Mengenal Sansiviera, Tanaman Hias Unik Yang Ampuh Mengusir Polutan

Mengenal Sansiviera, Tanaman Hias Unik Yang Ampuh Mengusir Polutan

Jika anda sedang mencari tanaman hias untuk mempercantik hunian anda, maka saya sarankan anda untuk coba melirik dan memilih tanaman Sansiviera. Apa itu sansiviera?. Ya, mungkin anda masih asing ketika mendengar namanya, tapi tanaman ini dikenal mempunyai sejumlah kelebihan yang membuatnya layak untuk tampil dan bergaya di taman, teras halaman, atau dalam ruangan di rumah anda. 

lidah mertua
via shutterstock

Di Indonesia, Sansiviera punya sebutan yang lumayan unik yaitu "lidah mertua". Masyarakat dari negara tetangga, Malaysia, pun juga punya sebutan tidak kalah aneh untuk tanaman ini, yaitu "lidah jin". Sementara itu, sebagian kalangan lebih suka menyebutnya tanaman ular. Memang, motif hijau lurik pada tanaman ini membuatnya tampak seperti kulit ular. Terserah anda mau pilih sebutan yang mana, atau anda justru bingung karena semuanya menyeramkan?. Hahaha. 

Sansiviera sendiri sejatinya merupakan tanaman hias yang berparas cantik meskipun memiliki aura yang kaku dan keras. Oleh karena itu, jika anda hendak menanamnya di taman, sebaiknya disandingkan dengan tumbuhan lain yang memiliki aura lembut agar tampak lebih ramah dan bersahabat. 

Pengusir Polutan


Tanaman yang masih sekeluarga dengan kaktus ini telah sejak lama dibudidayakan orang. Selain parasnya yang cantik, tumbuhan ini juga mampu mengusir polutan. Jadi, jika anda menginginkan kualitas udara di dalam dan sekitar rumah senantiasa terjaga, sansiviera merupakan pilihan tepat. Anda bisa meletakkannya di sudut dapur atau kamar mandi untuk meredam aroma tak sedap dan hawa tak segar. 

Atau jika suatu kali anda mengecat ruangan dan agak terganggu dengan aroma cat yang menyengat, letakkan saja sansiviera di ruangan itu. Hanya dalam semalam, aroma cat akan hilang. Biasanya, setelah bekerja keras menyerap polutan, daun sansiviera akan tampak berdebu atau kotor. Agar kembali cantik, anda tinggal membersihkan permukaan daunnya dengan lap basah. Selain mampu meredam polutan, Sansiviera konon juga bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. 

Mengenal Sansiviera, Tanaman Hias Unik Yang Ampuh Mengusir Polutan
via shutterstock

Sebagai tanaman hias, Sansiviera dapat ditanam secara berkelompok di taman, bisa juga tampil sebagai tanaman pot. la memiliki beragam jenis dan bentuk. Setidaknya ada sekitar 600 jenis Sansiviera, salah satu yang sangat populer adalah Sansiviera trifasciata. Jenis ini memang punya paras cantik, tinggi, langsing, dan runcing, dengan kombinasi warna hijau dan kuning. 
Jenis lainnya adalah Sansiviera ballyi yang memiliki batang pendek dan tertutup oleh daun hijau gelap. Ada pula Sansiviera asli Indonesia, yakni Sansiviera javanica. Yang satu ini memiliki postur pendek, daun ramping, dan warna mirip Sansiviera trifasciata. Bedanya, ujung daun dari Sansiviera javanica ini menggulung seperti lilitan ekor naga dengan panjang sekitar 20-40 cm dan lebar 2-3 cm. Di negeri kita, tanaman ini mudah ditemui di daerah Kepulauan Seribu.

Tahan Banting


Sepadan dengan sosoknya yang keras, Sansiviera termasuk tumbuhan tahan banting. la tak akan merongrong waktu dan ketelatenan anda untuk merawatnya agar tumbuh subur. Singkatnya, Sansiviera tidak butuh perawatan rumit. Tak disiram beberapa hari pun tetap segar. Maklumlah, sebagai keluarga tanaman sukulen (kaktus), tanaman ini memang tidak boleh diguyur banyak air. 

Untuk mendapatkan warna yang cerah, sebaiknya tempatkan Sansiviera di tempat yang cukup terkena sinar matahari. Mungkinkah menempatkannya di dalam ruangan? Tentu saja. Bahkan, sansiviera termasuk tanaman hias yang kerap ditampilkan sebagai penghias interior. Cukup keluarkan seminggu sekali agar mendapatkan pancaran sinar mentari. Lalu, masukkan kembali tanaman yang berkembang biak melalui umbi lapis ini ke dalam ruangan. 

lidah mertua sansivera
via metropolitan.id

Anda tertarik untuk menanamnya? Tidak sulit, kok. Sebaiknya jangan menanam Sansiviera hanya dengan media tanah. Campurkan juga media lain yakni pasir bakar. Cara ini akan lebih menjaga tanaman ini dari gangguan hama dibanding jika menggunakan tanah saja. Ada juga bisa menambahkan sedikit kompos pada campuran tanah dan pasir itu. Perbandingannya adalah dua bagian tanah, dua bagian pasir, dan satu bagian kompos.

Perawatan


Pupuk alami seperti kompos sangat disarankan untuk Sansiviera. Bagaimana dengan pupuk kimia? Beberapa orang yang pernah menggunakan pupuk kimia untuk tanaman ini justru mengaku kecewa karena akar tanaman menjadi busuk dan daunnya lepas. 

Dalam buku Tanaman Hias Tampil Prima disebutkan, pemupukan sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Anda juga perlu melakukan pengepotan ulang dan penggantian media tanam setahun sekali. Soal penyakit, jamur adalah penyakit yang paling kerap menyerang Sansiviera. Dan sayangnya, belum ada obat yang manjur untuk membasmi penyakit ini. Satu-satunya jalan untuk mengatasinya adalah memotong daun yang sudah terserang jamur. Biar tuntas, potong daun itu sampai ke akar. 

Tidak sulit bukan merawat Sansiviera? Karena itu, jangan ragu lagi untuk segera memiliki dan menikmati kecantikannya. Jika beruntung, anda juga bisa mencium aroma wangi bunga Sansiviera yang hanya muncul di malam hari dan cuma sebentar. Jadi, tunggu apa lagi?. (Sumber: Republika dengan pengubahan)

Selengkapnya
3 Kisah Bijak Pada Relief di Situs Petirtaan Candi Penataran, Blitar, Jatim

3 Kisah Bijak Pada Relief di Situs Petirtaan Candi Penataran, Blitar, Jatim

Pernah mengunjungi Candi Penataran di Jawa Timur?. Candi Penataran adalah sebuah kompleks candi bercorak Hindu yang terletak di utara kota Blitar, tepatnya di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi seluas 12.946 meter persegi ini diperkirakan dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri sekitar tahun 1200 M dan berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415 M.

3 Kisah Bijak Pada Relief di Situs Petirtaan Candi Penataran, Blitar, Jatim
via liputan6.com

Selain kompleks bangunan utama, ada juga sebuah situs petirtaan yang letaknya agak sedikit tersembunyi di ujung belakang kompleks. Kalau kita berkeliling kompleks menikmati candi utama, Candi Tanggal, situs Pendopo Teras, atau Bale Agung, lokasi ini sama sekali tidak terlihat. Untuk menjangkaunya kita harus melewati tangga yang menurun di sudut belakang. Itulah situs kolam air dengan dinding-dinding berelief. Situs ini dibangun pada tahun 1415 Masehi pada masa pemerintahan Raja Wikrama Wardhana bertahta di Majapahit. 

Selain menikmati karya arsitektur masa lampau atau studi arkeologi, banyak juga pengunjung yang percaya bahwa dengan membasuh muka dengan air di kolam itu sambil mengajukan sebuah permohonan, pasti apa yang diinginkan bakal terkabul. Tidak sedikit pengunjung datang ke situs itu dengan memaksa petugas candi untuk masuk pada malam hari. Padahal menurut aturan, kompleks Penataran sudah harus tertutup. Karena itulah di situs itu banyak bertebaran batang hio (dupa) yang ditancapkan oleh pengunjung terdahulu di tepi kolam. 

Berdasarkan pendapat arkeolog, kolam tersebut konon dibangun untuk mengambil air suci guna melengkapi ritual keagamaan pada masa itu. Namun ada juga yang berpendapat, kolam itu untuk raja bertapa kungkum, yakni bertapa dengan cara berendam diri dalam air kolam sambil melihat dan merenungi relief yang ada. 

3 Kisah Bijak Pada Relief di Situs Petirtaan Candi Penataran, Blitar, Jatim
via cagarbudayajatim.com

Ada tiga cerita utama yang tergambar dalam relief itu. Semuanya merupakan penggambaran dari cerita rakyat yang pasti hampir semua orang Indonesia pernah mendengarnya di masa kecil. Ini merupakan hal yang biasa dimana pengetahuan lokal seperti cerita rakyat yang diabadikan dalam relief candi-candi di Jawa yang notabene merupakan bangunan elite kerajaan. 

Kisah Bangau, Kura-Kura dan Serigala


Relief paling kiri berupa gambar burung bangau, kura-kura dan serigala. Pada suatu masa, hiduplah dua ekor kura-kura. Suatu ketika datanglah musim kemarau yang melanda negeri itu, tidak luput tempat kura-kura itu hidup juga dilanda kekeringan. Lalu kedua kura-kura itu meminta bantuan seekor bangau untuk memindahkan mereka ke tempat yang lebih basah. Sang bangau yang baik hati menyanggupi permintaan kura-kura itu. Kemudian bangau mengambil dengan paruhnya sebatang kayu, lalu memintanya kura-kura untuk menggigit masing-masing di kedua ujung bilah kayu itu. Itulah cara bangau agar bisa membawa dua penumpang itu terbang. 

Dalam perjalanan menuju tempat basah itu, beberapa ekor serigala tertawa terpingkal-pingkal melihat peristiwa itu. Salah satu dari serigala melontarkan ejekan yang ditujukan pada dua ekor kura-kura yang bergelantungan di kedua ujung bilah kayu. “Mau pindah tempat saja kok mesti cari tumpangan, memangnya tidak bisa jalan sendiri?” Begitu kira-kira ejekan serigala. 

Kura-kura yang mendengar ejekan itu tersinggung harga dirinya. Lalu kedua kura-kura itu hendak balas menghardik. Tetapi apa yang terjadi, baru hendak membuka mulut, jatuhlah keduanya karena tidak lagi berpegangan pada kayu. Mereka jatuh ke tanah, tempurungnya dan pecah. Akhirnya mereka mati menjadi santapan lezat gerombolan serigala.

Kisah Seekor Buaya, Banteng dan Pelanduk


Relief kedua menggambarkan cerita dengan tokoh-tokohnya yaitu buaya, banteng (atau mungkin kerbau) dan pelanduk. Diceritakan ada seekor buaya yang tidak bisa bergerak karena terhimpit sebatang pohon yang roboh. Dia berteriak-berteriak minta tolong kepada siapa saja yang lewat, tetapi tidak digubrisnya. Melihat seekor banteng lewat, dia pun menangis mengibaiba meminta tolong untuk dibebaskan dari himpitan batang pohon itu. Banteng yang baik hati itu segera menolongnya. Tidak cuma menyingkirkan batang pohon, tetapi dengan rasa belas kasihan ia juga membawa si buaya ke habitatnya di sungai. 

Bukannya berterima kasih sudah ditolong, buaya malah tergiur pada daging montok penolongnya. Buaya yang rakus dan tidak tahu berterima kasih itu lalu menggigit banteng. Kontan saja banteng berteriak kesakitan dan berteriak minta tolong karena ingin dijadikan menu makan siangnya. Buaya yang telah gelap mata tidak segera melepaskannya. Beruntung datang seekor pelanduk. 

Bak seorang hakim Bao yang bijak mengambil keputusan, pelanduk diminta menengahi dan memvonis kedua hewan itu, layakkah buaya memakan banteng yang telah menolongnya. Kemudian pelanduk pun meminta kepada mereka untuk merekonstruksi kejadian sesungguhnya. Dengan senang hati, buaya mempersilakan dirinya ditimpa lagi dengan sebatang kayu besar. Setelah rekonstruksi selesai dijalani, buaya menyadari bahwa dirinya telah diakali oleh pelanduk, kini dia telah terhimpit kayu lagi dan meratapi ketololannya. Pelanduk dengan tenang mengajak pergi banteng yang kini sudah terbebas dari cengkeraman gigi buaya. 

Kisah Pemburu, Kura-Kura dan Pelanduk


Cerita yang ketiga tentang pemburu yang menangkap kura-kura. Ketika sang pemburu hendak menyembelih kura-kura hasil buruannya untuk dimasak, datanglah seekor pelanduk dan menghampiri sahabatnya, kura-kura. Dia hanya berjalan hilir mudik di depan pemburu yang siap menyembelih kura-kura. Pemburu yang melihat pelanduk hilir mudik di depannya langsung tergiur pada jenis santapan yang lebih lezat itu. Lalu pemburu itu melepas kura-kura dan mengejar pelanduk. 

Pelanduk yang melihat dirinya dikejar segera melompat lari dengan kencang. Pemburu mengejarnya, tapi sayang ia tak berhasil menangkap. Sementara kura-kura yang telah dilepas segera melarikan diri entah kemana. Akhirnya pemburu pun hanya bisa menelan ludah karena ketamakannya sendiri dengan perutnya yang kelaparan. 

Itulah tiga cerita rakyat setempat yang oleh raja Majapahit dipilih sebagai “teman” merenung saat menyendiri. Dengan membaca relief-relief itu, raja berharap dapat memperoleh kebijaksanaan. 

Sayangnya, pengunjung kolam yang fanatik tidak membaca pesan dari relief-relief ini. Padahal sudah ratusan tahun yang lalu raja-raja Majapahit mengajarkan bahwa sikap bijak dan kekayaan hidup dapat diperoleh dengan menemukan makna yang terkandung dalam relief dan bukan lewat mencuci atau berendam di air kolam berumur 590 tahun sambil mulut komat-kamit meminta berkah dan rizki. 

Dikutip dengan beberapa pengubahan dari Arya Wisanggeni Genthong, Kompas, 9 Nopember 2005

Selengkapnya
Mana Yang Benar, Solo Atau Surakarta?, Mari Kita Cari Tahu Jawabannya

Mana Yang Benar, Solo Atau Surakarta?, Mari Kita Cari Tahu Jawabannya

Jika Jogja/Yogya adalah nama lain dari sebutan kota Yogyakarta, maka Solo adalah nama lain/sebutan dari kota Surakarta. Lho, kenapa Surakarta?, kenapa bukan Solokarto seperti halnya pada kota Jogjakarta. Sebenarnya, dua nama ini merupakan nama dari kota yang sama ataukah dua kota yang berbeda sih?. Ya, keunikan ini sempat membuat saya penasaran sehingga saya pun coba mencari tahu tentang asal penyebutan Solo dan Surakarta ini. 

Bagi orang Solo dan sekitarnya, mungkin kebanyakan sudah tahu mengenai nama dari kota yang sarat akan sejarah salah satu kerajaan terbesar di pulau jawa ini. Namun bagi masyarakat luar kota Solo atau masyarakat Indonesia kebanyakan, mungkin ada yang belum tahu mengenai dua penyebutan untuk kota ini. Meski mungkin termasuk hal sepele, tidak ada salahnya kita mengetahui asal kedua nama tersebut untuk menambah wawasan kita. 

Surakarta atau Solo adalah wilayah otonom dengan status Kota di bawah Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, dengan penduduk 519.587 jiwa (2019) dan kepadatan 11.798,06/km2. Kota ini dikenal akan produksi batik khasnya yang tersohor ke seantero negeri. Selain itu, kota ini juga dikenal sebagai kota budaya karena merupakan pusat kebudayaan jawa di Jawa Tengah. Bersama dengan Yogyakarta, Surakarta juga merupakan pewaris Kesultanan Mataram yang dipecah melalui Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. 

Menurut asal usul sejarahnya, sebutan Solo diketahui berasal dari sebuah desa bernama Sala yang terletak tidak jauh dari tepi sungai Bengawan Solo. Dahulu desa ini dipilih oleh Sunan Pakubuwana II atas saran dari Tumenggung Hanggawangsa, Tumenggung Mangkuyudha, serta komandan pasukan Belanda, J.A.B. van Hohendorff ketika hendak mendirikan istana baru pasca-Keraton Kartasura rusak karena pemberontakan. 

Kala itu, Pakubuwono II membeli tanah desa tersebut seharga 10.000 ringgit (gulden Belanda) dari lurah Desa Sala, yaitu Kyai Sala untuk memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke wilayah tersebut. Setelah istana tersebut telah dibangun, secara resmi istana Mataram yang baru ini kemudian dinamakan Keraton Surakarta Hadiningrat dan mulai ditempati sejak tanggal 20 Februari 1745. Nama "Surakarta" juga diberikan sebagai nama "wisuda" bagi pusat pemerintahan baru Mataram.

keraton Solo
keraton Surakarta via shutterstock
 
Dalam bahasa Jawa, kata "Sura" berarti "keberanian" dan "karta" berarti "makmur". Harapannya, kota Surakarta menjadi tempat dimana penghuninya adalah orang-orang yang selalu berani berjuang untuk kebaikan serta membawa kemakmuran bagi negara dan bangsa. Dapat pula dikatakan bahwa nama Surakarta merupakan permainan kata dari Kartasura. Sedangkan kata Solo yang berasal dari nama desa tempat istana tersebut dibangun (Sala) konon juga adalah nama dari pohon suci asal India yaitu pohon Sala Shorea robusta.

Dari uraian singkat di atas dapat dipahami bahwa Solo sejatinya merupakan nama sebuah desa yang ada di wilayah Surakarta, sedangkan Surakarta adalah berasal dari nama Keraton Kasunanan Surakarta. Jadi, Solo dan Surakarta adalah dua kota yang sama dengan penyebutan berbeda. Perlu diketahui pula bahwa pelafalan Solo sendiri dahulu menggunakan kata 'Sala' seperti halnya nama desa tersebut. Namun karena lidah penjajah Belanda tidak bisa mengucapkan Sala ("a" diucapkan sama seperti "o" pada "monitor"), maka dipakailah lafal Solo yang terbawa hingga saat ini.

Pada masa sekarang, penyebutan Solo dan Surakarta sering digunakan masyarakat pada situasi-situasi tertentu. Dalam situasi formal pemerintahan, nama Surakarta- lah yang digunakan. Surakarta menjadi sebutan resmi bagi semua instansi pemerintahan, sekolah, atau gedung-gedung pelayanan yang berada di wilayah kota tersebut. Sedangkan untuk nama Solo lebih terasa nonformal. Penyebutan ini lebih merujuk kepada penyebutan umum yang dilatarbelakangi oleh aspek kultural. Penyebutan Solo juga lebih simpel dan mudah diingat sehingga banyak orang lebih suka menyebut Solo ketimbang Surakarta.

Namun apa pun itu, baik Solo atau pun Surakarta intinya adalah kota yang sama. Terserah anda mau menyebut kota ini dengan nama Solo atau Surakarta. Semuanya benar alias keduanya adalah sama saja. Solo atau Surakarta adalah salah satu kota di provinsi Jawa Tengah yang sangat kental akan kekayaan tradisi dan kebudayaan jawa. (diolah dari berbagai sumber)

Selengkapnya
Mengenal 4 Aliran Kebatinan (Kejawen) di Jawa

Mengenal 4 Aliran Kebatinan (Kejawen) di Jawa

orang jawa
Ilustrasi orang Jawa via pexels. 

Munculnya beragam aliran kebatinan (Kejawen) memang tidak dapat dipisahkan dari pola hidup mistik yang telah menjadi bagian dari orang Jawa. Pada umumnya, aliran kebatinan bukanlah merupakan suatu bentuk agama dalam pengertian seperti agama monoteistik (seperti Islam, Kristen, dsb), tetapi lebih sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan "ibadah"). Beberapa aliran kebatinan juga mengadopsi ajaran-ajaran dari agama tertentu sehingga sebagian penganut aliran kebatinan ini ada yang menjadikannya sebagai pelarian spiritual untuk mencapai ketenangan dan keseimbangan dalam hidup.

Menurut sejumlah catatan, ada cukup banyak jumlah aliran kebatinan (Kejawen) yang masih eksis dan dipraktekkan oleh masyarakat Jawa. Nah, berikut ini secara singkat kita akan coba mengenal 4 di antaranya yang cukup populer. 

1. Paguyuban Ngesthi Tunggal (Pangestu)


Paguyuban Ngesti Tunggal atau biasa disingkat Pangestu adalah salah satu wadah Pendidikan Budi Pekerti dan Pengolahan Jiwa yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1949 oleh R. Soenarto Mertowardoyo dari Solo (Surakarta). Ajaran Pangestu ini bermula dari R. Soenarto yang merasa telah menerima "Wahyu Pepadang dari Suksma Kawekas (Tuhan)". R. Soenarto pertama kali menerima wahyu pada tanggal 14 Februari 1932 di kediamannya (Solo) saat ia sedang melaksanakan shalat daim. 

Wahyu dari Suksma Kawekas ini kemudian dibukukan dalam "Serat Sasangka Jati" yang dijadikan sebagai kitab dan pedoman ajaran suci Pangestu. Kitab ini memuat berbagai ajaran mulai dari tata cara mengolah jiwa, menumbuhkan kesadaran hidup, sampai cara bersatu dengan Suksma Kawekas (Tuhan). Sebagai sebuah organisasi, Pangestu tidak memaksa anggotanya untuk meninggalkan agama yang telah dianutnya. Ajaran ini mengutamakan konsep persatuan di dalam relasi dengan sesama dan relasi dengan Tuhan Yang Maha Esa. 

2. Paguyuban Sumarah


Sumarah merupakan salah satu metode untuk menuju ketenteraman lahir batin, dengan sujud berserah diri secara totalitas kepada Tuhan Yang Maha Esa. Guru utama atau pendiri aliran kebatinan Sumarah adalah R. Ngabehi Soekirnohartono, seorang pegawai Kesultanan Yogyakarta. Ajaran ini bermula dari wahyu yang diterima oleh R. Ng. Soekirnohartono pada tahun 1935. Dia merasa menerima wahyu dari Tuhan YME hingga berkewajiban untuk menyampaikan ajaran Sumarah kepada semua manusia. 

Tujuan utama ajaran Sumarah adalah untuk mencapai kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. Kesempurnaan hidup akan diperoleh manusia jika mereka berbuat baik terhadap sesama manusia, alam, dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Perbuatan baik akan mendapat balasan yang baik, demikian juga sebaliknya. Hingga kini, penghayat masih cukup eksis dan menyebar di banyak tempat di Pulau Jawa terutama Madiun dan Semarang, (Jawa Tengah). Beberapa warga asing juga ada yang mempelajari ajaran ini dengan mengadakan pertemuan rutin untuk melakukan latihan sujud (Sujud Sumarah). 

3. Susila Budi Dharma (Subud) 


Susila Budi Dharma (Subud) atau World Subud Association (Perkumpulan Persaudaraan Kejiwaan Susila Budhi Dharma) adalah organisasi spiritual internasional dan aliran kepercayaan Nusantara yang didirikan pertama kali pada tahun 1947 oleh Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo di Yogyakarta. Meski begitu, Muhammad Subuh merasa menerima wahyu dari Tuhan sejak tahun 1925 saat melakukan latihan kejiwaan sebagai jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. 

Menurut para pengikut Subud, munculnya latihan kejiwaan yang diprakarsai oleh Muhammad Subuh tersebut merupakan kehendak Tuhan (Allah), bukan atas inisiatif atau kehendak pribadi Muhammad Subuh. Oleh karenanya, para pengikutnya kemudian memanggil Muhammad Subuh sebagai Bapak Subud. Hingga saat ini, gerakan Subud telah menyebar ke seluruh penjuru dunia dan memiliki cabang di lebih dari 70 negara dengan jumlah pengikut sekitar 10.000 orang.

4. Ajaran Pransuh


Ajaran Pransuh merupakan ajaran kebatinan yang disampaikan oleh Rama Resi Pransoeh Sastrosoewignjo. Ajaran Pransuh adalah ajaran berisi ilmu kasukman yang pertama kali diproklamirkan pada tanggal 14 Oktober 1947 di sebelah selatan Gunung Tidar, Muntilan, Magelang. Dalam perjalanannya, ajaran ini kemudian berkembang sampai ke wilayah Yogyakarta, khususnya di wilayah Wonosari dan Kabupaten Gunung Kidul. 

Ajaran Pransuh berawal dari mimpi yang diterima oleh Pransoeh Sastrosoewignjo ketika sedang tidur di bukit Syekh Maulana (Parang Tritis, Yogyakarta). Dalam mimpi tersebut, ia diperintah Tuhan untuk kembali ke daerah asalnya, Gunung Tidar agar mendirikan ajaran Pransuh. Ajaran Pransuh mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa dan mengakui Rama Resi Pransoeh Sastrosoewignjo sebagai salah seorang utusan (Rasul) Allah dan menjadi panutan bagi Umat Pransuh. Sedangkan kitab suci ajaran ini disebut dengan nama Kitab Agung Pandom suci. 

Itulah sekilas tentang 4 Aliran Kebatinan (Kejawen) di Jawa. Agar tidak salah memahami, ada baiknya anda menelaah lebih lanjut tentang masing-masing aliran kebatinan tersebut. Semoga bermanfaat. (Sumber: Islam dan Spiritualitas Jawa karya Samidi Halim, Wikipedia, kabarhandayani.com)

Selengkapnya
Jenis-Jenis Budaya Tradisional di Indonesia

Jenis-Jenis Budaya Tradisional di Indonesia

Budaya adalah daya dari budi berupa cipta, rasa, dan karsa yang terbentuk dari berbagai unsur-unsur yang saling terkait seperti bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, peralatan hidup dan teknologi, mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian. Adapun Budaya tradisional adalah kebudayaan yang terbentuk dari keanekaragaman suku di Indonesia yang dipengaruhi oleh sejarah, tradisi, dan adat pada masa lalu. 

budaya tradisional
ilustrasi via suarakutim.com

Budaya tradisional di Indonesia sangatlah beragam. Keragaman ini tentu saja tidak dapat dilepaskan dari keberadaan suku-suku yang mendiami beberapa wilayah di Indonesia. Keberadaan suku-suku tersebut yang jumlahnya mencapai kurang lebih 1.200 suku tentu menunjukkan potensi kekayaan budaya tradisional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Secara umum, kekayaan budaya tradisional di Indonesia dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu:

Bahasa Tradisional


Bahasa tradisional atau dikenal juga dengan sebutan bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan di suatu daerah dan menjadi ciri khas masyarakat di daerah tersebut. Contohnya bahasa Jawa yang digunakan oleh suku Jawa, bahasa Sunda oleh sebagian besar masyarakat Jawa Barat, bahasa Melayu oleh sebagian masyarakat sekitar Riau dan sebagainya.

Kesenian Tradisional


Kesenian tradisional adalah kesenian yang berasal dari suatu daerah dan dilestarikan secara turun temurun sebagai bagian dari tradisi masyarakat yang memiliki nilai filosofi tinggi. Contohnya seperti kesenian Reog dari Ponorogo Jawa Timur, Ondel-ondel dari DKI Jakarta, kesenian Bambu gila dari Maluku, kesenian Wayang kulit dari Jawa dan lain sebagainya.

Lagu Tradisional


Lagu tradisional atau dikenal juga dengan sebutan lagu daerah merupakan nyanyian atau lagu yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Contohnya seperti lagu Apuse dari Papua, lagu Ampar-ampar Pisang dari Kalimantan Selatan, lagu Rasa Sayange dari Maluku dan sebagainya. 

Tarian Tradisional


Tarian tradisional merupakan tarian khas dari daerah tertentu yang memiliki arti penting karena fungsinya sebagai sebuah penghormatan dan memiliki nilai tersendiri. Contohnya seperti tari Kecak dari Bali, tari Saman dari Aceh, tari Serimpi dari Yogyakarta, tari Pakarena dari Sulawesi Selatan, dan lain sebagainya.

Alat Musik Tradisional


Alat musik tradisional merupakan alat musik dari suatu daerah yang digunakan untuk membawakan lagu daerah atau mengiringi kesenian daerah. Contohnya seperti alat musik Sasando dari Nusa Tenggara Timur, Tifa dari Maluku juga Papua, Angklung dari Sunda (Jawa Barat), Saluang dari Minangkabau (Sumatera Barat) dan sebagainya. 

Pakaian Tradisional


Pakaian tradisional merupakan pakaian atau busana khas dari suatu daerah yang berbeda dengan daerah lainnya. Contohnya seperti Baju Kurung dari Melayu (Sumatera), Ulos dari Sumatera Utara, Beskap dari Jawa, Pesa'an dari Madura, Baju Cele dari Ambon, Maluku dan sebagainya. 

Senjata Tradisional


Senjata Tradisional merupakan senjata khas dari daerah tertentu yang umumnya berasal dari tradisi para leluhur yang dahulu menggunakannya. Contohnya seperti Rencong dari Aceh, Parang Sawalaku dari Maluku, Mandau dari Kalimantan, Pedang Bara sangihe dari Sulawesi Utara dan sebagainya. 

Rumah Tradisional


Rumah Tradisional atau sering juga disebut rumah adat adalah bangunan rumah dengan ciri khas tertentu yang menjadi ciri khas daerah masing-masing. Contohnya seperti rumah adat Joglo dari Jawa, rumah Adat Bolon dari Batak Sumatera Utara, rumah adat Tongkonan dari Sulawesi dan sebagainya. 

Permainan dan Olahraga Tradisional


Permainan atau Olahraga Tradisional merupakan permainan atau olahraga khas yang berkembang dari daerah tertentu. Contohnya seperti Sepak Takraw dari Sulawesi, Karapan Sapi dari Madura, Gobak Sodor dari Jawa Tengah, Bola Keranjang (tipak rege) dari Aceh dan sebagainya.

Makanan Tradisional


Makanan Tradisional merupakan makanan atau kuliner khas dari suatu daerah tertentu yang berkembang dan dilestarikan sebagai kekayaan daerah tersebut. Contohnya seperti Ayam Betutu dari Bali, Ayam Taliwang dari Lombok, Ilabulo dari Gorontalo, Papeda dari Papua, dan lain sebagainya.

Selengkapnya
10 Taman Nasional Indah dan Eksotis di Indonesia

10 Taman Nasional Indah dan Eksotis di Indonesia

Indonesia memang terkenal akan keindahan alamnya yang musti dijaga. Salah satu upaya pemerintah dalam menjaga kelestariannya yaitu dengan mendirikan Taman Nasional di beberapa wilayah. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan pendidikan, menunjang budaya, pariwisata, dan rekreasi. 

Tidak hanya di darat, kawasan ini juga mencakup wilayah perairan yang juga dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang sangat beragam dan melimpah. 

Keindahan Taman Nasional di Indonesia

Melansir dari wikipedia, saat ini terdapat sekitar 50 Taman Nasional di Indonesia yang pengelolaannya di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Nah, berikut ini merupakan 10 di antaranya. 

1. Taman Nasional Gunung Leuser


Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) adalah salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia yang terletak di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Taman nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis. Kawasan ini dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Satwa-satwa yang dilindungi antara lain gajah, badak sumatera, orang utan, tapir, harimau, kambing hutan, rusa, dan berbagai jenis burung.

2. Taman Nasional Baluran


Taman Nasional ini terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur dan namanya diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini yaitu Gunung Baluran. Kawasan pelestarian alam ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Kawasan ini juga merupakan tempat untuk perlindungan berbagai jenis satwa seperti badak, banteng, kerbau liar, anjing hutan, berbagai jenis kera, lutung, rusa, babi hutan, ayam hutan, dan burung merak. 

3. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan


Taman Nasional ini terletak di ujung wilayah barat daya Sumatra yang ditujukan untuk melindungi hutan hujan tropis pulau Sumatra beserta kekayaan alam hayati yang dimilikinya. Taman Nasional ini memiliki beberapa hutan dataran rendah dan sangat kaya dalam hal keanekaragaman hayati. UNESCO juga menjadikan Taman Nasional ini sebagai Warisan Dunia. Selain itu, kawasan ini juga merupakan tempat perlindungan bagi beberapa satwa seperti tapir, badak, kerbau liar, harimau sumatera, gajah, dan rusa. 

4. Taman Nasional Komodo


Taman Nasional ini terletak di daerah administrasi Provinsi Nusa Tenggara Timur dan dan sangat dekat dengan kepulauan Sumbawa provinsi Nusa Tenggara Barat. Taman nasional ini terdiri atas tiga pulau besar di kawasan tersebut yakni Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, serta beberapa pulau kecil di sekitarnya. Keunikan Taman Nasional Komodo yaitu merupakan tempat yang dikhususkan untuk perlindungan biawak komodo. Hewan lain yang juga dilindungi di tempat ini antara lain yaitu burung kakatua, ayam hutan, kerbau liar, babi hutan, dan rusa. 

5. Taman Nasional Kutai


Taman Nasional Kutai (TNK) adalah taman nasional yang terletak di wilayah Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan sebagian kecil wilayah Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur. Kawasan yang memiliki luas 198.629 ha ini membentang di sepanjang garis khatulistiwa mulai dari pantai Selat Makassar sebagai batas bagian timur menuju arah daratan sepanjang kurang dari 65 km. Kawasan pelestarian alam ini juga merupakan tempat untuk perlindungan beberapa jenis satwa seperti babi hutan, banteng, orang utan, rusa, dan bekantan.

6. Taman Nasional Bunaken


Taman Nasional Bunaken terletak di Sulawesi Utara dan termasuk dalam wilayah segitiga emas terumbu karang dunia sehingga kaya akan berbagai jenis keanekaragaman hayati. Taman Nasional ini didirikan pada tahun 1991 dan meliputi wilayah seluas 890.65 km². Taman ini juga merupakan perwakilan ekosistem laut Indonesia meliputi padang rumput laut, terumbu karang, dan ekosistem pantai. Kawasan ini menjadi habitat bagi 390 spesies terumbu karang dan berbagai spesies ikan, moluska, reptil, kepiting, udang, penyu, serta burung laut. 

7. Taman Nasional Teluk Cendrawasih


Kawasan ini merupakan taman nasional perairan laut terluas di Indonesia, terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan pulau-pulau (3,8%), terumbu karang (5,5%), dan perairan lautan (89,8%). Taman Nasional Teluk Cendrawasih terletak di Teluk Cenderawasih, Provinsi Papua Barat dan meliputi beberapa pulau antara lain pulau Mioswaar, Nusrowi, Roon, Rumberpon dan Yoop. Selain kaya akan beragam jenis terumbu karang, kawasan ini juga terkenal kaya akan beragam jenis ikan, moluska, penyu, duyung, hiu, dan lumba-lumba. 

8. Taman Nasional Wakatobi


Terletak di kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, nama Wakatobi sendiri merupakan singkatan dari nama beberapa pulau di wilayah ini yaitu pulau Wangi-wangi, Kalidupa, Tomia, dan Binongko. Kawasan ini cukup terkenal di kalangan wisatawan karena sering menjadi area penyelaman untuk menikmati keindahan pemandangan bawah laut yang menakjubkan. Wilayah taman nasional wakatobi memang kaya akan spesies koral hingga mencapai 750 spesies koral dunia. Satwa-satwa yang menghuni kawasan ini antara lain beragam jenis ikan, penyu, dan beberapa jenis burung laut. 

9. Taman Nasional Kepulauan Seribu


Kawasan pelestarian alam bahari ini terletak kurang lebih 45 km sebelah utara Jakarta dan tersusun oleh ekosistem pulau-pulau sangat kecil dan perairan laut dangkal, yang terdiri dari gugus kepulauan dengan 78 pulau sangat kecil, 86 gosong pulau dan hamparan laut dangkal pasir karang pulau sekitar 2.136 hektare, laguna 119 ha, selat 18 ha dan teluk 5 ha), terumbu karang tipe fringing reef, mangrove dan lamun bermedia tumbuh sangat miskin hara/lumpur, dan kedalaman laut dangkal sekitar 20–40 m. Kawasan ini juga merupakan rumah bagi terumbu karang, beragam jenis ikan, moluska, penyu, dan lain-lain. 

10. Taman Nasional Karimunjawa


Taman Nasional ini terletak di utara pulau Jawa, tepatnya masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Taman Nasional ini mencakup 27 buah pulau dengan luas sekitar 111.625 ha. Kawasan ini memiliki 5 ekosistem sekaligus yaitu terumbu karang, hutan pantai, mangrove, hutan hujan tropis dataran rendah, padang lamun dan rumput laut. Kawasan ini juga sering dijadikan sebagai area penyelaman oleh para wisatawan untuk menikmati keindahan bawah lautnya. Beragam spesies yang menghuni kawasan ini antara lain aneka terumbu karang, penyu, rusa, landak, dan burung elang laut.

Selengkapnya
9 Daerah Wisata Budaya Dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia

9 Daerah Wisata Budaya Dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia

Selain keindahan alamnya, Indonesia juga kaya akan budaya lokal yang memiliki potensi dalam meningkatkan bidang pariwisata, salah satunya yaitu lewat pengembangan ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif sebagai potensi wisata budaya tradisional bersumber dari seni budaya dan tradisi serta kearifan lokal masyarakat adat setempat. Oleh karenanya, ekonomi kreatif ini cukup berperan dalam mempromosikan sekaligus melestarikan budaya-budaya tradisional yang ada di Indonesia.

Wisata ekonomi kreatif dengan menampilkan budaya tradisional juga dapat menambah perekonomian masyarakat di samping menjaga kelestariannya. Dicuplik dari tulisan K. Wardiyatmoko, berikut ini beberapa daerah wisata budaya dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. 

1. Kampung Laweyan di Solo, Jawa Tengah


batik Laweyan
via 1001indonesia.net

Sejak abad ke 14, daerah Laweyan di Solo sudah dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan pakaian. Industri batik di Laweyan konon mulai berkembang pada masa kerajaan Islam Pajang (1568-1586). Hingga saat ini, Laweyan juga masih terkenal sebagai kampung batik. Terdapat banyak pengrajin batik berskala kecil sampai menengah yang memproduksi beraneka macam kerajinan batik seperti kemeja, selendang, dan sarung.

2. Kebudayaan Batak di Tapanuli


budaya Tapanuli
via ANTARA FOTO/Nugroho Gumay

Masyarakat etnis Batak di Tapanuli, Sumatera Utara telah berhasil mengembangkan potensi budaya tradisional mereka menjadi ekonomi kreatif lewat kesenian tari tor-tor, rumah adat bolon, dan kerajinan kain ulos. Usaha kerajinan kain tenun ulos terbukti dapat meningkatkan pendapatan warga serta memperbaiki tingkat ekonomi penduduk khususnya masyarakat Tapanuli.

3. Kerajinan Suku Dayak di Kalimantan


kerajinan Dayak
via bobo.grid.id

Suku Dayak di Kalimantan memiliki hasil kerajinan tangan unik serta corak yang khas. Kerajinan tangan suku Dayak antara lain berupa tas dari anyaman rotan, kain tenun dari serat daun doyo, serta kerajinan manik-manik. Aneka kerajinan dari hasil budaya tradisional ini dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi kreatif sekaligus menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat suku Dayak.

4. Tradisi Suku Toraja di Sulawesi Selatan


Rambu Solo Toraja
via sulselsatu.com

Suku Toraja telah dikenal luas akan keunikan budaya dan tradisinya seperti ritual pemakaman, rumah adat tongkonan, dan ukiran kayunya. Hal-hal tersebut dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi kreatif sekaligus untuk meningkatkan potensi perekonomian penduduknya. Upacara pemakaman adat (Rambu Solo') yang berlangsung selama berhari-hari juga selalu mampu menarik wisatawan domestik dan mancanegara untuk datang berkunjung.

5. Desa Ubud di Bali


kerajinan Ubud
via balikami.com

Ubud adalah desa adat sekaligus destinasi wisata di kabupaten Gianyar, Bali yang dikenal sebagai pusat tarian dan kerajinan tradisional. Pertunjukan seni sendratari kecak dan pameran lukisan serta pameran ukiran merupakan pertunjukan yang selalu digelar setiap harinya di museum dan galeri di desa Ubud. Selain itu, kuliner khas Ubud seperti bebek bengil juga merupakan kekayaan tradisional yang dapat menjadi potensi pengembangan ekonomi kreatif bagi masyarakatnya.

6. Kampung Sade di Nusa Tenggara Barat


kain kampung sade
via kate.id

Kampung adat Sade di Lombok, NTB merupakan perkampungan suku Sasak dengan jumlah penduduk sekitar 700 jiwa. Kampung ini memiliki kebudayaan tradisional yang masih sangat dijaga kelestariannya. Di antara hasil kebudayaan tersebut misalnya yaitu kerajinan tenun ikat dan tenun songket khas suku Sasak. Hasil-hasil kerajinan tersebut juga dapat dimanfaatkan dalam pengembangan ekonomi kreatif sekaligus untuk meningkatkan perekonomian penduduknya.

7. Kampung Adat Bena di Nusa Tenggara Timur


kampung Bena
via nttonlinenow.com

Kampung Bena adalah salah satu perkampungan megalitikum yang terletak di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Kampung ini memiliki kekhasan tersendiri yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Kampung adat Bena didesain berbentuk perahu dan juga dapat berfungsi sebagai benteng pertahanan. Selain keunikan tersebut, kampung ini juga memiliki kerajinan tenun ikat yang dapat menjadi potensi untuk pengembangan ekonomi kreatif di daerah tersebut. 

8. Pulau Morotai di Maluku Utara


pulau Morotai
via indonesia-heritage.net

Pulau Morotai di Maluku Utara memang terkenal dengan budaya tradisionalnya berupa tradisi adat (Hao Gumi) dan tarian tradisional seperti tarian cakalele, tide-tide, dan salumbe. Kekayaan tersebut merupakan budaya tradisional yang melengkapi keindahan bahari dari pulau Morotai. Selain itu, terdapat pula peninggalan sejarah Perang Dunia II seperti benteng, mobil tanker, dan museum bawah laut yang dapat menjadi nilai potensi wisata untuk pengembangan ekonomi kreatif di Pulau Morotai. 

9. Raja Ampat di Papua


festival Raja Ampat
via kompas.com

Selain terkenal akan potensi wisata alamnya, Raja Ampat juga kaya akan wisata budaya tradisional yang berpotensi untuk pengembangan ekonomi kreatif. Hal itu bisa dilihat mulai dari usaha kreatif rumahan seperti aneka barang kerajinan dan ukiran hingga penyelenggaraan festival Raja Ampat yang diadakan setiap tahunnya. Selain itu, pengembangan desa wisata juga terus dilakukan seperti di desa Yenwaupnor, Arborek, Yenbuba, Sawinggrai, dan Sawandarek di Distrik Meos Mansar Kabupaten Raja Ampat.

Selengkapnya
Beberapa Tanaman Obat Kaya Akan Manfaat Kesehatan

Beberapa Tanaman Obat Kaya Akan Manfaat Kesehatan

Indonesia memang dikenal kaya akan ragam hasil bumi yang tiada tandingannya. Salah satu di antaranya yaitu kaya akan tanaman-tanaman obat yang bermanfaat untuk mengobati berbagai penyakit pada manusia. Tidak jarang resep ramuan tradisional berbahan tanaman-tanaman obat tersebut terbukti mampu untuk menyembuhkan berbagai penyakit mematikan seperti penyakit jantung, kanker, dan lain sebagainya.

tanaman obat
ilustrasi via istockphoto

Tanaman obat dapat dibudidayakan atau tumbuh dengan sendirinya hidup bebas di alam. Pada umumnya, tanaman obat dikonsumsi dengan cara dikeringkan, direbus, atau dikonsumsi langsung dalam keadaan segar. Bagian tanaman yang dapat diambil manfaatnya biasanya adalah akar, batang, daun, bunga, buah, atau pun adakalanya juga keseluruhan bagian tanaman memiliki khasiat dan dapat dimanfaatkan. 

Indonesia memiliki banyak tanaman obat yang telah lama digunakan dalam berbagai ramuan pengobatan tradisional. Berkat perkembangan teknologi, tanaman obat dapat diolah menjadi obat herbal yang telah diuji secara klinis sehingga layak konsumsi. Bahkan seiring waktu, obat herbal juga mulai banyak dimanfaatkan dalam dunia farmasi karena bersifat alami dan bebas efek samping.

Tidak heran jika kini ada kecenderungan di kalangan masyarakat untuk kembali beralih menggunakan obat tradisional sebagai sarana pengobatan penyakitnya. Nyatanya, mutu obat tradisional memang tidak kalah dari obat modern, bahkan lebih mujarab dan aman tanpa efek samping berbahaya. Itulah mengapa pengetahuan tentang ramuan dan obat-obatan tradisional juga perlu disebarluaskan kembali agar masyarakat tahu akan potensi hasil alam yang luar biasa manfaatnya. 

Bukan hanya itu saja, pemanfaatan tanaman-tanaman obat ini juga selaras dengan semangat back to nature atau kembali ke alam yaitu dengan cara melakukan konservasi lingkungan dan memanfaatkan bahan-bahan alami ramah lingkungan. Lebih jauh lagi, pemanfaatan tanaman-tanaman obat dari hasil alam berarti kita juga telah berupaya melestarikan budaya bangsa dengan cara hidup sehat sekaligus turut andil dalam menjaga kelestarian alam. 

Sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2009 pasal 100 ayat (1) dan (2) juga menyebutkan bahwa sumber obat tradisional yang telah terbukti berkhasiat dan aman digunakan akan tetap dijaga kelestariannya dan dijamin pemerintah untuk pengembangan serta pemeliharaan bahan bakunya.

Ada banyak tanaman obat yang dipercaya berkhasiat bagi kesehatan dan mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Beberapa contohnya dapat anda simak pada tabel di bawah ini:

No. Tanaman Manfaat
1.  Adas Mengatasi insomnia, batu ginjal, dan batuk berdahak
2.  Alang-alang Meredakan panas dalam, penurun panas demam, diuretik
3.  Bawang putih Menurunkan kolesterol, tekanan darah tinggi, flu
4.  Bawang merah Mencegah kanker, sembelit, melindungi jantung
5.  Cabe jawa Mengatasi masalah pencernaan, bronkitis, demam
6.  Jahe Mengobati asma, kambung, mual
7.  Jambu biji Mengobati diare, cacingan, demam berdarah
8.  Jati Belanda Mengobati batuk dan diare, menurunkan berat badan
9.  Jeruk nipis Sebagai obat batuk, jerawat, radang tenggorokan
10.  Jinten hitam Antikanker, antiradang, menguatkan imunitas
11.  Kembang sepatu Menurunkan darah tinggi, kolesterol, batuk
12.  Kencur Mengobati batuk, flu, keseleo
13.  Kumis kucing Mengobati batu ginjal, kencing manis, rematik
14.  Kunyit Menurunkan kolesterol, mencegah kanker
15.  Lidah buaya Sebagai antiradang
16.  Mahkota dewa Mengobati darah tinggi, hepatitis, dan asam urat
17.  Manggis Antikanker, mencegah penyakit jantung, mengobati asma
18.  Mengkudu Mengobati radang usus, amandel, tekanan darah tinggi
19.  Meniran Meningkatkan kekebalan tubuh
20.  Saga Mengobati batuk dan sariawan
21.  Salam (daun) Menurunkan kolesterol, asam urat, mencegah stroke
22.  Sambiloto Mengobati kencing manis, radang, demam
23.  Seledri Menurunkan tekanan darah tinggi
24.  Sirsak Antikanker, meredakan demam, mengurangi stres
25.  Temulawak Meningkatkan imunitas, mengobati sakit kuning, maag

Selengkapnya