Menafsirkan Mimpi Dua Pelayan Raja


Sebagaimana diketahui, Nabi Yusuf pernah mendapatkan ujian besar akibat perbuatan tercela dari Zulaikha, istri salah seorang pembesar Mesir. Ketika berita mengenai Yusuf dengan istri menteri tersebar luas ke seluruh kota Mesir, maka para pejabat menyarankan agar bisa bersih dari pencemaran nama baik, sebaiknya Yusuf dijebloskan ke dalam penjara, walaupun sebenarnya mereka tahu kalau Yusuf bersih dan tidak bersalah. 

Dalam penjara, Nabi Yusuf berada antara suka dan duka. Suka karena bisa bebas dari fitnah, dan berduka karena teraniaya. Akan tetapi, penjara itu membawa kebaikan baginya. Dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 33 disebutkan: 

"Yusuf berkata, ‘Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh"

Di dalam penjara yang ditempati Nabi Yusuf, ada dua orang pemuda yang sebelumnya merupakan pelayan raja. Keduanya dipenjara karena diduga terlibat persekongkolan untuk memberontak. Pemuda pertama adalah yang mengurusi minuman raja, sedangkan pemuda kedua adalah yang mengurusi makanan raja. 

Pada satu malam, kedua pemuda tersebut bermimpi. Masing-masing dari mereka kemudian menceritakan mimpi tersebut kepada Yusuf untuk menafsirkannya. Pemuda pertama bercerita, “Aku bermimpi memeras anggur.” Sedangkan pemuda kedua berkata, “Aku bermimpi memikul roti di atas kepalaku dan dimakan oleh burung”. Kisah dua pemuda ini juga termaktub dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 36 sebagai berikut: 

“Dan bersama dengan dia (Yusuf) masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. Berkatalah salah seorang diantara keduanya, ‘Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku memeras anggur’. Dan yang lainnya berkata, ‘Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebahagiannya dimakan burung’. Berikanlah kepada kami ta’birnya; sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang-orang yang pandai (menafsirkan mimpi).” 

Sebelum menafsirkan mimpi keduanya, Nabi Yusuf menasehati keduanya terlebih dahulu. Ia berkata bahwa sesungguhnya anugerah menafsirkan mimpi itu dikhususkan Allah kepadanya. Bahkan ia mampu menebak makanan apa yang akan di bawa ke dalam penjara untuk keduanya. Semua itu karena dirinya beriman dan mengikuti agama Ibrahim, Ishak, dan Ya’qub, tidak berbuat syirik, menjauhi agama kepercayaan orang kafir dan yang ingkar hari kemudian. 


Kemudian Yusuf juga menasehati mereka dan mengajak orang-orang dalam tahanan agar beriman kepada Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa, dan meninggalkan agama nenek moyang yang sesat. Kisah ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 37 - 40. 

Setelah itu, barulah Nabi Yusuf AS menafsirkan mimpi keduanya. Yusuf AS mulai dengan menafsirkan mimpi pemuda yang pertama:

“Berbahagialah engkau tukang pembuat minuman raja, sebab engkau akan dibebaskan lantaran engkau tidak terlibat persekongkolan untuk memberontak."

Setelah itu, Nabi Yusuf juga menafsirkan mimpi pemuda yang kedua:

“Adapun kau tukang pembuat roti, kau akan dihukum mati dengan cara disalib, lalu burung-burung akan memakan bagian kepalamu sebab kau terlibat persekongkolan. Penafsiran ini berdasarkan ilham dari Tuhanku dan pasti akan terjadi, “ lanjut Yusuf as. 

Terkait hal ini, dalam Al Qur'an surat Yusuf ayat 41 disebutkan: 

“Hai kedua temanku dalam penjara! Adapun salah seorang di antara kamu berdua akan memberi minum tuannya dengan khamar, adapun seorang lagi maka akan disalib, lalu burung memakan sebagian dari kepalanya. Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakan (kepadaku).” 

Benar saja, apa yang telah dijelaskan Nabi Yusuf tersebut pun menjadi kenyataan. Pemuda pertama dinyatakan bebas tidak bersalah sedangkan pemuda kedua mendapatkan hukuman mati. 

Menafsirkan Mimpi Sang Raja


Pada satu malam, raja dalam tidurnya bermimpi hingga membuatnya gelisah dan ketakutan. Keesokan harinya, dikumpulkanlah para dukun dan orang-orang pintar serta orang-orang terkemuka di negerinya untuk menafsirkan mimpinya. Mengenai mimpinya ini dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 43 disebutkan: 

“Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya), ‘Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus-kurus, dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh butir lainnya yang kering.’ Hai orang-orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat mena’birkan mimpiku.” 

Orang-orang yang mendengarnya pun terkejut dan bingung untuk menafsirkan mimpi rajanya. Mereka pun berunding untuk mencari tahu tafsir dari mimpi raja, namun tak ada satu pun jawaban yang memuaskan raja. Akhirnya mereka berkesimpulan bahwa mimpi raja itu hanyalah mimpi-mimpi kosong tak bermakna. Jawaban mereka ini diabadikan pula dalam Al Qur’an surat Yusuf ayat 44 sebagai berikut: 

“Mereka menjawab, ‘(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu mena’birkan mimpi itu’.” 

Salah seorang pelayan raja yang bertugas mengurusi minuman raja kemudian teringat dengan Nabi Yusuf yang ahli menafsirkan mimpi dan terbukti kebenarannya. Sebelumnya ia lupa dengan pesan Yusuf saat akan keluar dari penjara sehingga Nabi Yusuf pun berada dalam penjara selama beberapa tahun. Ia baru ingat kembali saat raja minta ditafsirkan mimpinya. 

“Dan Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, ‘Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.’ Namun setan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu, tetaplah dia ‘(Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya.” (QS. Yusuf: 42)

Pelayan itupun kemudian maju di hadapan yang hadir seraya berkata, “Saya tahu orang yang bisa menafsirkan mimpi raja, Ia ada di dalam penjara yang sama dengan saya tempo dulu, namanya Yusuf. Ia pandai menafsirkan mimpiku dan mimpi temanku yang terbukti kebenarannya. Utuslah aku kepadanya.” Kejadian ini juga termaktub dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 45. 

Pelayan raja itupun diutus untuk menemui Yusuf AS. Setelah berjumpa dengan Nabi Yusuf, ia menjelaskan mengapa sampai terlupa dengan pesannya. Lalu ia pun menceritakan kepada Yusuf mengenai mimpi raja (QS. Yusuf ayat 46).

Akhirnya, Nabi Yusuf AS pun menafsirkan mimpi raja dan memberi solusi atas problem kemasyarakatan yang akan dihadapi oleh rakyat Mesir. Nabi Yusuf menjelaskan:

“Mesir akan mengalami tujuh tahun masa-masa yang subur dan makmur. Oleh karena itu, bertanamlah gandum, lalu hasil panennya kau simpan dalam lumbung dan jangan memakannya kecuali hanya sekedarnya. Setelah itu, akan muncul masa-masa paceklik selama tujuh tahun pula. Untuk itu, makanlah gandum yang disimpan itu, namun jangan dihabiskan sebab perlu persiapan untuk bibit bagi tanam selanjutnya.” 

“Setelah lewat masa paceklik akan datang satu tahun yang subur, akan turun hujan dan tanaman tumbuh subur menghasilkan buah-buahan seperti anggur”, lanjut tafsir Nabi Yusuf AS. Kisah ini bisa dilihat lebih lanjut dalam Al Qur'an surat Yusuf ayat 47, 48, dan 49.

Al-Qur'an juga menyebutkan bahwa setelah nama baiknya dipulihkan, Yusuf dihadapkan pada Raja. Setelah mereka bercakap-cakap, Raja menyatakan bahwa Yusuf akan diberi kedudukan yang tinggi dan kepercayaan. Nabi Yusuf pun kemudian diangkat menjadi bendaharawan negeri Mesir.

Selengkapnya
Kisah Hidup Ummu Hani', Figur Wanita Mulia Yang Dihormati Rasulullah SAW

Kisah Hidup Ummu Hani', Figur Wanita Mulia Yang Dihormati Rasulullah SAW

Selain Gusti panutan Kanjeng Rasul Muhammad SAW, ada banyak figur sahabat Nabi yang juga dapat kita jadikan teladan dalam mengarungi kehidupan ini. Selain kisah para sahabat Nabi dari kalangan laki-laki, ternyata ada juga para sahabat Nabi dari kalangan wanita yang kisahnya tercatat dalam lembaran sejarah kejayaan Islam pada masa Rasulullah SAW. Salah satu di antaranya yaitu kisah dari sahabat Nabi bernama Fakhitah binti Abi Thalib, atau lebih dikenal dengan sebutan Ummu Hani'. 

wanita muslimah
ilustrasi via istock

Ummu Hani' merupakan seorang perempuan dari keturunan Bani Hasyim. Nama lengkapnya yaitu Fakhitah binti Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Beliau adalah saudari perempuan dari sahabat Ali bin Abi Thalib, Ja'far bin Abi Thalib dan Aqil bin Abi Thalib. Artinya, Ummu Hani' adalah sepupu Rasulullah SAW karena beliau adalah putri dari Abu Thalib, paman Nabi. Sedangkan ibunya adalah Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf.

Cinta Pertama Nabi


Ummu Hani' merupakan salah seorang wanita yang mendapatkan tempat istimewa di hati Rasulullah SAW. Melewati masa-masa kecil bersama, Ummu Hani juga merupakan cinta pertama Nabi sebelum akhirnya beliau menikahi sayyidah Khadijah RA. Diceritakan bahwa sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, beliau pernah memberanikan diri mengungkapkan rasa cintanya kepada Ummu Hani dan coba melamarnya. Namun sayangnya, lamaran beliau ditolak oleh Abu Thalib, ayah Ummu Hani'. 

Tentunya ada alasan mengapa Abu Thalib menolak lamaran Nabi untuk putrinya, Ummu Hani'. Hal ini dikarenakan Ummu Hani' keduluan sudah dilamar oleh orang lain. Abu Thalib menjelaskan bahwa Ummu Hani' telah dilamar oleh seorang laki-laki bernama Hubayrah, salah seorang putra saudara ibu Abu Thalib dari Bani Makhzum. Meski begitu, Rasulullah tetap coba membujuk pamannya agar menikahkan putrinya dengan beliau, karena saking cintanya kepada Ummu Hani. 

Sayangnya, Abu Thalib tetap menolak dengan halus permintaan dan lamaran Nabi tersebut. Abu Thalib juga menjelaskan bahwa ia menerima pinangan Hubayrah karena Bani Makhzum sebelumnya pernah menikahkan putri mereka dengan salah seorang dari kabilah Abu Thalib, sehingga ia mesti membalas perlakuan itu demi menjaga hubungan baik antar kabilah. Inilah tradisi yang berlaku di kalangan masyarakat Arab kala itu.

Setelah menikah dengan Hubayrah, Ummu Hani' dan suaminya tersebut tinggal di Makkah dan dikaruniai empat orang anak. Salah seorang anaknya bernama Hani', karena itulah Fakhitah kemudian lebih dikenal dengan sebutan Ummu Hani' (artinya: ibunya Hani'). Sedangkan Rasulullah SAW akhirnya menemukan cinta sejatinya pada diri Khadijah, istri pertama yang setia dalam membela dan mendampingi dakwah Rasulullah SAW.

Kemuliaan Ummu Hani'


Menjelang peristiwa Isra Mi'raj, Nabi Muhammad SAW pernah datang berkunjung ke rumah Ummu Hani. Beliau melakukan shalat malam lalu tidur di sana. Malam itu, rumah Ummu Hani' dikunjungi oleh malaikat Jibril AS yang hendak menjemput Rasulullah SAW. Di bawah atap rumahnyalah konon peristiwa Isra Mi'raj bermula. Saat fajar tiba, Nabi pun kembali ke tempat yang sama dan kemudian mengabarkan kepada Ummu Hani' tentang perjalanannya dalam satu malam itu. Ummu Hani' pun mengimani penuturan Rasulullah SAW.

Pada saat terjadi peristiwa Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah) oleh pasukan kaum Muslimin, penduduk Makkah berbondong-bondong untuk masuk Islam. Begitu pula dengan Ummu Hani' yang kemudian menjadi seorang Muslimah. Namun sayangnya, sang suami, Hubayrah, enggan memeluk Islam dan memilih lari keluar Makkah. Ia pergi meninggalkan istri dan anak-anaknya dengan pergi menuju Najran. Sepeninggal sang suami, Ummu Hani' pun dengan sabar mendidik dan membesarkan anak-anaknya seorang diri. 
Diriwayatkan bahwa sewaktu terjadi fathu Makkah, Ummu Hani' pergi menemui Rasulullah SAW. Ummu Hani' mengisahkan, "Aku pergi menemui Rasulullah SAW pada tahun penaklukkan Kota Mekah. Saat itu beliau sedang mandi, dan putrinya (Fathimah) menutupinya dengan tabir. Kuucapkan salam kepada beliau. Dari balik tabir, beliau bertanya, 'Siapa itu?'. Aku pun menjawab, 'Aku, Ummu Hani' binti Abi Thalib'. 'Marhaban Ummu Hani', sambut beliau.

Usai mandi, Rasulullah kemudian menunaikan shalat 8 rakaat dengan berbalut satu pakaian. Setelah shalat, aku berkata, 'Wahai Rasulullah, saudaraku -Ali bin Abi Thalib- ingin membunuh seseorang yang aku lindungi, yakni Fulan bin Hubayra'. Rasulullah bersabda, 'Sungguh kami melindungi orang yang engkau lindungi wahai Ummu Hani'. 'Jika demikian, jelas sudah masalahnya', jawab Ummu Hani' dengan lega. (HR. Bukhari). 

Masih di hari-hari penaklukan kota Makkah tersebut, Rasulullah SAW pernah menyempatkan diri untuk berkunjung menemui Ummu Hani dan menanyakan persediaan makanan di rumahnya. Ummu Hani kemudian menjawab, "Aku tidak memiliki apa-apa kecuali cuka, wahai Rasulullah". Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Dekatkan padaku makanan itu, betapa miskin sebuah rumah yang di dalamnya tidak terdapat lauk dan cuka".

Rasulullah Coba Melamar Ummu Hani' Untuk Kedua Kalinya


Suatu ketika, timbul keinginan dari Rasulullah SAW untuk kembali meminang Ummu Hani' sebagai istri dan agar anak-anaknya memiliki seorang ayah. Hal itu juga beliau maksudkan untuk menghibur Ummu Hani yang telah ditinggal pergi oleh suaminya. Namun ternyata ia menolak dengan halus pinangan dari Rasulullah tersebut. Ummu Hani' berkata, "Wahai Rasulullah, aku ini perempuan yang sudah lanjut usia dan memiliki banyak anak. Aku takut mereka akan menyakitimu". Selain itu, penolakan Ummu Hani' ini juga dikarenakan ia khawatir hal itu dapat mengganggu dakwah Rasulullah SAW di masa yang akan datang. 

Rasulullah pun mengerti dan akhirnya mengurungkan niatnya tersebut. Meski begitu, beliau SAW menyanjung Ummu Hani dengan menyebutkan, "Sebaik-baik perempuan yang menanggung unta adalah yang paling sayang kepada anak-anaknya yang masih kecil dan yang paling bisa menjaga harta suaminya". 

Rasulullah SAW memang sangat menghormati Ummu Hani'. Beliau sering mengunjungi Ummu Hani di rumahnya dan beristirahat di sana. Rasulullah juga sering menerima pendapat dan pertimbangan dari Ummu Hani', bahkan tak pernah satu kali pun beliau menentang pendapatnya.

Ummu Hani' hidup menjanda hingga akhir hayatnya. Meski tergolong terlambat masuk Islam, namun perannya dalam perjuangan Islam tidak bisa dianggap remeh. Ummu Hani' termasuk sosok penting dalam sejarah Islam. Selain ikut membela dan memperjuangkan kejayaan Islam, beliau juga termasuk salah seorang sahabat Nabi yang turut andil dalam meriwayatkan hadis-hadits Nabi SAW. Sekitar 46 hadis telah beliau riwayatkan kepada murid-muridnya. Ummu Hani' Radhiyallaahu 'Anha wafat pada tahun 40 H atau 661 M. 

Demikianlah kisah Ummu Hani', sahabat Nabi dari kalangan wanita yang begitu mulia dan dihormati Rasulullah SAW. Umur, jodoh, dan rezeki memang menjadi rahasia Allah SWT. Meskipun begitu, sebagai seorang mukmin kita harus tetap berusaha dan bermohon doa kepada-Nya. Semoga Allah menunjukkan jalanNya yang terbaik untuk kita semua. Aamiin.

Selengkapnya
Berdoa Agar Tak Menangis Saat Kalah, Agar Tegar dalam Setiap Ujian

Berdoa Agar Tak Menangis Saat Kalah, Agar Tegar dalam Setiap Ujian

Suatu ketika, diselenggarakanlah sebuah lomba mobil balap mainan untuk anak-anak. Suasana sungguh meriah siang itu sebab ini adalah babak final. Setelah melewati beberapa babak, kini hanya tersisa empat orang anak dan mereka sedang memamerkan setiap mobil mainan yang mereka miliki. Semuanya buatan sendiri sebab memang begitulah peraturannya. 

Dari keempat anak tersebut, ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, tetapi ia termasuk dalam empat anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Marklah yang paling tak sempurna. Beberapa anak bahkan menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua. Sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri. 

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan digelar. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap empat mobil, dengan empat "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan empat jalur terpisah di antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar kepada panitia sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. 

anak berdoa
via mim.or.id

Matanya terpejam, dengan tangan menengadah ia memanjatkan doa. Selesai berdoa, semenit kemudian ia berkata, "Ya, aku siap." Dor!!.. Tanda perlombaan telah dimulai. Dengan satu entakan kuat, Mark dan para peserta lainnya mulai mendorong mobilnya dengan kuat-kuat. Semua mobil Itu pun meluncur dengan cepat. Setiap penonton bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. 

"Ayo... ayo..., Cepat... cepat, maju... maju", begitu teriak mereka. Ahha... sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan ternyata... Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. la berucap dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih, Tuhan." 

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Namun sebelum piala Itu diserahkan, ketua panitia bertanya kepada Mark:

"Hai Jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?" 

Mark terdiam. "Ya, benar, tapi bukan doa meminta kemenangan yang aku panjatkan", kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tidak adil jika meminta kepada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. Aku hanya bermohon kepada Tuhan, supaya aku tak menangis jika aku kalah". 

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan penonton yang memenuhi ruangan. 

Mark tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark tidaklah bermohon kepada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark tidak memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan untuk mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark bermohon pada Tuhan agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. la berdoa agar diberikan kemuliaan dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. 

Mungkin telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa kepada Tuhan agar mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta kepada Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa kepada Tuhan untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. 

Sesungguhnya, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunanNya, dan panduan-Nya?. Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tidak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui?. Kita harus yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng, dan mudah menyerah.

Mungkin doa kita yang memang harus diperbaiki. Bukan lagi meminta bahagia setiap waktu, tetapi meminta hati yang luas untuk menerima segala sesuatu. Jadi, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi ujian tersebut. Wallaahul Musta'aan

Selengkapnya
Abdullah bin Mas'ud RA, Sosok Sahabat Nabi Yang Cerdas dan Ahli Qur'an

Abdullah bin Mas'ud RA, Sosok Sahabat Nabi Yang Cerdas dan Ahli Qur'an

Abdullah bin Mas'ud (Ibnu Mas'ud) bin Ghafil bin Habib al-Hudzali adalah salah seorang sahabat Nabi yang tergolong generasi pertama pemeluk Islam (assabiqunal awwalun). Ia adalah orang keenam yang masuk Islam setelah Nabi Muhammad SAW mengawali dakwahnya di Makkah. Beberapa sumber menyebutkan Abdullah bin Mas'ud memiliki ciri fisik ukuran badan paling kecil di antara para sahabat Nabi lainnya. 

Saat remaja, Abdullah bin Mas'ud merupakan seorang penggembala kambing. Ia menggembalakan kambing milik Uqbah bin Abi Mu'aith, salah seorang pemimpin Quraisy dan musuh utama Islam. Abdullah bin Mas'ud masuk Islam karena melihat keagungan Rasulullah SAW ketika mengusap susu hewan yang belum pernah keluar airnya. Namun dengan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi, tiba-tiba keluarlah air susu tersebut yang lezat untuk diminum.

Setelah masuk Islam, Abdullah bin Mas'ud datang menemui Nabi untuk menawarkan diri sebagai pembantu pribadi Rasulullah SAW. Ia juga meminta diajarkan doa yang dibaca oleh Nabi saat mengusap susu hewan tersebut. Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Engkau akan menjadi seorang anak yang terpelajar".

Benar saja, Abdullah bin Mas'ud dianugerahi Allah berupa kemauan baja yang mampu menundukkan para adikara dan ikut andil dalam merubah sejarah. Ia telah diberi anugerah ilmu oleh TuhanNya sehingga menjadi faqih atau ahli hukum Islam dan tulang punggung ahli Al Qur'an pada masa itu. Terhadap kealimannya ini, Rasulullah SAW pernah menyerukan kepada para sahabatnya untuk belajar Al-Qur’an salah satunya kepada Abdullah bin Mas'ud. Nabi bersabda:

خُذُوا الْقُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَسَالِمٍ وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ

"Ambillah Al-Qur’an itu dari empat orang, yaitu dari Abdullah bin Mas'ud, Salim, Mu'adz bin Jabal dan Ubay bin Ka'ab

membaca Al Quran
via freepik.com

Pada masa awal-awal Islam, Abdullah bin Mas'ud pernah membuat geger kaum Musyrikin Makkah ketika ia dengan berani membacakan Al-Qur'an secara terang-terangan di hadapan mereka. Dengan suaranya yang merdu namun lantang, ia langsung membacakan Surat Ar-Rahman di depan kerumunan kaum kuffar Makkah. Akibatnya, ia pun babak belur dihajar dan dianiaya oleh mereka. Meskipun begitu, ia tidak kapok bahkan bersedia untuk melakukannya lagi jika Rasulullah SAW mengizinkannya. 
 
Sebagai pelayan Nabi, Abdullah bin Mas'ud selalu mendampingi Nabi kemana pun beliau pergi. Ia juga selalu menyediakan segala kebutuhan Nabi mulai dari menyediakan air mandi hingga membawakan sandal dan siwak. Bahkan, ia juga kerap kali masuk ke kamar Nabi untuk sekadar mengurus tempat tidur beliau. Karena kedekatannya dengan Nabi, Abdullah bin Mas’ud menjadi salah satu dari sedikit sahabat yang langsung mengumpulkan dan belajar Al-Qur’an langsung dari Rasulullah SAW.

Abdullah bin Mas'ud memang dikenal memiliki kepandaian dan pengetahuan mendalam tentang Islam dan Al Qur'an. Dengan ingatannya yang kuat, ia tahu betul kapan, di mana, dan kepada siapa (asbabun nuzul) sebuah ayat diturunkan. Selain itu, Abdullah bin Mas'ud juga dikenal memiliki suara yang merdu dalam melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an. Tidak jarang ia diminta untuk membacanya di depan Rasul, karena beliau merasa rindu akan suaranya. Lebih dari itu, ia juga adalah tempat Rasulullah menumpahkan keluhan dan mempercayakan rahasia-rahasia untuk dijawabnya. Oleh karenanya, Rasulullah memberikan gelar kepadanya "Peti Rahasia" (sirr al sunduuq).

Menurut sejarah, Abdullah bin Mas'ud juga turut berpartisipasi dalam banyak peperangan bersama Rasulullah SAW. Ia berpartisipasi dalam pertempuran Badar dan berhasil membunuh Abu Jahal. Rasulullah yang gembira atas terbunuhnya Abu Jahal kemudian menghadiahkan pedangnya kepada Ibnu Mas'ud. Dedikasinya dalam melindungi Nabi memang tidak diragukan lagi. Bahkan saat terjadi pertempuran Uhud, Ibnu Abbas menyebutnya sebagai sejumlah sahabat setia Rasulullah SAW yang tidak meninggalkan Nabi. 

Abdullah bin Mas'ud juga banyak meriwayatkan hadits. Menurut Imam Nawawi, ada sekitar 848 hadits yang diriwayatkannya dari Rasulullah SAW. Abdullah bin Mas’ud wafat di Madinah pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan (32 H/653 M) ketika usianya 65 tahun. Jasadnya dikebumikan di Pemakaman Baqi', Madinah. (diolah dari berbagai sumber)

Selengkapnya
Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq RA Menafsirkan Mimpi

Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq RA Menafsirkan Mimpi

Abu Bakar As-Shiddiq adalah salah seorang sahabat utama Nabi yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan Nabi. Abu Bakar dilahirkan pada 572 M, selisih 1 - 2 tahun lebih muda dari usia Rasulullah SAW. Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy. Pemilik gelar Ash-Shiddiq ini juga merupakan khalifah pertama dalam Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat. 

ilustrasi orang arab berjalan di padang pasir
ilustrasi

Pada artikel yang terdahulu, kami pernah mengisahkan tentang mimpi Abu Bakar yang ditafsirkan oleh seorang Rahib saat sebelum beliau masuk Islam, dimana peristiwa tersebut menjadi salah satu dari sebab-sebab islamnya beliau atas kerasulan Nabi Muhammad SAW. (Baca: Kisah Islamnya Abu Bakar Ash-Shiddiq RA

Nah, pada postingan kali ini kami juga akan mengetengahkan kepada pembaca sekalian kisah tentang keahlian Abu Bakar yang ternyata juga pandai dalam menafsirkan mimpi. Kemampuan Abu Bakar ini bahkan telah dibuktikan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW dan Rasulullah kemudian membenarkannya. 

Pernah suatu ketika Rasulullah SAW mencoba menguji Abu Bakar terkait keahliannya dalam menafsirkan mimpi tersebut. Nabi berkata, "Wahai Abu Bakar, aku pernah bermimpi diiringi kambing-kambing hitam, kemudian kambing-kambing hitam tadi diiringi pula oleh kambing-kambing putih sehingga seolah-olah tidak tampak kambing-kambing hitam tadi". Nabi pun meminta Abu Bakar untuk menafsirkan mimpi beliau tersebut dan menjelaskan maksudnya.

Abu Bakar kemudian menjawab, "Ya Rasulullah, adapun kambing-kambing yang engkau sebutkan itu maksudnya adalah orang-orang Arab. Mereka masuk Islam dan semakin banyak jumlahnya. Sedangkan kambing-kambing putih itu maksudnya adalah orang 'Ajam (selain orang Arab). Mereka itu nantinya masuk Islam sebegitu banyaknya hingga orang orang-orang Arab menjadi seakan tidak kelihatan".

Mendengar jawaban dan penjelasan Abu Bakar tersebut, Rasulullah pun langsung membenarkan, "Dan persis seperti itu pula yang dikatakan Malaikat Jibril pada waktu sahur tadi".

Di lain waktu, pada suatu pagi Rasulullah SAW kembali menguji Abu Bakar untuk menafsirkan mimpinya yang beliau alami semalam. Nabi berkata, "Aku bermimpi seolah-olah aku dan engkau sedang berlomba menaiki tangga. Dalam mimpi itu, aku berhasil mendahuluimu sejauh dua setengah anak tangga. Bagaimana ta'bir dan arti dari mimpi tersebut?".

Abu Bakar pun menjawab, "(Pada saatnya nanti), Allah SWT akan memanggil engkau untuk pulang kepada maghfirah dan rahmatNya, sedangkan saya akan hidup dua setengah tahun lagi". Benar saja, Rasulullah SAW wafat lebih dulu dan Abu Bakar RA menyusulnya dua setengah tahun kemudian.

Selain Rasulullah SAW, keahlian Abu Bakar dalam menafsirkan mimpi ini juga pernah dibuktikan sendiri oleh putri beliau yaitu Aisyah RA. Suatu ketika, Aisyah memberitahukan mimpinya kepada Abu Bakar untuk dita'birkan olehnya. Aisyah berkata, "Wahai ayahku, aku pernah bermimpi melihat seolah-olah tiga bulan purnama jatuh ke dalam rumahku ini. Apa artinya mimpi tersebut wahai ayah?.

Abu Bakar kemudian menerangkan, "Sekiranya mimpimu itu benar, sesungguhnya kelak akan dimakamkan dalam rumahmu ini tiga orang terbaik di atas muka bumi ini". Itulah jawaban dari Abu Bakar. Sejarah membuktikan akan hal itu. Ketika Nabi Muhammad SAW wafat dan dikebumikan di dalam rumah Aisyah, maka Abu Bakar pun berkata kepada Aisyah, "Inilah satu di antara tiga buah bulan purnama yang jatuh ke dalam rumahmu itu". Adapun dua lainnya yaitu makam Abu Bakar sendiri dan makam dari Umar bin Khattab RA. Ketiganya merupakan tiga orang terbaik di atas muka bumi ini.

Selengkapnya
Mush'ab bin Umair, Pemuda Kaya Yang Lebih Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya

Mush'ab bin Umair, Pemuda Kaya Yang Lebih Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya

Sebelumnya, kita telah mengetahui tentang sejarah peristiwa Baiat Aqabah I dan II dimana Rasulullah SAW dan para pengikutnya mendapat dukungan dari sebagian penduduk Madinah yang telah menerima Islam dan siap berjuang bersama Nabi demi kejayaan Islam. Salah satu tokoh yang cukup menonjol dalam peristiwa tersebut yaitu Mush'ab bin Umair. Ia adalah seorang pemuda Quraisy yang berperan besar bagi perkembangan Islam di kota Madinah. Saat itu, ia dikirim oleh Rasulullah ke Madinah untuk mengajarkan Al Qur'an kepada penduduk Madinah. 

Siapakah sosok Mush'ab bin Umair ini?. Mengapa pada artikel sebelumnya kami sempat sekilas menggambarkan tokoh ini sebagai pemuda yang rela meninggalkan kehidupan remajanya yang mewah demi perjuangan Islam?. Ya, itulah kenapa pada postingan kali ini kami ingin agar kita bersama mengenal tentang sosok sahabat Nabi yang istimewa ini.

siluet pemuda Arab
ilustrasi via eramuslim

Mush'ab bin Umair adalah salah seorang sahabat Nabi dari keturunan bangsawan suku Quraisy. Nama lengkapnya adalah Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Abd  al-Dar Qushay bin Kilab al Abdari al Qurasyi. Ia dilahirkan pada tahun 585 M, terpaut empat belas tahun lebih muda dari usia Rasulullah SAW. Ayahnya bernama Umair ibn Hashim, seorang konglomerat Quraisy dan ibunya bernama Khunas binti Malik, wanita kaya raya dan terpandang di kota Makkah.

Sejak kecil, Mush'ab bin Umair begitu dimanjakan orang tuanya sehingga ia terbiasa hidup dengan kenikmatan dunia. Lebih-lebih, Mush'ab juga memiliki wajah yang rupawan sehingga banyak orang terpesona akan ketampanannya. Bau harum dari pakaiannya pun selalu menyertainya kemana pun ia pergi. Namun semua itu berubah saat ia memutuskan untuk masuk Islam. Ia rela meninggalkan kehidupan masa mudanya yang serba mewah untuk menjadi pengikut setia Rasulullah SAW. 

Saat ibunya yang penyembah berhala mengetahui bahwa Mush'ab telah masuk Islam, sang ibu pun melakukan segala cara agar anaknya itu mau keluar dari agama Islam. Namun dengan keteguhannya, Mush'ab bin Umair tetap pada keyakinannya. Bahkan ia rela pergi dari rumah dan meninggalkan semua kekayaan serta kemewahan yang telah dimilikinya itu demi berjuang bersama Rasulullah SAW. Dari seorang pemuda kaya, kehidupan Mush'ab pun berubah menjadi miskin dan melarat. 

Pernah suatu ketika ia muncul di hadapan para sahabat yang sedang duduk-duduk bersama Nabi. Melihat kondisi Mush'ab, para sahabat pun terharu sembari menundukkan kepala dan memejamkan mata, bahkan beberapa dari mereka matanya basah karena saking kasihannya. Mereka melihat Mush'ab memakai jubah usang yang penuh dengan tambalan. Padahal belum hilang dari ingatan mereka, pakaian Mush'ab sebelum masuk Islam tak ubahnya bagaikan kembang di taman yang semerbak harum mewangi.

Adapun Rasulullah SAW, beliau menatap Mush'ab dengan pandangan penuh cinta dan rasa syukur dalam hati. Pada kedua bibir beliau tersungging senyuman mulia seraya berkata, "Dahulu aku lihat Mush'ab ini tidak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, namun kini ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya".

Karena keteguhannya itu, Rasulullah kemudian memberikan misi penting kepada Mush'ab yaitu sebagai duta atau utusannya untuk dakwah Islam dan mengajarkan Al-Qur'an kepada penduduk Madinah. Hal itu terjadi setelah 12 orang lelaki dari kaum Anshar berbaiat kepada Rasulullah SAW di Aqabah. Meski sempat kembali ke Makkah saat peristiwa baiat Aqabah kedua, ia tetap tinggal di Madinah hingga Rasulullah SAW dan para sahabat lainnya menyusul hijrah ke Madinah.

Selama berdakwah di Madinah, Mush'ab bin Umair telah berhasil mengajak sebagian penduduk Madinah untuk masuk Islam. Dengan sikap lemah lembut, Mush'ab mengajak semua golongan dari rakyat jelata sampai kaum bangsawan untuk menerima Islam. Salah satu prestasi terbesarnya yaitu ketika ia berhasil mengislamkan Usaid bin Hudhair dan Sa'ad bin Mu'adz. Keduanya adalah dua pembesar dari kabilah Bani Asyhal, sebuah kabilah besar di kota Madinah. 

Meski awalnya sempat mendapat ancaman dari kedua tokoh tersebut, pada akhirnya kedua pembesar ini luluh setelah mendengarkan dakwah dari Mush'ab. Dengan lemah lembut, Mush'ab menjelaskan tentang ajaran Islam sembari memperdengarkan suara indah lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Akhirnya, keduanya pun kemudian menyatakan masuk Islam dan diikuti oleh segenap kaumnya. Semenjak itulah, agama Islam pun semakin banyak dipeluk oleh mayoritas penduduk kota Madinah. 

Selain giat dalam berdakwah, Mush'ab juga tidak ketinggalan ikut berjihad. Ia sering dipercaya Rasulullah SAW untuk memegang bendera Islam dalam beberapa peperangan. Tugas itu juga diembannya ketika meletus perang Uhud pada tahun 625 M. Saat pasukan Muslim mulai terdesak, Mush'ab mengangkat tinggi-tinggi bendera Islam dengan tangan kanannya sembari bertakbir untuk menyemangati pasukan Muslim. Tiba-tiba, seorang musuh mendekat dan mengayunkan pedangnya hingga menyebabkan tangan kanan Mush'ab putus.

Mush'ab pun kemudian mengangkat bendera tersebut dengan tangan kirinya. Lagi-lagi musuh tersebut kembali mengayunkan pedangnya dan putuslah tangan kiri Mush'ab. Meski begitu, Mush'ab tetap tidak menyerah dan mendekap bendera tersebut di dadanya. Pada akhirnya, musuh tersebut menusukkan tombaknya hingga patah menembus dada Mush'ab. Mush'ab pun gugur syahid bersama Syuhada Perang Uhud lainnya. Ketika Rasulullah SAW melihat jasad para Syuhada tersebut, beliau kemudian berseru, "Sungguh, Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari kiamat, bahwa kalian semua adalah Syuhada di sisi Allah". (diolah dari berbagai sumber)
 
Selengkapnya